tag:blogger.com,1999:blog-64229089892468574232024-03-12T20:21:58.687-07:00ILMU EKONOMIMempelajari Tentang Dunia EkonomiAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/02520791132089886231noreply@blogger.comBlogger4125tag:blogger.com,1999:blog-6422908989246857423.post-53366332710044980912013-02-25T06:19:00.001-08:002013-02-25T06:19:10.000-08:00EKONOMI MAKRO<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<strong>I. Pendahuluan</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara umum, ilmu ekonomi berguna karena
ia memberikan petunjuk-petunjuk mengenai kebijaksanaan apa yang bisa
diambil untuk menanggulangi suatu permasalahan ekonomi tertentu. Ekonomi
makro, sebagai satu cabang dan ilmu ekonomi, berkaitan dengan
permasalahan kebijaksanaan tertentu, yaitu permasalahan kebijaksanaan
makro.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tugas pengendalian makro adalah juga
mengusahakan agar perekonomian bisa bekerja dan tumbuh secara seimbang,
terhindar dan keadaan-keadaan yang bisa mengganggu keseimbangan umum
tadi. Pengelolaan yang lebih khusus atas masing-masing sektor
perekonomian bukan bagian dan tugas pengendalian makro, meskipun menjaga
keseimbangan antara masing-masing sektor termasuk di dalam tugas
tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>II. Permasalahan Ekonomi Makro</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara garis besar, permasalahan kebijaksanaan makro mencakup dua permasalahan pokok:</div>
<div style="text-align: justify;">
a. Masalah jangka pendek atau masalah
stabilisasi. Masalah ini berkaitan dengan bagaimana “menyetir”
perekonomian nasional dan bulan ke bulan, dan triwulan ke triwulan atau
dan tahun ke tahun, agar terhindar dan tiga “penyakit makro” utama
yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
1) inflasi,</div>
<div style="text-align: justify;">
2) pengangguran dan</div>
<div style="text-align: justify;">
3) ketimpangan dalam neraca pembayaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Masalah jangka panjang atau masalah
pertumbuhan. Masalah ini adalah mengenai bagaimana kita “menyetir”
perekonomian kita agar ada keserasian antara pertumbuhan penduduk,
pertambahan kapasitas produksi, dan tersedianya dana untuk investasi.
Pada asasnya masalahnya juga berkisar pada bagaimana menghindari ketiga
penyakit makro di atas, hanya perpektif waktunya adalah lebih panjang
(lima tahun, sepuluh tahun, atau bahkan dua puluh lima tahun).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam analisa jangka pendek faktor-faktor berikut ini kita anggap tidak berubah atau tidak bisa kita ubah:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) Kapasitas total dan perekonomian
kita. Kegiatan investasi dalam jangka pendek, masih mungkin dilakukan,
tetapi ha nya dalam arti khusus, yaitu sebagai pengeluaran investasi
berupa penambahan stok barang jadi, setengah jadi atau pun barang mentah
di dalam gudang para pengusaha, dan pengeluaran oleh
perusahaan-perusahaan untuk pembelian barang-barang modal (mesin-mesin,
konstruksi gedung-gedung dan sebagainya). Tetapi yang perlu diingat,
“jangka pendek” yang kita maksud di sini adalah begitu pendek sehingga
pengeluaran (pembelian) barang-barang modal tersebut beleum bias
menambah kapasitas produksi dalam periodesasi tersebut. (Yaitu
mesin-mesin sudah dibeli tapi belum dipasang).</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) Jumlah penduduk dan jurnlah angkatan
kerja. Dalam suatu triwulan misalnya, jumlah-jumlah mi praktis bisa
dianggap tidak berubah.</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) Lembaga-lembaga sosial, politik, dan ekonomi yang ada.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya dari segi teori, apabila kita
ingin “menyetir” perekonomia kita dalam jangka pendek, kita harus
melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang bersifat jangka pendek pula,
misalnya dengan jalan :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>menambah jumlah uang yang beredar,</li>
<li>menurunkan bunga kredit bank,</li>
<li>mengenakan pajak import,</li>
<li>menurunkan pajak pendapatan atau pajak penjualan,</li>
<li>menambah pengeluaran pemerintah,</li>
<li>mengeluarkan obligasi negara dan sebagainya.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Kebijaksanaan-kebinksanaan semacam ini
mempunyai ciri umum bahwa kesemuanya bisa dilakukan tanpa harus mengubah
ketiga factor tersebut di atas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi seandainya kita menginginkan kenaikan produksi dalam jangka pndek, kita bisa melakukannya dengan, misalnya:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>memperlancar distribusi bahan-bahan mentah kepada para produsen,</li>
<li>mendorong pcngusaha untuk mempergunakan pabrik-pabriknya secara lebih intensif (menambah giliran kerja/shift),</li>
<li>memberikan kerja lembur kepada para karyawan dan sebagainya.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Kehijaksanaan-kebijaksanaan semacam mi
bisa menaikkan arus produksi barang/jasa tanpa mengubah ketiga faktor di
atas. Kesemuanya ini adalah kebijakilnaan-kebijaksanaan jangka pendek.
Dan kebijaksanaan-kebijaksanaan semacam inilah yang sering diandalkan
untuk tujuan stabilisasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun demikian perlu kita catat di
sini bahwa dalam praktek yang berkaitan antara masalah jangka pendek dan
masalah jangka panjang, adalah sangat erat, terutama bagi negara-negara
sedang berkembang. Dengan lain kata, kita seringkali tidak bisa
mengkotakkan secara jelas mana yang jangka pendek dan mana yang jangka
panjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di banyak negara-negara sedang
berkembang, kita tidak bisa melakukan kebijaksanaan stabilisasi yang
terlepas dan kebijaksaanaan pembangunan ekonomi (jangka panjang).
Seringkali kebijaksanaa-kebijaksanaan jangka pendek yang kita sebutkan
di atas, meskipun kita Iaksanakan secara setepat-tepatnyapun, tidak bisa
menghilangkan secara tuntas penyakit makro, seperti inflasi dan
pengangguran yang diderita oleh masyarakat dalam jangka pendek. Sebabnya
adalah bahwa di negara-negara tersebut seringkali penyakit iniflasi dan
pengangguran tersebut berakar pada sebab-sebab “sturuktural,” yaitu
pada faktor-faktor yang hanya bisa berubah atau diubah dalam jangka
panjang dan biasanya melalui pembangunan ekonomi dan social.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>III. Kerangka Analisa makro</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah kita mengetahui duduk persoalan
mengenai masalah -masalah pokok apa yang dikaji dalam ekonomi makro,
maka pertanyaan selanjutnya adalah mengetahui bagaimana mengaji masalah-
masalah tersebut sehingga bisa diperoleh jawaban yang diinginkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Terdapat dua aspek utama dan kerangka
analisa ini. Yang pertarna adalah aspek mengenai “apa” yang disebut
kegiatan ekonomi makro dan “di mana” kegiatan tersebut dilakukan. Yang
kedua adalah aspek mengenai “siapa” pelaku-pelakunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>a. Empat pasar Makro</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam analisa ekonomi makro kita melihat
kegiatan ekonomi nasional secara lebih menyeluruh dibanding dengan apa
yang kita pelajari dalam ekonomi Mikro. Kita tidak lagi melihat pasar
beras, pasan blue jeans, pasar rokok kretek, pasar Honda secana
sendiri-sendiri. mi sesuai dengan pengertian mengenai “pengendalian
umum” di alas. Di sini kita melihat pasar-pasar tersebut dan pasar-pasar
barang/jasa lainnya sebagai satu pasar besar, yang kita ben nama “pasar
barang”. Tetapi dalam ekonomi makro kita tidak hanya mempelajani satu
pasar ini saja. Perekonomian nasional kita lihat sebagai suatu sistem
yang terdiri dan empat pasar besar yang saling berhubungan satu sama
lain, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) Pasar Barang</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) Pasar Uang</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) Pasar Tenaga Kerja</div>
<div style="text-align: justify;">
(d) Pasar Luar Negeri</div>
<div style="text-align: justify;">
Di pasar luar negeri permintaan akan
barang ekspor kita he. sama dengan penawaran akan barang tersebut
menentukan harga rata-rata ekspor kita dan kuantitas atau volume
ekspor, Harga – harga dikalikan volume ekspor memberikan penerimaan
devisa ekspor. Di pasar yang sama permintaan masyarakat kita akan
barang-barang impor dan menentukan harga rata-rata impor dan ‘ volume
impor. Juga di sini, harga rata-rata dikalikan volume import memberikan
pengeluaran devisa kita untuk impor barang-barang/jasa tersebut. Untuk
pasar luar negeri, seringkali menggabungkan pasar eksport dan pasar
impor dan mengamai apa yang terjadi dengan:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) Neraca Perdagangan, yaitu
penerimaan devisa ekspor dikurangi pengeluaran devisa untuk import atau
Neraca Pembayaran apabila kila ingin pula mengetahui tentang aliran
keluar-masuknya modal</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) Dasar Penukaran Luar
Negeri(terms of trade), yaitu harga rata-rata ekspor kita dibagi dengan
harga rata-rata impor kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) Cadangan Devisa, yaitu persediaan devisa yang kita pun pada awal tahun plus saldo neraca pembayaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam teori ekonomi makro mempelajari
faktor-faktor apa yang mempengaruhi P dan Q di masing-masing pasar.
Karena P dan Q tersebut adalah hasil pertemuan (atau perpotongan) antara
kurva permintaan dan kurva penawaran, maka ini berarti bahwa teori
ekonomi makro pada pokoknya mempelajari faktor-faktor apa yang
mempengaruhi posisi kurva permintaan dan penawaran di masingmasing
pasar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya dengan diketahuinya
faktor-faktor ini dan pengaruhnya terhadap posisi kurva permintaan dan
penawaran, maka kita selanjutnya bisa menanyakan faktor-faktor mana di
antara semua factor-faktor tersebut yang bisa dipengaruhi oleh
pemerintah melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonominya. Dengan
demikian kita bisa mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan mana yang bisa
digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi P dan Q di masing-masing
pasar. Inilah tujuan akhir dan mempelajari teori makro, yaitu untuk
digunakan sebagai petunjuk bagi pemilihan atau perumusan kebijaksanaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
b.Lima Pelaku Makro</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam teori makro kita menggolongkan
orang-orarig atau lembaga-lembaga yang melakukan kegiatan ekonomi
menjadi limo kelompok besar, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) Rumah Tangga,</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) Produsen,</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) Pemerintah,</div>
<div style="text-align: justify;">
(d) Lembaga-lembaga Keuangan,</div>
<div style="text-align: justify;">
(e) Negara-negara Lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kegiatan dan kelima kelompok pelaku ini serta kaitannya dengan keempat pasar di atas dimana :</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>> Permintaan :</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Pengeluaran konsumsi oleh Rumah Tangga</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Belanja barang oleh Pemerintah</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Investasi oleh Perusahaan</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Ekspor ke luar negeri</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Kebutuhan tenaga kerja oleh Pemerintah</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Kebutuhan tenaga kerja oleh Perusahaan</div>
<div style="text-align: justify;">
7. Kebutuhan uang tunai dan kredit</div>
<div style="text-align: justify;">
8. Kebutuhan Rumah Tangga akan uang tunai</div>
<div style="text-align: justify;">
9. Kebutuhan Perusahaan-perusahaan Asing akan rupiah</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>> Penawaran</strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Hasil produksi dalam negeri</li>
<li>Impor dan luar negeri</li>
<li>Tenaga kerja yang disediakan oleh Rumah Tangga</li>
<li>Suplai uang kartal</li>
<li>Tabungan Rumah Tangga</li>
<li>Suplai uang giral</li>
<li>Suplai dana luar negeri.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>* Kelompok Rumah Tangga melakukan kegiatan-kegiatan pokok seperti:</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
(a) menerima penghasilan dan para
produsen dan “penjualan” teraga kerja mereka (upah), deviden, dan dan
menyewakan tanah hak milik mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) menerima penghasilan dari lembaga keuangan berupa bunga atas simpanan-simpanan mereka;</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) membelanjakan penghasilan tersebut di pasar barang (sebagai konsumen);</div>
<div style="text-align: justify;">
(d) menyisihkan sisa dan penghasilan tersebut untuk ditabung pada lembaga-lembaga keuangan;</div>
<div style="text-align: justify;">
(e) membayar pajak kepada pemerintah;</div>
<div style="text-align: justify;">
(f) masuk dalam pasar uang sebagai
“peminta” (demanders) karena kebutuhan mereka akan uang tunal untuk
misalnya transaksi sehari-hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>**Kelompok Produsen melakukan kegiatan-kegiatan pokok berupa:</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
(a) memproduksikan dan menjual barang-barang/jasa-jasa (yaitu sebagai supplier di pasar barang);</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) Menyewa/menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh kelompok rumah tangga untuk proses produksi;</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) menentukan pembelian barang-barang
modal dan stok barang-barang lain (selaku investor masuk dalam pasar
barang sebagai peminta atau demander);</div>
<div style="text-align: justify;">
(d) meminta kredit dan lembaga keuangan untuk membiayai investasi mereka (sebagai demander di pasar uang);</div>
<div style="text-align: justify;">
(e) membayar pajak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>***Kelompok Lembaga Keuangan
mencakup semua bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan lainnya kecuali
bank sentral (Bank Indonesia), Kegiatan mereka berupa:</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
(a) menerima simpanan/deposito dan rumah tangga;</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) menyediakan kredit dan uang giral (sebagai supplier dalam pasar uang).</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) Pemerintah (termasuk di dalamnya bank sentral) melakukan kegiatan berupa:</div>
<div style="text-align: justify;">
- menarik pajak langsung dan tak langsung;</div>
<div style="text-align: justify;">
- membelanjakan penerimaan negara untuk membeli barang-barang kebutuhan pernerintah (sebagai demander di pasar barang),</div>
<div style="text-align: justify;">
- meminjam uang dan luar negeri;</div>
<div style="text-align: justify;">
- menyewa tenaga kerja (sebagai demander di pasar tenaga kerja);</div>
<div style="text-align: justify;">
- menyediakan kebutuhan uang (kartal) bagi masyarakat (sebagai supplier di pasar uang).</div>
<div style="text-align: justify;">
Negara-negara lain:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) menyediakan kebutuhan barang impor (sebagai supplier di pasar barang);</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) membeli hasil-hasil ekspor kita (sebagai demander di pasar barang);</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) menyediakan kredit untuk pemerintah dan swasta dalam negeri;</div>
<div style="text-align: justify;">
(d) membeli dan pasar barang untuk kebutuhan cabrng perusahaannya di Indonesia (sebagai investor);</div>
<div style="text-align: justify;">
(e) masuk ke dalam pasar uang dalam
negeri sebagai penyalur uang (devisa) dan luar negeri (sebagai supplier
dana) dan sebagai peminta kredit dan uang kartal rupiah untuk kebutuhan
cabang-cabang perusahaan mereka di Indonesia (demander akan dana).
(Singkatnya, sebagai penghubung pasar uang dalam negeri dengan pasar
uang luar negeri).</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>IV Teori-teori Makro</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>DASAR FILSAFAT TEORI KEYNES</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Menghadapi masalah depresi dan
pengangguran yang begitu hebat, kaum sosialis di negara-negara Barat
mengatakan bahwa kesalahannya terletak pada sistem perekonomian itu
sendiri, yaitu sistem laissez faire atau liberalisme atau kapitalisme.
Selama kita masih mempercayakan pengelolaan perekonomian kita pada para
rodusen swasta yang perdefinisi hanya bertujuan mengejar keuntungan
mereka pribadi, maka depresi, pengangguran, dan juga inflasi akan tetap
menjadi penyakit perekonomian yang menghantui Kita dan waktu ke waktu.
Penyakit-penyakit ini adalah konsekuensi logis dan sistem kapitalisme.
Mereka (kaum sosialis) mengusulkan perombakan sistem perekonornian
menjadi sistem sosialis, yaitu sistem di mana faktor-produksi tidak lagi
bisa dirniliki oleh pengusaha swasta, tetapi hanya bisa dimiliki oleh
negara (masyarakat). Semua kegiatan produksi dikuasai negara, yang dalam
teori paling tidak, mengutamakan kepentingan masyarakat di atas
kepentingan pribadi/golongan. Motif mengejar keuntungan bukan lagi
sebagai motif utama untuk menggerakkan produksi (seperti dalam sistem
kapitalis).</div>
<div style="text-align: justify;">
“Obat” semacam ini ternyata dianggap
terlalu drastis, dan orang-orang di negara-negara Barat yang sudah
begitu lama terbiasa dengan kebebasan berusaha tidak banyak yang bisa
menerimanya. Mengubah sistem semacam itu berarti mengubah cara hidup dan
ke biasaan hidup yang sudah mendarah daging pada mereka. Tentunya ada
“obat” yang tidak terlalu pahit yang bisa menolong sistem perekonomian
mereka. Keynes ada pada posisi yang unik dalam se jarah pemikiran
ekonomi Barat, karena pada saat-saat krisis ideologi semacam itu ia bisa
menawarkan suatu pemecahan yang merupakan “jalan tengah”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Keynes mengatakan bahwa untuk menolong
sistem perekonomian negara-negara tersebut, orang harus bersedia
meninggalkan ideologi laissez faire yang murni yang terkandung dalam
pemikiran Klasik. Tidak bisa tidak, demikian Keynes, Pemerintah harus
melakukan lebih banyak campur tangan yang aktif dalam mengendalikan
perekonomian nasional. Pendapat bahwa peranan Pemerintah dalam kegiatan
ekonomi harus seminimal mungkin sehingga tidak merongrong hak asasi
manusia, kebebasan berusaha dan mengabdikan pada bekerjanya “natural
laws”, haruslah ditinggalkan atau pling tidak diubah. Keynes berpendapat
bahwa kegiatan produk dan pemilikan faktor-faktor produksi, masih tetap
bisa dipercayakan kepada pengusaha swasta, tetapi sekarang pemerintah
wajib melakukan kebijaksanaan yang aktif untuk mempengaruhi gerak
perekonomian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam masa depresi misalnya, Pemerintah
harus bersedia (atau diperbolehkan) untuk melaksanakan program-program
dan kegiatan-kegiatan yang langsung bisa menyerap tenaga kerja yang
tidak dapat memperoleh pekerjaan di sektor swasta, meskipun hal itu
hanya bisa dilaksanakan dengan mengakibatkan defisit di anggaran belanja
negara. (Perlu ditekankan di sini bahwa pada waktu itu sistem anggaran
beda yang seimbang adalah satu-satunya sistem yang dianggap terbaik
bidang pengelolaan keuangan negara). Sebaliknya, bila terjadi inflasi
yang disebabkan karena permintaan masyarakat akan barang barang/jasa
melebihi apa yang bisa diproduksikan dengain kapasita yang ada,
Pemerintahpun harus bersedia mengurangi pengeluarannya sehingga terjadi
surplus dalam anggaran belanjanya. Surplus anggaran ini bisa merupakan
rem bagi permintaan masyarakat yang berlebihan tadi. Yang perlu
digarisbawahi di sini adalah bahwa Pemerintah harus bersedia melakukan
kebijaksanaan secara aktif dan sadar. Keynes tidak percaya akan kekuatan
hakiki dari sistem laissez faire untuk mengkoreksi diri sendiri, yaitu
untuk kembali kepada posisi “full employment” secara otomatis. Full
enployment merupakan sesuatu yang hanya bisa dicapai dengan
tindakan-tindakan terencana, dan bukan sesuatu yang akan datang dengan
sendirinya. Inilah inti dan ideologi Keynesian isme.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>PASAR BARANG</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemungkinan Kelebihan Produksi. Keynes
menolak Hukum Say. Menurut Keynes kelebihan produksi secara umum bisa
terjadi. elebihan permintaan ini terjadi bila permintaan masyarakat akan
barang-barang/jasa tidak cukup kuat. Demand yang ada tidak cukup untuk
menyerap supply yang ditawarkan. Bagaimana ini bisa terjadi? Pada
asasnya Keynes masih menerima pendapat Say bahwa setiap proses produksi
mempunyai akibat ganda, yaitu menghasilkan output dan menghasilkan pen
ghasilan kepada masyarakat sebesar nilai output tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian pada suatu waktu tertentu
daya beli memang tersedia dalam jumlah yang cukup di masyarakat untuk
“membeli” barang/jasa yang diproduksikan. Tetapi daya beli yang dimiliki
oleh masyarakat tersebut tidak selalu harus sama dengan daya beli yang
betul-betul dibelanjakan oleh masvarakat di pasar barang. Dengan kata
lain, sebagian dan daya beli tersebut mungkin betul-betul diterjemahkan
menjadi permintaan efektif di pasar barang. Tetapi sebagian lain dan
daya beli tersebut mungkin akan ditabung oleh masyarakat. Menabung tidak
menambah permintaan efektif di pasar barang. Jadi tidak seluruh
penghasilan (daya beli) yang diperoleh masyarakat secara langsung diter
jemahkan menjadi permintaan efektif. Di sinilah Keynes berbeda dengan
Say. Say mengatakan bahwa seluruh penghasilan tersebut akhirnya akan
diterjemahkan menjadi permintaan efektif, dus tidak akan ada kekurangan
permintaan efektif, dan tidak mungkin ada kelebihan produksi secara
menyeluruh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menerangkan pendapat Keynes secara
lebih jelas kita anggap hanya ada dua sektor: sektor rumah-tangga dan
sektor pro dusen. Keynes mengatakan bahwa sebagian dari penghasilan yang
tidak dibelanjakan oleh sektor rumah-tangga (yaitu yang ditabung pada
lembaga-lembaga keuangan) tidak menimbulkan permintaan efektif. Hanya
apabila daya beli yang ditabung tersebut dipinjamkan oleh lembaga
keuangan kepada sektor produsen untuk membiayai “investasi” mereka, maka
daya beli tersebut berubah menjadi permintaan efektif di pasar barang.
(Kita ingat bahwa “investasi” di artikan sebagai pembelian barang-barang
oleh para produsen untuk keperluan penambahan stok di gudang mereka dan
untuk keperluan perluasan kapasitas produksi mereka, yaitu pembelian
mesin-mesin, pembangunan gedung-gedung dan sebagainya). Jadi jelas bahwa
pada suatu waktu tidak ada jaminan bahwa seluruh daya beli yang
ditabung tersebut akan diterjemahkan menjadi permintaan efektif d pasar
barang. Semuanya mi tergantung kepada apakah para pr dusen mau
mempergunakan daya beli yang ditabung pada Iembag lembaga keuangan
tersebut untuk pembelian barang-barang (inve tasi). Kalau misalnya para
produsen hanya mau mempergunakai separoh dan tabungan tersebut, maka ini
berarti bahwa permintaa,’ efekt di pasar barang berjumlah kurang dan
nilai dan seluruh out put yang ditawarkan di pasar tersebut, Dengan lain
kata, tida semua barang yang diproduksjkan akan terbeli (jadi ada
ke1ebiha produksi umum).</div>
<div style="text-align: justify;">
Apa yang terjadi kemudian bila tidak
semua barang yang diproduksikan dalam suatu periode (misalnya, triwulan)
bisa terbeli? ada dua akibat yang bisa terjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
- Pertama, para produsen akan
nengu rangi produksi mereka untuk periode berikutnya. Jadi, GDP dalani
triwulan berikutnya turun.</div>
<div style="text-align: justify;">
- Kedua, dan ini bisa terjadi
bersamaan dengan akibat pertama tersebut, harga-harga barang turun.
Sesuat dengan hukum penawaran dan permintaan biasa, bila permintaan
lebih kecil dan penawaran, maka harga cenderung untuk turun.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai berapa jauh kekurangan perrnintaan
efektif akan meng akibatkan turunnya GDP (dalam periode berikutnya) dan
sampai berapa jauh akan menurunkan harga, sangat tergantung khususnya
pada apakah harga-harga barang cukup fleksibel ke bawah (yaitu bisa
turun). Dalam kenyataan memang ada barang yang harganya sulit untuk
turun, meskipun ada kelebihan produksi. ( yang harga jualnya ditentukan
atas dasar biaya pro duksi biasanya tidak mau turun, meskipun terjadi
kelebihan pro duksi barang-barang tersebut). Kalau demikian halnya, maka
kekurangan permintaan efektif tersebut akan lebih banyak mengakibatkan
penurunan produksi (GDP) dalam periode beri kutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apabila seandainya harga-harga cukup
fleksibel ke bawah. maka harga-harga akan turun cukup jauh, sehingga
permintaan akan barang-barang tersebut mulai naik kembali. (Ingat hukum
permintaan biasa, yang mengatakan bahwa kalau harga sesuatu barang turun
maka jumlah yang dirninta naik). Jadi kalau harga cukup flek sibel maka
penurunan produksj (GDP) pada periode berikutny tidak akan sebesar
kalau harga-harga tidak mau turun. Jadi, lebih s dikit orang-orang yang
dipecat dan pekerjaan mereka (yaitu, Ieh sedikit akibat penganggurannya)
Perlu ditekankan lagi di sini bahw rnekanisme atau proses penyesuaian
dengan harga yang fleksibel inilah yang terlalu diandalkan oleh kaum
Kiasik, sehingga mereka percaya bahwa kalau saja harga-harga fleksibel
maka depresi, atau penurunan GDP (dan selanjutnya pengangguran) akan
terkoreksi secara otomatis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemungkinan Kekurangan Produksi. Keadaan
sebaliknya, yaitu kekurangan produksi secara umum juga mungkin terjadi.
Kalau para produsen ternyata memutuskan untuk melakukan investasi dalam
jumlah yang lebih besar daripada daya beli yang ditabung oleh ma
syarakat, maka permintaan efektif (oleh sektor rumah tangga dan sektor
produsen) di pasar barang menjadi lena/u besar dibanding dengan nilai
output yang tersedia di pasar. Yang perlu diingat di sini adalah bahwa
besar kecilnya permintaan efektif (total) sangat tergan tung pada
keputusan para konsumen (rumah tan gga) men genai besar pen geluaran
konsumsinya dan keputusan para produsen men genai besarnya in vest asi
yang mereka in gin Iaksanakan dalam periode tersebut</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengenai keputusan pengeluaran konsumsi
rumah-tangga, Keynes berpendapat bahwa keputusan tersebut cukup stabil
dan biasanya hanya berubah apabila tingkat pendapatan rumah-tangga
berubah. Menurut ia (dan ini memang didukung oleh kenyataan), yang sulit
diterka adalah perilaku produsen dalam pengeluaran investasinya. Oleh
sebab itu, dalam praktek, gejolak pengeluaran investasi inilah yang
sangat menentukan gejolak GDP (dan kesempatan kerja).</div>
<div style="text-align: justify;">
Seandainya pengeluaran investasi yang
diinginkan para produsen (investor) ternyata lebih besar daripada dana
yang ditabung oleh sektor rumah-tangga, maka mi berarti bahwa permintaan
efektif lebih besar daripada nilai output yang tersedia. Dalam kasus
kele bihan permintaan efektif ini, berapa besar kelebihan permintaan
efektif dalam periode sekarang akan mengakibatkan kenaikan GDP dan
berapa besar akan mengakibatkan kenaikan harga, tergantung pada
tersedianya kapasitas produksi yang belum terpakai dalam masyarakat.
Bila masih cukup banyak kapasitas produksi (pabrik pabrik) yang belum
bekerja secara penuh, maka kelebihan permintaan efektif tersebut akan
mengakibatkan kenaikan produksi (GDP) pada periode berikutnya tanpa
menaikkan harga-harga (atau harga harga mungkin naik sedikit sekali).
Tetapi apabila ternyata bahwa pabrik-pabrik sudah bekerja secara penuh,
maka kelebihan permin taan efektif tersebut tidak bisa diimbangi dengan
kenaikan produksi (GDP), sehingga kelebihan permintaan tersebut akan
diterjemahkan seluruhnya menjadi kenaikan harga-harga atau
inflasi.Berikut ini kita akan melihat secara garis besar kerangka
analisis dan teori makro dan Keynes.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Pasar Uang</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Teori makro Klasik mempunyai dasar
filsafat bahwa perekonomian yang didasarkan pada sistem bebas-berusaha
(laissez faire) adalah self-regulating, artinya mempunyai kemampuan
untuk kembali ke posisi keseimbangannya secara otomatis. OIeh sebab itu
pemerintah tidak perlu campurtangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di pasar barang sifat self-regulating ini
dicerminkan oleh adanya proses yang otomatis membawa kembali ke posisi
GDP yang menjamin full-employment, apabila karena sesuatu hal
perekonomian tidak pada posisi ini. Landasan dan keyakinan ini adalah</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) berlakunya Hukum Say yang menyatakan bahwa: “Supply creates its own demand,” dan</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) anggapan bahwa semua harga fleksibel.</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Di pasar tenaga kerja, dalam jangka pendek hanya ada pengangguran
sukarela. Tetapi pengangguran inipun hanya bersifat sementara, karena
apabila harga-harga turun (termasuk tingkat upah), maka konsumsi dan
produksi akan kembali lagi ke tingkat semula (yaitu tingkat full
employment).</li>
<li>Di pasar uang, kaum Klasik mempunyai Teori Kuantitas, yang
menyatakan bahwa permintaan akan uang adalah proporsional dengan nilai
transaksi yang dilakukan masyarakat. Di pasar mi ditentukan tingkat
harga umum; apabila jumlah uang yang beredar (penawaran akan uang) naik
maka tingkat harga pun naik.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sistem standar kertas, tidak ada
proses otomatis yang menstabilkan tingkat harga. Di sini kaum Kiasik
melihat satu-satunya peranan makro pemerintah, yaitu mengendalikan
jumlah uang yang beredar sesuai dengan kebutuhan transaksi masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di dalam sistem standar emas, ada
mekanisme otomatis yang menjamin kestabilan harga. Di sini peranan
pemeriniah tidak dianggap perlu. Karena jumlah uang (emas) yang beredar
otomatis menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di pasar luar negeri, mekanisme otomatis menjamin keseimbangan neraca perdagangan melalui:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) mekanisme Hume, dalam sistem standar emas, atau</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) mekanisme kurs devisa mengambang, dalam sistem standar kertas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu Campur tangan pernerintah tidak diperlukan. Penjelasan tentang pasar uang dapt dijelaskan sebagai berikut :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pasar uang adalah pertemuan antara permintaan akan uang dengan
penawaran akan uang. Permintaan akan uang adalali kebutuhan masyarakat
akan uang tunai untuk menunjang k giatan ekonominya. Sedangkan penawaran
akan uang adalah jumlah uang yang disediakan oleh pemerintah dan
bank-banl yaitu seiuruh uang kartal dan uang giral yang beredar.</li>
<li>Menurut Keynes, permintaan akan uang bersumber pada 3 macam
kebutuhan akan uang: (a) kebutuhan transaksi, (b) kebutuhan berjaga-jaga
dan (c) kebutuhan spekulasi. Ketiga macan kebutuhan ini disebut 3
alasan mengapa orang memerlukan uang.</li>
<li>Permintaan akan uang untuk transaksi ditentukan oleh(a) vol me
output yang ditransaksikan (yaitu GDP nil) dan (b) tingkai harga umum.
Dalam hal mi Keynes tidak berbeda dengan kaum Klasik, Pasar uang untuk
berjaga-jaga relatif kecil.</li>
<li>Permintaan untuk spekulasi (yang membedakan teori Key dengan teori
Kuantitas) adalah permintaan akan uang tunai un tuk tujuan memperoleh
keuntungan. Caranya adalah dengan “berspekulasi” dalam pasar obligasi
(surat berharga). Apabila harga obligasi diharapkan untuk naik di masa
mendatang, mak orang akan membeli obligasi dengan uang tunainya han in
un berarti uang tunai yang saat mi ia ingin pegang (untuk tujual
spekulasi) berkurang. Sebaliknya, apabila harga obligasi diha rapkan
turun, maka permintaannya akan uang tunai saat ini bertambah lebih
senang menjual obligasi yang ia pegang memperoleh atau memegang uang
tunai sekarang.</li>
<li>Hubungan antara harga obligasi dan tingkat bunga yang berla ku
adalah berkebalikan. Harga obligasi naik sama saja artiny dengan tingkat
bunga turun. Sebaliknya, harga obligasi turun berarti tingkat bunga
naik.</li>
<li>Bila harga obligasi diharapkan naik, ini berarti bahwa harga
obligasi saat ini dianggap terlalu rendah. Bila harga obliga harapkan
turun, ini berarti bahwa harga obligasi saat ini dengan harga tertinggi.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Kebijaksanaan Moneter</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebijakan moneter adalah tindakan
pemerintah (atau bank sentral) untuk mempengaruhi situasi makro yang
dilaksanakan melalui pasar uang. Ini adalah definisi umum dari kebijakan
moneter yang bisa diartikan sebagai tindakan makro pemerintah dengan
cara mempengaruhi proses penciptaan uang.Dengan mempengaruhi proses
penciptaan uang, pemerintah bisa mempengaruhi :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>jumlah uang beredar.</li>
<li>tingkat bunga yang berlaku dipasar uang. Melalui tingkat bunga pemerintah bisa mempengaruhi :
<ol>
<li>pengeluaran investasi</li>
<li>tingkat harga (P) dan GDP</li>
</ol>
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Di sini kita menyoroti mata rantai yang
pertama, yaitu antara kebijaksanaan moneter dengan M Khususnya kita
menanyakan tindakan-tindakan apakah yang bisa dilakukan Pemerintah (bank
sentral) untuk mempengaruhi M (uang beredar)</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu
merangkum kesimpulan-kesimpulan pokok mengenai proses penciptaan uang di
atas. Pertama, kita simpulkan bahwa jumlah uang beredar (Ms) ditentukan
oleh dua faktor, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) besarnya jumlah uang inti (H) yang tersedia, dan</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) besarnya koefisien pelipat uang,</div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, kita simpulkan bahwa besarnya uang inti dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit)</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) keadaan APBN (surplus atau defisit)</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) perubahan kredit langsung Bank Indonesia</div>
<div style="text-align: justify;">
(d) perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara umum kita mengatakan bahwa
pemerintah bisa mempengaruhi Ms apabila pemerintah bisa mempengaruhi
nilai pelipat uang dan/atau jumlah uang inti.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk
mempengaruhi Ms adalah apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk
mempengaruhi variabel-variabel di sebelah kanan persamaan (8) ini. Man
kita lihat satu per satu. Kita sebutkan di atas bahwa u (= K/Ms) tidak
ditentukan oleh pemerintah, tetapi diputuskan oleh masyarakat. Tetapi
sebenarnya pemerintah masih bisa mempengaruhi uang secara tidak
langsung. Misalnya apabila bank-bank pemerintah rneningkatkan bunga yang
dibayar kan untuk deposito atau giro, maka kemugkinan uang menurun
(artinya, orang lebih suka memegang uang giral daripada uang kartal).
Dengan demikian money multiplier naik dan M naik. Dalam hal ini kita
mengatakan bahwa tingkat bunga untuk deposito dan giro adalah instrumen
kebijaksanaan moneter yang bisa digunakan pemerintah untuk mempengaruhi M
lewat u.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana dengan v (= R/D)? Kita singgung
di atas bahwa selain itu pemerintah bisa mempengaruhi v melalui
penentuan cash-ratio atau reserve requirement. Apabila pemerintah ingin
mengekang M pemerintah bisa meningkatkan cash-ratio. sehingga v
meningkat, yang selanjutnya akan memperkecil nilai koefisien pelipat
uang. Sebaliknya, cash-ratio bisa diturunkan apabila pemerintah
menginginkan untuk memperbesar M Oleh sebab itu cash-ratio kita katakan
pula sebagai suatu instrumen kebijaksanaan moneter.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya pemerintah masih bisa
mempengaruhi v (jumlah Uang Giral) dengan cara lain, yaitu dengan
mempengaruhi excess reserve yang dipegang bank. Bagaimana caranya? Satu
cara utama adalah dengan mengubah tingkat bunga yang dikenakan oleh bank
sentral atas pinjaman yang diberikannya kepada bank-bank. (Ingat bank
sentral adalah “banknya bank” atau bankers’ bank, artinya ia bisa
memberikan pinjaman kepada bank-bank apabila mereka membutuhkan tam
bahan likuiditas). Untuk pinjaman semacam ini bank-bank harus membayar
bunga. Tingkat bunga ini dikenal dengan nama discount rate.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apabila discount rate dinaikkan maka
bank-bank cenderung untuk menambah excess reservenya, sebab mereka tidak
ingin terlalu mengandalkan dana bank sentral untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas yang tak terduga karena cara itu menjadi terlalu mahal.
Akibatnya v (jumlah Uang Giral) meningkat dan pelipat uang menurun.
Sebaliknya, apabila discount rate ( pengurangan rata-rata) rendah, maka
bank merasa cukup aman memegang excess reserve yang kecil, karena
sewaktu-waktu mereka memerlukan dana untuk mengatasi masalah
likuiditasnya mereka bisa memperoleh dana bank sentral dengan biaya
murah. Akibatnya v (jumlah Uang Giral) turun, sehingga pelipat uang
meningkat. Jadi discount rate adalah juga instrumen ke bijaksanaan
moneter bagi pemerintah (bank sentral).</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemerintah bisa pula mempengaruhi Ms
dengan cara mempengaruhi H (uang inti). Dengan cara: pemerintah bisa
mempengaruhi neraca pembayaran Dengan menggalakkan ekspor (misalnya,
dengan memberi ran sangan ekspor berupa penurunan pajak ekspor atau
pemberian sertifikat Ekspor) dan mengurang impor. (misalnya dengan
menaikkan bea masuk), pemerintah bisa menciptakan surplus neraca
pembayaran. ini akan menambah uang inti yang tersedia di masyarakat,
Sehingga Ms meningkat. Jadi pajak ekspor, Sertifikat Ekspor, bea masuk,
adalah instrumen kebijaksanaan moneter.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemerintah bisa dengan lebih langsung
mempengaruhi APBN . Apabila dikehendaki Ms meningkat, APBN bisa dibuat
defisit. baliknya, apabila M dikehendaki turun, maka APBN harus dibuat
surplus. Jadi, APBN adalah juga instrumen kebijaksanaan moneter.
Demikian pula pemerintah bisa mempengaruhi M (uang bereedar) dengan
mengendalikan kredit langsung dan kredit likuiditas bank sentralnya,
misalnya dengan menetapkan batas maksimum yang bisa diberi n (credit
ceiling) atau dengan menaikkan (atau menurunkan) tingkat bunga kredit
bank.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya ada berbagai variasi instrumen
lain yang bisa digunakan pemerintah untuk mempengaruhi Ms lewat baik
money multiplier maupun jumlah uang inti. Apa yang kita sebutkan di atas
ada beberapa instrumen-instrumen pokoknya. Kita tidak bicarakan
instrumen-instrumen lain tersebut di sini, karena lebih cocok untuk
bahas dalam Ekonomi Moneter.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>KEBIJAKSANAAN FISKAL</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebijaksanaan fiskal adalah
kebijaksanaan yang kedua dibidang pengendalian makro adalah.
Kebijaksanaan moneter dan kebijaksanaan fiskal adalah dua kebijaksanaan
yang merupakan alat utama bagi perencana ekonomi nasional untuk
mengendalikan keseimbangan makro perekonomiannya. Keduanya sangat erat
berkaitan satu sama lain, sehingga dalam praktek yang sering dijumpai
adalah kebijaksanaan fiskal yang juga mempunyai konsekuensi-konsekuensi
moneter atau kebijaksanaan moneter dengan konsekuensi-konsekuensi
fiskal. Kebijaksanaan-kebijaksanaan semacam ini mungkin lebih cocok
disebut ‘kebijaksanaan fiskal-moneter”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pembahasan ini diawali mengenai hubungan
antara APBN dan kebijaksanaan fiskal. Hal ini sejalan dengan pengertian
umum bahwa kebijaksanaan fiskal adalah kebijaksanaan yang dilaksanakan
lewat APBN. Dalam bagian selanjutnya kita akan meneliti apakah pengaruh
dan suatu “kebijaksanaan fiskal”, yang dicerminkan oleh suatu struktur
APBN tertentu, ter hadap perekonomian. Akhirnya kita akan mengambil
sebuah contoh untuk menunjukkan bagaimana kita bisa memperkirakan
pengaruh dan suatu kebijaksanaan fiskal dengan menggunakan aijabar
sederhana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>APBN DAN KEBIJAKSANAAN FISKAL</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian bisa dianalisa dalam dua tahap yang berurutan, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) Bagaimana suatu kebijaksanaan uiskal diterjemahkan men jadi suatu APBN dan</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) Bagaimana APBN tersebut mempengaruhi perekonomian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam bagian mi kita akan mengaji tahap
(a). Khususnya kita akan membahas makna dan suatu kebijaksanaan fiskal
dilihat dari struktur pos-pos APBN.</div>
<div style="text-align: justify;">
APBN mempunyai dua sisi, yaitu sisi yang
mencatat pengeluaran dan sisi yang mencatat penerimaan. Sisi pengeluaran
mencatat semua kegiatan pemerintah yang memerlukan uang untuk
pelaknaannya. Dalam praktek macam pos-pos yang tercantum di sisi ini
sangat beraneka ragam dan mencerminkan apa yang ingin dilaknakan
pemerintah dalam programnya. Untuk tujuan pembahasan</div>
<div style="text-align: justify;">
Dibagian lain terdiri dan pos utama, yaitu:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pengeluaran pernerintah untuk pembelian barang/jasa,</li>
<li>pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawainya,</li>
<li>pengeluaran pemerintah untuk transfer payments yang ini liputi
misalnya, pembayaran subsidi/bantuan Iangsung kepada berbagai golongan
masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga untuk pinjaman
pemerintah kepada masyarakat.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Semua pos pada sisi pengeluaran tersebut
memerlukan dana untuk melaksanakannya. Sisi penerimaan menunjukkan
darimana dana yang diperlukan tersebut diperoleh. Ada empat sumber utama
untuk memperoleh dana tersebut, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) pajak (berbagai macam),</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) pinjaman dan bank sentral,</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) pinjaman dan masyarakat dalam negeri,</div>
<div style="text-align: justify;">
(d) pinjaman dan luar negeri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dahulu pajak adalah satu-satunya sumber
untuk pembiayaan kegiatan pemerintahan. Tidak ada pajak tidak ada
kegiatan pemerintahan. Sekarang, pajak masih merupakan sumber keuangan
negara yang paling penting bagi semua negara di dunia. Namun bagi
pemerintah di negara-negara modern ada bebeapa cara lain untuk
memperoleh dana tambahan. Yang pertama, pemerintah bisa “meminjam” dana
dan bank sentralnya, seperti halnva seseorang mengambil kredit dart
bank. Tetapi ada satu perbedaan penting antara kredit bank sentral
kepada pemerintah dengan kredit bank kepada seseorang atau perusahaan.
Perbedaan ini adalah bahwa bank sentral hanya bisa memberikan kredit
dengan jalan menciptakan uang inti (reserve money). Bank sentral tidak
bisa menciptakan uang giral seperti bank-bank umum biasa, sebab “uang
giral” bank sentral.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan penambahan uang inti (L berarti
(lewat money multiplier) penambahan jumlah uang beredar (L OIeh sebab
itu dalam ungkapan yang lebih populer, pemberian kredit bank sentral
kepada pemerintah adalah identik dengan pencetakan uang baru. (Yang
lebih tepat sebenarnya adalah penciptaan uang inti baru).</div>
<div style="text-align: justify;">
Cara lain untuk memperoleh dana adalah
meminjam dan masyarakat dalam negeni. Caranya adalah dengan mengeluarkan
obligasi dan menjualnya di pasar uang dalam negeri*). Bila masyarakat
(termasuk bank-bank) membeli surat berharga ini maka pemerintah
memperoleh dana yang semula ada di tangan masyarakat (dan sebagai
gantinya, masyarakat memegang obligasi pemerintah). Cara ini disebut
open market operations (operasi pasar terbuka). Biasanya bank sentral
bertindak sebagai “agen” pemerintah dalam melakukan open market
operations. Cara ini hanya bisa dilakukan di negara-negara yang sudah
memiliki pasar surat berharga (bursa efek dan saham) yang sudah maju.
Bagi negara-negara sedang berkem bang pasar semacam itu belum
berkembang, sehingga kebijaksanaan open market operations hanya
mempunyai kegunaan yang terbatas. Bagi negara-negara maju, open market
operations adalah suatu cara pembelanjaan keuangan negara yang sangat
penting.</div>
<div style="text-align: justify;">
Cara yang terakhir untuk memperoleh dana
adalah dengan meminjam dan luar negeri. Yang dilakukan di sini adalah
“mengambangkan” obligasi pemerintah di pasar uang luar negeri (misalnya,
pemerintah Indonesia telah menjual obligasinya di pasar uang Hamburg
dan Tokyo). Dalam hal mi pemerintah Indonesia menerima dana (dalam
bentuk matauang asing atau “devisa”) dan si pembeli di luar negeri
menerirna surat tanda berhutang (“obligasi”) pemenintah Indonesia
(beserta janji kapan membayar kembali dan dengan bunga beberapa). Cara
mi lebih cocok apabila pemerintah membutuhkan dana dalam bentuk devisa
(misalnya, untuk membiayai kebutuhan impornya).</div>
<div style="text-align: justify;">
Cara di atas adalah untuk memperoleh
“kredit komersial” dan luar negeri, yaitu pinjaman dengan bunga seperti
yang berlaku di pasar pada saat itu. Bagi beberapa negara, kredit
komersial mungkin mungkin dirasa cukup berat, dilihat dan persyaratan
pembayaran bunga maupun jangka waktu pengembaliannya. Khusus bagi negara
sedang berkembang tersedia kemungkinan untuk memperoleh “kredit lunak”,
yaitu pinjaman dengan bunga di bawah bunga yang berlaku di pasar uang
dan dengan jangka waktu yang lebih longgar.*)</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemberi kredit ini adalah pemerintah
negara-negara maju yang memang mempunyai program untukmembantu
pembangunan negara negara berkembang, yaitu negara-negara “donor”, dan
lembaga lembaga keuangan internasional yang bertujuan membantu negara
negara berkembang (seperti Bank Dunia, Asian Development Bank, Dana
Moneter Internasional (IMF), dan sebagainya).</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai contoh, APBN suatu negara bisa
berbentuk seperti berikut: APBN, Negara X, 1981/1982 (dalam Rp milyar),
Dari segi pembukuannya, APBN selalu seimbang: pengeluaran total adalah
2.300 dan penerimaan total juga 2.300. Perubahan kebijaksanaan fiskal
ditunjukkan oleh adanya perubahan jumlah untuk masing-masing pos.
Meskipun jumlah total (pengeluaran dan penerimaan) sama, kita bisa
mempunyai kebijaksanaan fiskal yang berbeda apabila struktur angka-angka
untuk pos-pos APBN berbeda. Dan memang, kita tidak bisa melihat
pengaruh dan suatu APBN hanya dengan melihat nilai totalnya saja. (sebab
nilai ini menurut prinsip akuntansinya harus selalu seimbang). Kita
bisa mengatakan bahwa APBN defisit, surplus atau seimbang dalam arti
ekonomis hanya apabila kita meneliti struktur angka-angkanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada beberapa pengertian yang berbeda
mengenai apa yang di maksud suatu APBN defisit, surplus atau seimbang.
Masing-masing pengertian mempunyai arti ekonomis (dan implikasi makro)
yang berbeda satu sama lain. Kita harus memilih pengertian yang sesuai
dengan tujuan analisa kita atau dengan problema yang kita soroti. Contoh
di atas (dengan kriteria manapun) menunjukkan situasi APBN defisit.
Pengertian yang “paling ketat” mengatakan bahwa defisit APBN terjadi
apabila seluruh pengeluaran pemerintah tidak bisa dibiayai oleh sumber
keuangan negara yang paling utama, yaitu pajak. Dalam contoh di atas,
pengeluaran total adalah 2.300 sedang penerimaan pajak hanya 1.200, jadi
terjadi defisit (dalam pengertian ini) sebesar 1.100.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengertian defisit yang kedua dan yang
“kurang ketat” mengatakan bahwa APBN defisit apabila penerimaan pajak
plus pinjaman pemerintah dan masyarakat dalam negeri tidak mencukupi
untuk membiayai seluruh pengeluaran pemerintah. Dalam contoh di atas,
pajak plus pinjaman mi berjumlah 1.400, sehingga terjadi defisit (dalam
pengertian ini) sebesar 900.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengapa pinjaman dan masyarakat dalam
negeni dianggap sebagai sumber dana yang “wajar”? Pertama, karena ini
adalah pinjaman pemerintah terhadap warganya sendiri, sehingga ada
perasaan bahwa pinjaman ini “wajar”. Alasan kedua, yang secara ekonomis
lebih penting, adalah bahwa pinjaman semacam ini tidak menambah jumlah
uang beredar di dalam negeri, karena dana yang diperoleh pemerintah
adalah dana yang sebelumnya ada di ta ngan masyarakat (yaitu, hanya
terjadi pengalihan hak penggunaan dana yang tersedia). Ciri ini
mempunyai implikasi penting bagi pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap
perekonomian (seperti yang akan kita bahas nanti).</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengertian yang paling “lunak” mengenai
defisit APBN menga takan bahwa defisit APBN hanya terjadi apabila pajak +
pinjaman dan masyarakat dalam negeri + pinjaman dan luar negeri tidak
mencukupi untuk membiayai seluruh pengeluaran pemerintah. Dengan lain
perkataan, defisit APBN terjadi apabila pemerintah harus meminjam dan
bank sentral atau, secara populer, harus men cetak uang baru untuk
membiayai pengeluarannya. Dalam contoh di atas, defisit menurut
pengertian ini adalah 300.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai pengertian mengenai APBN surplus
dan seimbang juga bisa digolongkan sejalan dengan pengertian mengenai
defisit di atas. Kesimpulan umum mengenai uraian kita sampai saat mi
adah bahwa kita harus berhati-hati dan mempunyai konsepsi jelas mengu
nai pengertian mana yang kita maksud apabila kita mengatakan te jadi
defisit atau surplus APBN. Selain itu jelas pula dan uraian di atas
bahwa cara membiayai pengeluaran pemerintah menentukan sekali akibat
APBN terhadap perekonomian. Bermacam-macam pengeluaran sangat menentukan
pula pengaruh APBN terhadap perekonomian Hanya melihat angka “total”nya
saja, kita tidak bisa menilai konsekuensi APBN bagi perekonomian.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>I N F L A S I</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Inflasi merupakan salah satu masalah
ekonomi yang banyak mendapatkan perhatian para pemikir ekonomi. Pada
asasnya inflasi merupakan gelaja ekonomi yang berupa naiknya tingkat
harga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Definisi inflasi :</div>
<div style="text-align: justify;">
Inflasi adalah kecenderungan dari
harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Kenaikan
harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali
bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang
lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Indikator Inflasi :</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum digunakan
untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat. Dilakukan atas dasar survei bulanan di 45 kota, di pasar
tradisional dan modern terhadap 283-397 jenis barang/jasa di setiap kota
dan secara keseluruhan terdiri dari 742 komoditas.</li>
<li>Indeks Harga Perdagangan Besar merupakan indikator yang
menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang
diperdagangkan di suatu daerah.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Didasarkan kepada sumber penyebabnya, menurut Soediyono R. : inflasi dapat digolong-golongkan sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) Inflasi permintaan. Istilah untuk
inflasi semacam ini antara lain ialah demand-pull inflation. inflasi
tarikan permintaan dan demand inflation.</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) inflasi penawaran. lstilah lain yang
hanyak dipakai untuk inflasi sernacam mi ialah cost-push inflation dan
supply inflation.</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) Inflasi campuran, yaitu inflasi yang
mempunyai baik unsur demand pull maupun cost push. Inflasi semacam ini
sering disebut mixed inflation.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Inflasi Permintaan</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai langkah pertama macam inflasi
yang merupakan pusat perhatian kita ialah inflasi permintaan, yang ini
terkenal dengan sebutan demand full inflation. Seperti tersirat dalam
namanya, inflasi permintaan timbul sebagai akibat dan meningkatnya
permintaan agregatif. Ada beberapa Icon atau model analisis ekonomi yang
dapat dimasukkan ke dalam kategori inflasi permintaan. Beberapa di
antaranya yang uraian singkatnya disajikan di bawah mi ialah:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) pendekatan teori kuantitas uang,</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) pendekatan celah inflasi,</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) pendekatan IS-LM, dan</div>
<div style="text-align: justify;">
(d) pendekatan permintaan -penawaran agregatif</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>1. Inflasi Permintaan dengan Pendekatan Teori Kuantitas Uang</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Teori kuantitas uang berpendapat bahwa <em>naik-turunnya
tingkat harga disebabkan oleh naik-turunnya jumlah uang yang beredar
dalam perekonomian. Sebagai akibat dan meningkatnya jumlah saldo kas
yang dimiliki oleh rumah-rumah tangga dikarenakan oleh meningkatnya
jumlah uang yang beredar, angka banding antara jumlah saldo kas dengan
besarnya pendapatan dirasakan menjadi terlalu tinggi. Untuk mengurangi
kelebihan saldo kas tersebut, menurut teori kuantitas uang, rumah tangga
akan langsung menggunakannya untuk memperbesar pengeluaran konsumsi
mereka. ini dengan sendirinya mengakibatkan meningkatnya permintaan
agregatif.</em> Dengan mendasarkan kepada asumsi kesempatan kerja penuh
atau full employment, maka meningkatnya permintaan agregatif akan
mengakibatkan naiknya tingkat harga. Dengan kata lain, terjadilah
inflasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai akibat dan adanya inflasi nilai
nyata saldo kas akan menurun. Proses inflasi terus terjadi sampai
tercapai keadaan di mana angka banding antara jumlah saldo kas nyata
dengan pendapatan nyata kembali ke ketinggian semula. Inflasi akan
terhenti di sini, kecuali kalau terjadi lagi penambahan jumlah uang yang
beredar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>2. Inflasi Permintaan dengan Pendekatan Analisa Celah inflasi</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah celah inflasi atau inflationary gap bahwa <em>inflation
gap terjadi apabila besarnya investasi yang terjadi melebihi penabungan
atau saving pada tingkat pendapatan fuII-employmen, pernyataan tersebut
tepat kalau diterapkan untuk perekonomian tertutup.</em><em> dalam
keadaan di mana besarnya permintaan agregati,f yaitu hasil penjumlahan
(C + 1 + G + X — M), melebihi kapasitas produksi nasional, yang biasa
disebut juga full-employment income.</em></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><em>3. Inflasi Permintaan dengan Pendekatan IS-LM</em></strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Menerangkan inflasi dengan menggunakan
pendekatan IS-LM tersebut ialah bahwa masing-masing dimaksudkan untuk
menerangkan dua hal, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) penentuan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium,</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) penentuan tingkat harga dengan
tingkat pendapatan nasional ekuilibrium seperti yang uraian atau
perhitungannya disajikan oleh butir .</div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena semua variahel yang
diperhatikan dalam analisis silang Keynes tersebut. mengenai
pengukurannya semuanya sama, yaitu masing-masing diukur dalam rupiah per
satuan waktu. Analisis IS-LM di lain pihak sebagian dan vaniabelnya;
yaitu variabel investasi dan variabel permintaan uang untuk spekulasi,
ditentukan oleh tingkat bunga, yang pengukurannya tidak dalam rupiah per
satuan waktu, melainkan dalam persentase persatuan waktu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><em>Menurut Boediono</em></strong><em> :</em>
Kedua macam inflasi yaitu inflasi permintaan dan inflasi penawaran itu
jarang sekali dijumpai dalam praktek dengan bentuk yang murni. Pada
umumnya, inflasi Yang tenjadi di berbagai negara di dunja adalah
kombinasi dan kedua macam inflasi tersebut, dan seringkali keduanya
saling memperkuat satu sama lain. Atau disebut inflasi campuran yang
mempunyai baik unsur demand—pull maupun cost—push. Inflasi semacam ini
sering disebut mixed inflation.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penggolongan Yang ketiga adalah berdasarkan asal dari inflasi Di sini kita bedakan:</div>
<div style="text-align: justify;">
(1) inflasi Yang berasal dan dalam negeri (domestic Inflation)</div>
<div style="text-align: justify;">
(2) Inflasi Yang berasal dan luar negeri (imported inflalion)</div>
<div style="text-align: justify;">
Inflasi yang berasal dan dalam negeri
timbul misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan
pencetakan uang baru, panenan Yang gagal dan sebagainya Infiasi yang
berasal dan luar negeri adalah inflasi Yang timbul karena kenaikan
harga-harga (yaitu, inflasi) di luar negeri atau di Negara negara
tetangga berdagang dengan negara kita. Akibat kenaikan harga barang
barang yang kita Inpor :</div>
<div style="text-align: justify;">
(1) secara langsung kenaikan
indeks biaya hidup karena sebagian dan barangbarag yang tercakup di
dalamnya berasal dan impor.</div>
<div style="text-align: justify;">
(2) secara tidak langsung
menaikkan indeks harg melalui kenajkan ongkos produksj (dan kemudian,
harga jual) dan berbagal barang Yang menggufl bahan mentah atau
mesin-mesin yang harus di impor (cost inflation).</div>
<div style="text-align: justify;">
(3) secara tidak langsung
menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri karena ada kemungkinan
(tetapi ini tidak harus demikian) kenaikan harga barang-barang impor
kenaikan Pengeluaran Pemerintah dan swasta yang berusaha mengimbangi
kenaikan harga impor tersebut disebut demand inflation.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Penularan’ inflasi dan luar negeri ke
dalam negeri bisa pula lewat kenaikan harga barang-barang ekspor dan
saluran saluran hanya sedikit berbeda dengan penularan lewat kenaikan
harga barang-barangg impor :</div>
<div style="text-align: justify;">
(1) Bila harga barang-barang
ekspor ,seperti kopi, teh , naik, maka indeks biaya hidup akan naik pula
sebab banang-barang ini langsung masuk dalam daftar barang-barang yang
tercakup dalam indeks harga.</div>
<div style="text-align: justify;">
(2) Bila harga barang- barang
ekspor (seperti kayu, karet timah dan sebagainya) naik, maka ongkos
produksi dan barang-barang yang menggunakan barang-barang tersebut dalam
produksinya (perumahan, sepatu, kaleng dan Sebagainya) akan naik, dan
kemudian harga jualnya akan naik pula (cost-inflation).</div>
<div style="text-align: justify;">
(3) Kenaikan harga barang-barang
ekspor berarti kenaikan penghasilan eksportir (dan juga para produsen
barangbarang ekspor tersebut). Kenaikan penghasilan ini kemudian akan
dibelanjakan untuk membeli barang-banang (baik dan dalam maupun luar
negeri). Bila jumlah barang yang tersedia di pasar tidak beitambah, maka
harga-harga barang lain akan naik pu1a (demand inflation).</div>
<div style="text-align: justify;">
Penularan inflasi dan luar negeri ke
dalam negeri ini jelas lebih mudah terjadi pada negara-negara yang
perekonomiannya terbuka, yaitu yang sektor perdagangan luar negerinya
penting (seperti Indonesia, Korea, Taiwan, Singapura, Malaysia dan
sebagainya ). Namun berapa jauh penularan tersebut terjadi juga
tergantung kepada kebijaksanaan penierinlah yang diambil. Dengan
kebijaksanaan-kebijaksanaan moneter dan perpajakan tertentu pemerintah
bisa menetralisir kecenderungan inflasi yang berasal dan luar negeri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Disagregasi Inflasi : </strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Inflasi Inti >Yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental:<br />
- Interaksi permintaan-penawaran<br />
- Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang<br />
- Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
2. Inflasi non Inti >Yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Dalam hal ini terdiri dari :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Inflasi <em>Volatile Food</em>.<br />
Inflasi yang dipengaruhi shocks dalam kelompok bahan makanan seperti panen, angguan alam, gangguan penyakit.</li>
<li>Inflasi <em>Administered Prices</em><br />
Inflasi yang dipengaruhi shocks berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM, tarif listrik, tarif angkutan, dll</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Determinan Inflasi </strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (<em>cost push inflation</em>), dari sisi permintaan (<em>demand pull inflation</em>), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor terjadinya <em>cost push inflation</em>
dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar
negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga
komoditi yang diatur pemerintah (<em>administered price</em>)<sup>1</sup> , dan terjadi <em>negative supply shocks</em><sup>2</sup> akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Faktor penyebab terjadi <em>demand pull inflation</em>
adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap
ketersediaannya. Dalam konteks makro ekonomi, kondisi ini digambarkan
oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total
(<em>agregate demand</em>) lebih besar dari pada kapasitas
perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh
perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat
adaptif atau <em>forward looking</em>. Hal ini tercermin dari perilaku
pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat
menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan
penentuan upah minimum regional (UMR).</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>TIMBULNYA INFLASI </strong></div>
<div style="text-align: justify;">
“inflasi” semata-mata suatu gejala
ekonomi, dimana kecenderungan harga-harga untuk naik secara bersamaan.
Sebab-sebab timbulnya inflasi khusus dari segi ekonomi; dan penentuan
sebab-sebab “ekonomis obyektif” ini mungkin bukanlah tugas yang paling
sukar. Biasanya kita harus melampaui batas-batas ilmu ekonomi dan
memasuki bidang ilmu sosiologi dan ilmu politik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah inflasi dalam arti yang lebih
luas bukan semata-mata masalah ekonomi, tetapi masalah
sosio-ekonomi-politis. Ilmu ekonomi membantu kita ntuk
mengidentifikasikan sebab-sebab obyektif dari inflasi, misalnya saja
karena pemerintah mencetak uang terlalu hanyak. Kalau kita
mempertanyakan mengapa pemerinlah harus mencetak uang, meskipun mereka
tahu bahwa tindakan tersebu mengakibatkan inflasi .seringkali jawabannya
terletak di bidang sosial politik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi, masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu, Ketiga teori ini adalah:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Teori kuantitas</li>
<li>Teori Keynes</li>
<li>Teori Strukturalis</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Teori Kuantitas adalah teori yang paling
tua mengenai inflasi, namun teori ini (yang akhir-akhir ini mengalami
penyempurnaan-penyempurnaan oleh kelompok ahli ekonomi Universitas
Chicago) masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di zaman
modern in terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Teori ini
menyoroti peranan dalam proses inflasi yaitu :</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) jumlah uang yang beredar</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectations).</div>
<div style="text-align: justify;">
Inti dari teori ini adalah sebagai berikut:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang
beredar (apakah berupa penambahan uang kartal atau penambahan uang giral
tidak menjadi soal). Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar,
kejadian seperti, misalnva, kegagalan panen, hanya akan menaikkan
harga-harga untuk semenlara waktu saja. Penambahan jumlah uang ibarat
“bahan bakar” bagi api inflasi. Bila jumlah uang tidak ditambah, inflasi
akan berhenti dengan sendirinya, apapun sebab musabab awal dan kenaikan
harga tersebut.</li>
<li>Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang
beredar dan oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan
harga-harga di masa mendatang.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Terdapat 3 kemungkinan keadaan. <strong><em>Keadaan yang pertama</em></strong>
adalah bila masyarakat tidak (atau belum) mengharapkan harga-harga
untuk naik pada bulan-bulan mendatang. Dalam hal mi, sebagian besar dan
penambahan jumlah uang yang beredar akan diterima oleh masyarakat untuk
menamhah likuiditasnya (yaitu, memperbesar pos Kas dalam buku neraca
para anggota masyarakat). ini berarti bahwa sebagian besar dan kenaikan
jumlah uang tersebut tidak dibelanjakan untuk pembelian barang. berarti
bahwa tidak akan ada kenaikan permintaan yang berarti akan
barang-barang, jadi tidak ada kenaikan harga barang-barang (atau
harga-harga mungkin naik sedikit sekali).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam keadaan seperti ini, kenaikan
jumlah uang yang beredar sebesar 10% diikuti oleh kenaikan harga-harga
sebesar, misalnya 1 %. Keadaan ini biasanya dijumpai pada waktu inflasi
masih baru mulai dan masyarakat masih belum sadar bahwa inflasi sedang
berlangsung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>A. Tugas Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral adalah :</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun
2004 tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah (Pasal 7). Amanat ini memberikan kejelasan peran bank
sentral dalam perekonomian, sehingga dalam pelaksanaan tugasnya Bank
Indonesia dapat lebih fokus dalam pencapaian “single objective”-nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang dimaksud dengan kestabilan nilai
rupiah adalahKestabilan nilai rupiah tercermin dari tingkat inflasi dan
nilai tukar yang terjadi. Tingkat inflasi tercermin dari naiknya harga
barang-barang secara umum. Faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi dapat
dibagi menjadi 2 macam, yaitu :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan</li>
<li>tekanan inflasi yang berasal dari sisi penawaran.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hal ini, BI hanya memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi tekanan inflasi yang berasal dari sisi
permintaan, sedangkan tekanan inflasi dari sisi penawaran (bencana alam,
musim kemarau, distribusi tidak lancar, dll) sepenuhnya berada diluar
pengendalian BI. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai dan menjaga
tingkat inflasi yang rendah dan stabil, diperlukan adanya kerjasama dan
komitmen dari seluruh pelaku ekonomi, baik pemerintah maupun swasta.
Tanpa dukungan dan komitmen tersebut niscaya tingkat inflasi yang sangat
tinggi selama ini akan sulit dikendalikan. Selanjutnya nilai tukar
rupiah sepenuhnya ditetapkan oleh kekuatan permintaan dan panawaran yang
terjadi di pasar. Apa yang dapat dilakukan oleh BI adalah menjaga agar
nilai rupiah tidak terlalu berfluktuasi secara tajam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>B. Pentingnya kestabilan harga</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Pentingnya pengendalian inflasi
didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil
memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil
masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun
dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah
miskin.</li>
<li>Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Pengalaman empiris menunjukkan bahwa
inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam
melakukan konsumsi, investasi dan produksi, yang pada akhirnya akan
menurunkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang
lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga
menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga
dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/gambar-inflasi.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-274" height="381" src="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/gambar-inflasi.jpg?w=426&h=381" title="Kestabilan Harga Pada saat Inflasi" width="426" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>C. Peran Kebijakan Moneter Mengendalikan Inflasi</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengingat tugas spesifik yang diemban
oleh Bank Indonesia seperti tersebut di atas, Bank Indonesia tidak
sepenuhnya dapat mengendalikan inflasi, terutama tekanan inflasi yang
berasal dari sisi penawaran (<em>cost push inflation</em>). Bank
Indonesia, melalui kebijakan moneter, dapat mempengaruhi inflasi dari
sisi permintaan, seperti investasi dan konsumsi masyarakat. Misalnya,
kebijakan kenaikan suku bunga dapat menge-’rem’ pengeluaran masyarakat
dan pemerintah sehingga dapat menurunkan permintaan secara keseluruhan
yang pada akhirnya dapat menurunkan inflasi. Selain itu, kenaikan suku
bunga ini dapat menguatkan nilai tukar melalui peningkatan (<em>positive</em>) <em>interest rate differential</em>.
Demikian juga, Bank Indonesia dapat mempengaruhi ekspektasi masyarakat
melalui kebijakan yang konsisten dan kredibel. Harapannya adalah sasaran
(target) inflasi Bank Indonesia diacu oleh masyarakat dan pelaku
ekonomi sehingga inflasi yang terjadi dapat sama atau mendekati sasaran
inflasi. Apabila kondisi ini terjadi, maka biaya pengendalian moneter
dapat diminimalkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara teori, kebijakan moneter dapat ditransmisikan melalui berbagai jalur (<em>channel</em>),
yaitu jalur suku bunga, jalur kredit perbankan, jalur neraca
perusahaan, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi.
Dengan melewati jalur-jalur tersebut, kebijakan moneter akan
ditransmisikan dan berpengaruh ke sektor finansial dan sektor riil
setelah beberapa waktu lamanya (<em>lag of monetery policy</em>) .</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/gambar-peran-kebijakan-moneter.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-275" height="463" src="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/gambar-peran-kebijakan-moneter.jpg?w=513&h=463" title="Gambar Peran Kebijakan Moneter" width="513" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain kebijakan moneter yang bersifat
“langsung” seperti di atas, bank sentral juga dapat mempengaruhi tujuan
akhirnya secara “tidak langsung”, yaitu melalui berbagai regulasi dan
himbauan (<em>moral suassion</em>) kepada sektor perbankan guna mempercepat mekanisme transmisi kebijakan moneter.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam melaksanakan pengendalian moneter
Bank Indonesia diberikan kewenangan dalam menggunakan instrumen moneter
berupa tetapi tidak terbatas pada (i) Operasi Pasar Terbuka (<em>open market operation</em>), (ii) penetapan tingkat diskonto (<em>discount rate</em>), (iii) penetapan Giro Wajib Minimum (<em>minimum reserve requirement</em>), dan (iv) pengaturan kredit atau pembiayaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>D. Alasan Perubahan Kerangka Kerja Sebelumnya (Base Money Targetting)</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak dilepasnya sistem <em>crawling band</em>, Bank Indonesia mentargetkan <em>base money</em> (<em>base money targeting</em>)
dalam kerangka kebijakan moneternya. Kerangka tersebut tidak terlepas
dari upaya Bank Indonesia untuk menyerap kembali kelebihan likuiditas di
perbankan sebagai dampak dari adanya bantuan likuiditas Bank Indonesia
sebagai konsekuensi fungsi Bank Indonesia sebagai <em>lender of the last resort</em>. Kerangka kebijakan moneter dengan menggunakan program moneter ini diformalkan sebagai bagian dari program IMF.</div>
<div style="text-align: justify;">
Base money targeting framework didasarkan pada teori kuantitas uang (<em>quantity theory of money</em>), yaitu MV=PY<sup>4</sup> . Efektivitas kerangka ini sangat tergantung kepada stabilitas <em>velocity</em> uang beredar baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu, <em>framework</em>
ini akan berjalan baik apabila (i) hubungan antara base money dan
inflasi stabil, dan (ii) bank sentral dapat mengendalikan uang kartal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia menghadapi permasalahan dalam menggunakan framework ini. Hal ini disebabkan oleh :</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Hubungan M0 dengan P dan Y tidak stabil, karena terdapat perubahan struktural pasca krisis<sup>5</sup> .</li>
<li>Seolah-olah terdapat dua nominal <em>anchor</em>, yaitu pencapaian sasaran inflasi dan <em>target base money</em></li>
<li>Respon kebijakan moneter cenderung <em>backward looking</em>.</li>
<li>Cukup sulit mengendalikan <em>base money</em>, karena sebagian besar komponennya terdiri dari uang kartal yang perilakunya lebih dipengaruhi oleh permintaan (<em>demand determined</em>)<sup>6</sup>.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai perubahan-perubahan struktural pasca krisis antara lain ditandai dengan :</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Penerapan floating exchange rate yang menyebabkan volatilitas nilai tukar yang lebih tinggi</li>
<li>Restrukturisasi dan fungsi intermediasi perbankan terkait dengan
program rekapitalisasi dan pergeseran portfolio aset dari kredit ke
obligasi</li>
<li>Permasalahan sektor riil yang mengakibatkan turunnya permintaan kredit.</li>
<li>Munculnya berbagai inovasi produk perbankan, diantaranya reksadana.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Studi di Bank Indonesia menyimpulkan
bahwa akibat adanya perubahan struktural di atas, peran suku bunga
menjadi semakin penting (dibandingkan dengan uang beredar) dalam
mempengaruhi inflasi. Untuk itu, perlu dilakukan peninjauan ulang dan
perubahan formulasi kerangka kerja kebijakan moneter (<em>monetary policy framework</em>) Bank Indonesia yang selama ini telah dianut, dari pendekatan yang sifatnya pragmatis (<em>eclectic approach</em>) ke dalam suatu <em>framework</em> baru yang sesuai dengan prinsip-prinsip kebijakan moneter yang sehat (<em>sound</em>).</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>E. Prinsip-Prinsip Kebijakan Moneter yang Sehat</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
(i) Mempunyai satu tujuan akhir yang diutamakan (<em>overriding objective</em>),
yaitu sasaran inflasi, sebagai kontribusi pokok kebijakan moneter dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, sasaran inflasi
ditetapkan dengan mempertimbangkan pengaruhnya (<em>trade-off</em>) dengan pertumbuhan ekonomi.</div>
<div style="text-align: justify;">
(ii) Kebijakan moneter bersifat antisipatif atau <em>forward looking</em>,
yaitu dengan mengarahkan kebijakan moneter yang ditempuh saat ini
diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan pada periode
yang akan datang mengingat adanya efek tunda (<em>lag</em>) kebijakan moneter.</div>
<div style="text-align: justify;">
(iii) Mengikatkan diri kepada suatu mekanisme tertentu dalam membuat pertimbangan penentuan respon kebijakan moneter (<em>constrained discretion</em>).
Dalam penetapan respon kebijakan moneter, bank sentral mempertimbangkan
prakiraan inflasi, pertumbuhan ekonomi, serta berbagai variabel lain.
Termasuk pertimbangan mengenai kebijakan ekonomi Pemerintah dalam
kerangka koordinasi kebijakan moneter dengan kebijakan makro lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
(iv) Sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang sehat (<em>good governance</em>), yaitu berkejelasan tujuan, konsisten, transparan, dan berakuntabilitas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>F. Inflation Targeting Framework (ITF)</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Definisi ITF ><strong> </strong>ITF
merupakan sebuah kerangka kebijakan moneter yang ditandai dengan
pengumuman kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai
dalam beberapa periode ke depan. Secara eksplisit dinyatakan bahwa
inflasi yang rendah dan stabil Merupakan tujuan utama dari kebijakan
moneter. Sesuai definisi di atas, sejak berlakunya UU No. 23/1999
Indonesia sebenarnya dapat dikategorikan sebagai “Inflation Targeting
lite countries”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Alasan pemilihan ITF</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pemilihan kerangka kerja kebijakan moneter IT didasarkan atas beberapa pertimbangan sebagai berikut :</li>
</ol>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Memenuhi prinsip-prinsip kebijakan moneter yang sehat (sound).</li>
<li>Sesuai dengan amanat UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3/2004.</li>
<li>Hasil riset menunjukkan semakin sulit pengendalian besaran moneter.</li>
<li>Pengalaman empiris negara lain menunjukkan bahwa negara yang
menerapkan ITF berhasil menurunkan inflasi tanpa meningkatkan
volatilitas output.</li>
<li>Dapat meningkatkan kredibilitas BI sebagai pengendali inflasi melalui komitmen pencapaian target.</li>
</ul>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Penerapan ITF bukan berarti bahwa bank sentral hanya menaruh
perhatian pada inflasi saja, dan tidak lagi memperhatikan pertumbuhan
ekonomi maupun kebijakan dan perkembangan ekonomi secara keseluruhan.
Juga, ITF bukanlah suatu kaidah yang kaku (rule) tetapi sebagai kerangka
kerja menyeluruh (framework) untuk perumusan dan pelaksanaan kebijakan
moneter. Fokus ke inflasi tidak berarti membawa perekonomian kepada
kondisi yang sama sekali tanpa inflasi (zero inflation).</li>
<li>Inflasi rendah dan stabil dalam jangka panjang, justru akan
mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (suistanable growth).
Penyebabnya, karena tingkat inflasi berkorelasi positif dengan
fluktuasinya. Manakala inflasi tinggi, fluktuasinya juga meningkat,
sehingga masyarakat merasa tidak pasti dengan laju inflasi yang akan
terjadi di masa mendatang. Akibatnya, suku bunga jangka panjang akan
meningkat karena tingginya premi risiko akibat inflasi. Perencanaan
usaha menjadi lebih sulit, dan minat investasi pun menurun.
Ketidakpastian inflasi ini cenderung membuat investor lebih memilih
investasi asset keuangan jangka pendek ketimbang investasi riil jangka
panjang. Itulah sebabnya, otoritas moneter seringkali berargumentasi
bahwa kebijakan yang anti inflasi sebenarnya adalah justru kebijakan
yang pro pertumbuhan.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>G. Sasaran Inflasi</strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Sasaran inflasi sebagai sasaran akhir kebijakan moneter ditetapkan
oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Penetapan
sasaran inflasi tersebut mempertimbangkan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan ekonomi (trade-off) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.</li>
<li>Pemerintah setelah berkoordinasi dengan BI telah menetapkan dan
mengumumkan sasaran inflasi IHK untuk tahun 2006, 2007, dan 2008
masing-masing sebesar 8% ±1%, 6%±1%, dan 5,0%±1%. (Berdasarkan siaran
pers : Rapat Koordinasi Bidang Makroekonomi tanggal 17 Maret 2006).
Penetapan lintasan sasaran inflasi ini sejalan dengan keinginan untuk
mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang sebesar 3% agar
Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara Asia lainnya .</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>H. Indikator Kebijakan Moneter</strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Dalam merumuskan kebijakan moneter, Bank Indonesia akan selalu
melakukan analisis dan mempertimbangkan berbagai indikator ekonomi,
khususnya prakiraan inflasi, pertumbuhan ekonomi, besaran-besaran
moneter dan perkembangan sektor ekonomi dan keuangan secara keseluruhan.</li>
<li>Demikian pula, Bank Indonesia akan selalu dan terus memperhatikan
langkah-langkah kebijakan ekonomi yang ditempuh Pemerintah.
Langkah-langkah koordinasi kebijakan yang selama ini telah berlangsung
baik akan terus diperkuat dan ditingkatkan.</li>
<li>Analisis dan prakiraan berbagai variabel ekonomi tersebut
dipertimbangkan untuk mengarahkan agar prakiraan inflasi ke depan
sejalan dengan kisaran sasaran inflasi yang telah ditetapkan.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>I. Respon Kebijakan Moneter</strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Tujuan dan bentuk respon kebijakan moneter adalah sbb:</li>
</ol>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar
pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur
pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan (konsistensi).</li>
<li>Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam kenaikan, penurunan, atau tidak berubahnya BI Rate.</li>
<li>Perubahan (kenaikan atau penurunan) BI Rate dilakukan secara konsisten dan bertahap.</li>
</ul>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Fungsi BI Rate sebagai sinyal kebijakan</li>
</ol>
<ul style="text-align: justify;">
<li>BI Rate adalah suku bunga instrumen sinyaling Bank Indonesia yang
ditetapkan pada RDG triwulan untuk berlaku selama triwulan berjalan
(satu triwulan), kecuali ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam
triwulan yang sama. Dengan demikian, rate rata-rate tertimbang hasil
lelang SBI pada setiap kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh
stakeholders sebagai sinyal kebijakan moneter Bank Indonesia.</li>
<li>BI Rate diumumkan ke publik segera setelah ditetapkan dalam RDG
sebagai sinyal stance kebijakan moneter (yang lebih jelas dan tegas)
dalam merespon prospek pencapaian sasaran inflasi ke depan.</li>
<li>BI Rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi
pengendalian moneter untuk mengarahkan agar Rata-Rata Tertimbang Suku
Bunga SBI 1 bulan hasil lelang OPT (suku bunga instrumen liquidity
adjustment) berada di sekitar BI Rate. Selanjutnya suku bunga SBI 1
bulan diharapkan mempengaruhi suku bunga PUAB dan suku bunga jangka yang
lebih panjang.</li>
</ul>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Proses penetapan respon kebijakan moneter</li>
</ol>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dalam RDG triwulanan.</li>
<li>Respon kebijakan moneter ditetapkan untuk periode satu triwulan ke depan.</li>
<li>Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dengan memperhatikan efek tunda kebijakan moneter dalam mempengaruhi inflasi.</li>
<li>Dalam kondisi yang luar biasa, penetapan respon kebijakan moneter dapat dilakukan dalam RDG bulanan.</li>
</ul>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Dasar pertimbangan penetapan respon kebijakan</li>
</ol>
<ul style="text-align: justify;">
<li>BI Rate merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke
depan agar tetap berada pada sasaran yang telah ditetapkan. Perubahan BI
Rate dilakukan terutama jika deviasi proyeksi inflasi terhadap
targetnya (inflation gap) dipandang telah bersifat permanen dan
konsisten dengan informasi dan indikator lainnya.</li>
<li>BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur secara diskresi dengan mempertimbangkan:</li>
</ul>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi, dan</li>
<li>Berbagai informasi lainnya seperti leading indicators, survei,
informasi anekdotal, variabel informasi, expert opinion, asesmen fakto
risiko dan ketidakpastian serta hasil-hasil riset ekonomi dan kebijakan
moneter.</li>
<li>Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate (SBI
tenor 1 bulan) secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis
points (bps). Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia
yang lebih besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI
Rate dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>J. Operasi Pengendalian Moneter</strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Berbeda dengan pelaksanaan selama ini yang menggunakan uang primer,
sasaran operasional pengendalian moneter adalah BI Rate. Dengan langkah
ini, sinyal kebijakan moneter diharapkan dapat lebih mudah dan lebih
pasti dapat ditangkap oleh pelaku pasar dan masyarakat, dan karenanya
diharapkan pula dapat meningkat efektivitas kebijakan moneter.</li>
<li>Pengendalian moneter dilakukan dengan menggunakan instrumen:</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
(i) Operasi Pasar Terbuka (OPT),</div>
<div style="text-align: justify;">
(ii) Instrumen likuiditas otomatis (standing facilities),</div>
<div style="text-align: justify;">
(iii) Intervensi di pasar valas,</div>
<div style="text-align: justify;">
(iv) Penetapan giro wajib minimum (GWM), dan</div>
<div style="text-align: justify;">
(v) Himbauan moral (moral suassion).</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pengendalian moneter diarahkan pula agar perkembangan suku bunga
PUAB berada pada koridor suku bunga yang ditetapkan. Langkah ini
dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas
sekaligus untuk memperkuat sinyal kebijakan moneter yang ditempuh Bank
Indonesia.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>K. Koordinasi dengan Pemerintah</strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Koordinasi dengan Pemerintah dimaksudkan agar kebijakan moneter Bank
Indonesia sejalan dengan kebijakan umum Pemerintah dibidang
perekonomian dengan tetap menjaga tugas dan wewenang masing-masing.</li>
<li>Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah dalam penetapan sasaran
inflasi dilakukan sesuai dengan MoU yang telah disepakati antara
Pemerintah (cq. Menteri Keuangan) dengan Bank Indonesia, diantaranya
adalah:</li>
</ol>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Bank Indonesia menyampaikan usulan Sasaran Inflasi kepada Pemerintah
selambat-lambatnya bulan Mei pada tahun sebelum periode sasaran inflasi
berakhir.</li>
<li>Dalam hal terjadi kondisi yang luar biasa sehingga Sasaran Inflasi
yang telah ditetapkan menjadi tidak realistis dan perlu direvisa, maka
Bank Indonesia menyampaikan usulan perubahan Sasaran Inflasi setelah
berkoordinasi dengan Bank Indonesia.</li>
</ul>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pentingnya keterlibatan Pemerintah dalam menetapkan inflasi
didasarkan pada pertimbangan beberapa faktor. Pertama, tidak semua
sumber inflasi di bawah kendali kebijakan Bank Indonesia. Kebijakan
pemerintah turut menyumbang inflasi, diantaranya adalah penetapan
administered price, upah minimum regional, gaji pegawai negeri,
kebijakan di bidang produksi sektoral, perdagangan domestik dan tata
niaga impor. Kebijakan pemerintah lainnya (misalnya di bidang politik,
keamanan, dan penegakan hukum) juga secara tidak langsung turut
mempengaruhi inflasi. Kedua, kebersamaan komitmen pengendalian inflasi
antara Pemerintah dan Bank Indonesia di atas kertas akan menjadikan
sasaran inflasi lebih kredibel, karena menjadi “milik bersama”. Jika
sasaran inflasi sangat kredibel, dalam arti Bank Indonesia dan
Pemerintah dinilai akan mampu mencapainya, para pelaku ekonomi akan
menyamakan perkiraan inflasi mereka dengan angka sasaran inflasi
tersebut. Bila kondisi ini terjadi, Pemerintah dan Bank Indonesia akan
lebih mudah menurunkan dan menstabilkan inflasi dalam jangka menengah
dan panjang, tanpa harus menelan biaya kebijakan yang terlalu besar.</li>
<li>Sebagai tindak lanjut, Bank Indonesia bersama Pemerintah telah
membentuk tim penetapan sasaran, pemantauan, dan pengendalian inflasi
(selanjutnya disebut Tim Pengendalian Inflasi) yang beranggotakan
beberapa departemen teknis. Adapun tugas tim tersebut antara lain
mencakup pemberian usul mengenai sasaran inflasi, mengevaluasi
sumber-sumber dan potensi tekanan inflasi serta dampaknya terhadap
pencapaian sasaran inflasi, merekomendasikan pilihan kebijakan yang
mendukung pencapaian sasaran inflasi, serta melakukan diseminasi
mengenai sasaran dan upaya pencapaian sasaran inflasi kepada masyarakat.
Diharapkan pembentukan Tim Pengendalian Inflasi ini akan meningkatkan
koordinasi antara otoritas moneter dengan Pemerintah secara keseluruhan,
sehingga sasaran inflasi menjadi tujuan bersama yang credible dan
achievable.</li>
<li>Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah juga dilakukan dalam
penetapan asumsi-asumsi makro untuk bahan penyusunan RAPBN, baik melalui
rapat koordinasi dengan Departemen Keuangan (dan instansi terkait)
maupun dalam pembahasan dengan DPR.</li>
<li>Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah mengenai kebijakan di
bidang perekonomian lainnya dilakukan dalam Sidang Kabinet maupun
pertemuan-pertemuan lainnya sesuai dengan perkembangan dan permasalahan
yang terjadi.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>L. Transparansi</strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Kebijakan moneter dikomunikasikan secara berkesinambungan kepada
masyarakat untuk meningkatkan kredibilitas kebijakan moneter dalam
membentuk ekspektasi dan pencapaian sasaran inflasi.</li>
<li>Komunikasi kebijakan moneter mencakup pengumuman dan penjelasan
pencapaian sasaran inflasi, kerangka kerja dan langkah-langkah kebijakan
moneter yang telah dan akan ditempuh, jadwal RDG, serta hal-hal lain
yang ditetapkan oleh Dewan Gubernur.</li>
<li>Komunikasi kebijakan moneter dilakukan dengan cara termasuk dan
tidak terbatas pada siaran pers, konperensi pers (terutama segera
setelah RDG Triwulanan untuk menjelasankan respon kebijakan moneter),
publikasi (termasuk penerbitan “Laporan Kebijakan Moneter” atau
“Inflation Report”), maupun penjelasan langsung kepada masyarakat.</li>
<li>Komunikasi kebijakan moneter disampaikan kepada masyarakat luas
termasuk dan tidak terbatas pada media massa, pelaku ekonomi, kalangan
pakar dan akademisi.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>M. Akuntabilitas</strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pertanggung-jawaban kebijakan moneter disampaikan kepada DPR untuk
meningkatkan kredibilitas Bank Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
wewenang yang telah ditetapkan dalam UU.</li>
<li>Pertanggung-jawaban kebijakan moneter dilakukan dengan penyampaian
secara tertulis maupun penjelasan langsung atas Laporan Kebijakan
Moneter (“Monetary Policy Report” atau “Inflation Report”) secara
triwulanan dan aspek-aspek tertentu kebijakan moneter yang dipandang
perlu.</li>
<li>Laporan Kebijakan Moneter disampaikan pula kepada Pemerintah dan masyarakat luas untuk transparansi dan koordinasi.</li>
<li>Dalam hal sasaran inflasi untuk suatu tahun tidak tercapai, maka
Bank Indonesia menyampaikan usulan penjelasan kepada Pemerintah sebagai
bahan penjelasan Pemerintah bersama Bank Indonesia secara terbuka kepada
DPR dan masyarakat yang dilakukan paling lambat Februari tahun
berikutnya.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>N. Stabilitas Sistem Keuangan (SSK )</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Istilah Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)
sebenarnya belum memiliki definisi baku secara internasional. Oleh
karena itu, muncul beberapa definisi mengenai SSK yang pada intinya
mengatakan bahwa suatu sistem keuangan memasuki tahap tidak stabil pada
saat sistem tersebut telah membahayakan dan menghambat kegiatan
ekonomi. Di bawah ini dikutip beberapa definisi SSK yang diambil dari
berbagai sumber:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li><em>1. </em><em>SSK adalah sistem keuangan yang mampu mengalokasikan
sumber dana dan menyerap kejutan (shock) yang terjadi sehingga dapat
mencegah gangguan terhadap kegiatan sektor riil dan sistem keuangan.”</em></li>
<li><em>2. </em><em>SSK adalah sistem keuangan yang kuat dan tahan
terhadap berbagai gangguan ekonomi sehingga tetap mampu melakukan fungsi
intermediasi, melaksanakan pembayaran dan menyebar risiko secara baik.”</em><em> </em></li>
<li><em>3. </em><em>SSK adalah suatu kondisi dimana mekanisme ekonomi
dalam penetapan harga, alokasi dana dan pengelolaan risiko berfungsi
secara baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi.” </em><em> </em></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun definisi yang seragam mengenai
SSK belum ada, namun untuk memahami lebih jauh soal ini, dapat dilakukan
dengan meneliti faktor-faktor yang dapat menganggu stabilitas itu
sendiri. Ketidakstabilan sistem keuangan dapat dipicu oleh berbagai
macam penyebab dan gejolak. Hal ini umumnya merupakan kombinasi antara
kegagalan pasar, baik karena faktor struktural maupun perilaku.
Kegagalan pasar itu sendiri dapat bersumber dari eksternal
(internasional) dan internal (domestik). Sistem keuangan secara umum
terdiri dari pasar, lembaga dan infrastruktur. Risiko yang sering
menyertai kegiatan dalam sistem keuangan antara lain risiko kredit,
risiko likuiditas, risiko pasar dan risiko operasional.</div>
<div style="text-align: justify;">
Meningkatnya kecenderungan globalisasi
sektor finansial yang didukung oleh perkembangan teknologi menyebabkan
sistem keuangan menjadi semakin terintegrasi tanpa jeda waktu dan batas
wilayah. Selain itu, inovasi produk keuangan semakin dinamis dan beragam
dengan kompleksitas yang semakin tinggi. Berbagai perkembangan tersebut
selain dapat mengakibatkan sumber-sumber pemicu ketidakstabilan sistem
keuangan meningkat dan semakin beragam, juga dapat mengakibatkan semakin
sulitnya mengatasi ketidakstabilan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Identifikasi terhadap sumber
ketidakstabilan sistem keuangan umumnya lebih bersifat forward looking
(melihat kedepan). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui potensi risiko
yang akan timbul serta akan mempengaruhi kondisi sistem keuangan
mendatang. Atas dasar hasil identifikasi tersebut selanjutnya dilakukan
analisis sampai seberapa jauh risiko berpotensi menjadi semakin
membahayakan, meluas dan bersifat sistemik sehingga mampu melumpuhkan
perekonomian.</div>
<a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/gambar-ssk.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-276" height="469" src="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/gambar-ssk.jpg?w=516&h=469" title="Gambar Stabilitas Sistem Keuangan" width="516" /></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<strong>Dua Model Perekonomian </strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam menganalisa suatu perkenomian, dikenal dua model perekonomian, yaitu <strong>perekonomian tertutup</strong> dan <strong>perekonomian terbuka.</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Perekonomian tertutup</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Adalah model perekonomian yang pada
pelakunya, khususnya Produsen dan Konsumen, secara sederhana akan
melakukan kegiatan dalam penjualan dan pembelian di pasar yang saling
melengkapi untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingannya masing-masing.
Dalam transaksi pasar tersebut, mereka akan terikat dengan kontrak
dagang atau kesepakatan jual beli, dan kemudian ditetapkanlah harga jual
atau harga beli dari kegiatan tersebut. Untuk memfasilitasi kegiatan
produksi dan kegiatan konsumsi ini secara efektif maka sistem
perekonomian memerlukan Lembaga perbankan dan lembaga keuangan lainnya
seperti pasar modal, lembaga asuransi, lembaga penjamin, pegadaian atau
lembaga keuangan mikro yang terdapat di daerah pedesaan. Lembaga
Perbankan peranannya sangat vital untuk mengumpulkan dana-dana yang ada
di masyarakat, yang selanjutnya mereka akan melakukan pengalokasian dana
tersebut melalui pemberian fasilitas perkreditan atau jasa perbankan
lainnya. Hal ini dikatakan ekonomi pasar tertutup, karena didalamnya
belum termasuk peran luar negeri dalam sistem ekonomi tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Pada sistem ekonomi yang terbuka</strong>,</div>
<div style="text-align: justify;">
Terdapat kemungkinan dari produsen untuk
melakukan kegiatan ekspor barang dan produk dagangan dengan tujuan
pasar-pasar di negara lain atau sebaliknya melakukan kegiatan impor atas
bahan mentah dan bahan penolong serta mesin atau barang jadi dari luar
negara. Dalam model terbuka ini jasa perbankan dan lembaga keuangan
dapat juga berasal dari luar negeri dan kita dihadapkan pada sistem
perekonomian yang semakin menyatu (the borderless economy) yang disebut
dengan the global economy. <span style="text-decoration: underline;"><sup>6</sup></span>Dengan
memasukkan sektor luar negeri ke dalam model penghitungan pendapatan
nasional, berarti kita menamijahkan dua variabel dalam model
perekonomian tiga sektor, yaitu variabel ekspor (X) dan variabel impor
(M).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian untuk menghitung
pendapatan nasional keseimbangan pada perekonomian terbuka dilakukan
dengan jalan menyamakan antara sisi pendapatan dan sisi
pengeluaran.Dalam sistem perekonomian terbuka ini, pengeluaran untuk
impor dibedakan menjadi dua jenis, yaitu apakah impor itu tergantung
dari variabel lain, atau tidak (nilainya dianggap tetap).Untuk impor
yang nilainya tetap dapat dituliskan sebagai berikut :M = M<sub>0</sub>; di mana M<sub>0</sub> adalah besarnya impor, Sedangkan impor yang nilainya tergantung dari besar kecilnya pendapatan dirumuskan sebagai berikut: M= M<sub>0</sub> + mY, di mana Y adalah pendapatn dan m adalah <em>Marginal Propensity to Import</em>Menurut Tedi Heriayanto <span style="text-decoration: underline;"><sup>8</sup></span>,
tolok ukur yang baik untuk menilai kadar keterbukaan suatu perekonomian
adalah rasio ekspor dan impor terhadap total GNP. Jika rasio
ekspor-impor terhadap GNP melebihi 50% maka dikatakan perekonomian
lebih terbuka. Perdagangan internasional dapat terjadi karena beberapa
alasan, yaitu :</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Keanekaragaman kondisi produksi. Perdagangan diperlukan karena
adanya keanekaragaman kondisi produksi di setiap negara. Misalnya,
negara A karena beriklim tropis dapat berspesialisasi memproduksi
pisang, kopi; untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa dari negara
lain.</li>
<li>Penghematan biaya. Alasan kedua adalah timbulnya <em>increasing returns to scale </em>(penurunan
biaya pada skala produksi yang besar). Banyak proses produksi menikmati
skala ekonomis, artinya proses produksi tersebut cenderung memiliki
biaya produksi rata-rata yang lebih rendah ketika volume produksi
ditingkatkan. Cara apa yang lebih baik untuk meningkatkan produksi
selain menjualnya ke pasar global ?</li>
<li>Perbedaan selera. Sekalipun kondisi produksi di semua daerah serupa,
setiap negara mungkin akan melakukan perdagangan jika selera mereka
berbeda. Contohnya, negara A dan B menghasilkan daging sapi dan daging
ayam dalam jumlah yang hampir sama, tetapi karena masyarakat negara A
tidak menyukai daging sapi, sedang negara B tidak menyukai daging ayam,
dengan demikian ekspor yang saling menguntungkan dapat terjadi di antara
kedua negara tersebut, yaitu bila negara A mengimpor daging ayam dan
mengekspor daging sapi, sebaliknya negara B mengimpor daging sapi dan
mengekspor daging ayam.</li>
<li>Prinsip keunggulan komparatif (comparative advantage). Prinsip ini
mengatakan bahwa setiap negara akan berspesialisasi dalam produksi dan
mengekpor barang dan jasa yang biayanya relatif lebih rendah (artinya
lebih efisien dibanding negara lain); sebaliknya setiap negara akan
mengimpor barang dan jasa yang biaya produksinya relatif lebih tinggi
(artinya kurang efisien dibanding negara lain).</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Dengan adanya perekonomian terbuka dan
setiap negara berkonsentrasi pada bidang yang memiliki keunggulan
komparatif, maka kehidupan semua orang akan menjadi lebih baik. Pekerja
di setiap negara dapat memperoleh konsumsi dalam jumlah yang meningkat
untuk jumlah jam kerja yang sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Neraca Pembayaran Internasional</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai permasalahan ekonomi dewasa ini
sebagian besar sangat terkait dengan permasalahan defisit neraca
pembayaran dan utang atau kredit luar negerinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Neraca pembayaran internasional
(international balance of payment) suatu negara merupakan laporan
keuangan negara yang bersangkutan atas semua transaksi ekonomi dengan
negara-negara lain yang disusun secara sistematis; neraca ini menghitung
dan mencatat semua arus barang, jasa, dan modal antara suatu negara
dengan negara lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Neraca pembayaran luar negeri suatu negara pada umumnya dibagi ke dalam empat bagian, yaitu:</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Transaksi berjalan (current account). Termasuk ke dalamnya barang
dagangan (neraca perdagangan), pos-pos tak berwujud (jasa, dan
pendapatan dari investasi netto), dan ekpor atau impor serta bantuan
pemerintah.</li>
<li>Neraca modal (capital account). Termasuk ke dalamnya pembelanjaan
swasta dan pemerintah dan penjualan aset seperti saham, obligasi, dan
real estate).</li>
<li>Penyimpangan statistik.</li>
<li>Penyelesaian resmi (official settlements).</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Total item yang termasuk bagian 1
biasanya disebut saldo transaksi berjalan. Hal ini memuat selisih antara
total ekspor dengan total impor barang dan jasa. Bila total ekspor
melebihi total impor barang dan jasa maka akan terjadi surplus transaksi
berjalan, sebaliknya akan terjadi defisit transaksi berjalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejarah menunjukkan bahwa setiap negara
cenderung untuk memiliki beberapa tahapan dalam neraca pembayaran
mereka, mulai dari negara debitur muda hingga negara kreditur madya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="text-decoration: underline;">Negara debitur muda</span> </strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam tahapan ini suatu negara lebih
banyak mengimpor daripada mengekspor, selisih di antara keduanya ditutup
melalui pinjaman luar negeri, sehingga memungkinkan negara tersebut
menumpuk modal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="text-decoration: underline;">Negara debitur madya</span> </strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam tahapan ini neraca perdagangan
suatu negara telah surplus, akan tetapi pertumbuhan dividen dan bunga
yang harus dibayarkan untuk pinjaman luar negeri, menjadikan saldo
neraca modalnya kurang seimbang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="text-decoration: underline;">Negara kreditur muda</span> </strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam masa ini suatu negara mengembangkan ekspornya secara luar biasa. Negara meminjamkan uang kepada negara-negara lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="text-decoration: underline;">Negara kreditur madya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahapan ini, pendapatan modal dan
investasi luar negeri memberikan surplus cukup besar terhadap pos tak
tampak, yang kemudian diseimbangkan dengan defisit neraca perdagangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nilai ekspor dan impor yang terlihat
dalam saldo transaksi berjalan, dipengaruhi oleh kurs mata uang yang
digunakan. Selain itu kekuatan nilai tukar (kurs) akan mempengaruhi
nilai ekspor atau impor dari suatu negara terhadap negara lainnya.</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02520791132089886231noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6422908989246857423.post-5673476883645460602013-02-25T06:14:00.005-08:002013-02-25T06:14:57.700-08:00EKONOMI MAKRO<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<strong>I. Pendahuluan</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara umum, ilmu ekonomi berguna karena
ia memberikan petunjuk-petunjuk mengenai kebijaksanaan apa yang bisa
diambil untuk menanggulangi suatu permasalahan ekonomi tertentu. Ekonomi
makro, sebagai satu cabang dan ilmu ekonomi, berkaitan dengan
permasalahan kebijaksanaan tertentu, yaitu permasalahan kebijaksanaan
makro.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tugas pengendalian makro adalah juga
mengusahakan agar perekonomian bisa bekerja dan tumbuh secara seimbang,
terhindar dan keadaan-keadaan yang bisa mengganggu keseimbangan umum
tadi. Pengelolaan yang lebih khusus atas masing-masing sektor
perekonomian bukan bagian dan tugas pengendalian makro, meskipun menjaga
keseimbangan antara masing-masing sektor termasuk di dalam tugas
tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>II. Permasalahan Ekonomi Makro</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara garis besar, permasalahan kebijaksanaan makro mencakup dua permasalahan pokok:</div>
<div style="text-align: justify;">
a. Masalah jangka pendek atau masalah
stabilisasi. Masalah ini berkaitan dengan bagaimana “menyetir”
perekonomian nasional dan bulan ke bulan, dan triwulan ke triwulan atau
dan tahun ke tahun, agar terhindar dan tiga “penyakit makro” utama
yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
1) inflasi,</div>
<div style="text-align: justify;">
2) pengangguran dan</div>
<div style="text-align: justify;">
3) ketimpangan dalam neraca pembayaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
b. Masalah jangka panjang atau masalah
pertumbuhan. Masalah ini adalah mengenai bagaimana kita “menyetir”
perekonomian kita agar ada keserasian antara pertumbuhan penduduk,
pertambahan kapasitas produksi, dan tersedianya dana untuk investasi.
Pada asasnya masalahnya juga berkisar pada bagaimana menghindari ketiga
penyakit makro di atas, hanya perpektif waktunya adalah lebih panjang
(lima tahun, sepuluh tahun, atau bahkan dua puluh lima tahun).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam analisa jangka pendek faktor-faktor berikut ini kita anggap tidak berubah atau tidak bisa kita ubah:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) Kapasitas total dan perekonomian
kita. Kegiatan investasi dalam jangka pendek, masih mungkin dilakukan,
tetapi ha nya dalam arti khusus, yaitu sebagai pengeluaran investasi
berupa penambahan stok barang jadi, setengah jadi atau pun barang mentah
di dalam gudang para pengusaha, dan pengeluaran oleh
perusahaan-perusahaan untuk pembelian barang-barang modal (mesin-mesin,
konstruksi gedung-gedung dan sebagainya). Tetapi yang perlu diingat,
“jangka pendek” yang kita maksud di sini adalah begitu pendek sehingga
pengeluaran (pembelian) barang-barang modal tersebut beleum bias
menambah kapasitas produksi dalam periodesasi tersebut. (Yaitu
mesin-mesin sudah dibeli tapi belum dipasang).</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) Jumlah penduduk dan jurnlah angkatan
kerja. Dalam suatu triwulan misalnya, jumlah-jumlah mi praktis bisa
dianggap tidak berubah.</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) Lembaga-lembaga sosial, politik, dan ekonomi yang ada.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya dari segi teori, apabila kita
ingin “menyetir” perekonomia kita dalam jangka pendek, kita harus
melakukan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang bersifat jangka pendek pula,
misalnya dengan jalan :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>menambah jumlah uang yang beredar,</li>
<li>menurunkan bunga kredit bank,</li>
<li>mengenakan pajak import,</li>
<li>menurunkan pajak pendapatan atau pajak penjualan,</li>
<li>menambah pengeluaran pemerintah,</li>
<li>mengeluarkan obligasi negara dan sebagainya.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Kebijaksanaan-kebinksanaan semacam ini
mempunyai ciri umum bahwa kesemuanya bisa dilakukan tanpa harus mengubah
ketiga factor tersebut di atas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi seandainya kita menginginkan kenaikan produksi dalam jangka pndek, kita bisa melakukannya dengan, misalnya:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>memperlancar distribusi bahan-bahan mentah kepada para produsen,</li>
<li>mendorong pcngusaha untuk mempergunakan pabrik-pabriknya secara lebih intensif (menambah giliran kerja/shift),</li>
<li>memberikan kerja lembur kepada para karyawan dan sebagainya.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Kehijaksanaan-kebijaksanaan semacam mi
bisa menaikkan arus produksi barang/jasa tanpa mengubah ketiga faktor di
atas. Kesemuanya ini adalah kebijakilnaan-kebijaksanaan jangka pendek.
Dan kebijaksanaan-kebijaksanaan semacam inilah yang sering diandalkan
untuk tujuan stabilisasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun demikian perlu kita catat di
sini bahwa dalam praktek yang berkaitan antara masalah jangka pendek dan
masalah jangka panjang, adalah sangat erat, terutama bagi negara-negara
sedang berkembang. Dengan lain kata, kita seringkali tidak bisa
mengkotakkan secara jelas mana yang jangka pendek dan mana yang jangka
panjang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di banyak negara-negara sedang
berkembang, kita tidak bisa melakukan kebijaksanaan stabilisasi yang
terlepas dan kebijaksaanaan pembangunan ekonomi (jangka panjang).
Seringkali kebijaksanaa-kebijaksanaan jangka pendek yang kita sebutkan
di atas, meskipun kita Iaksanakan secara setepat-tepatnyapun, tidak bisa
menghilangkan secara tuntas penyakit makro, seperti inflasi dan
pengangguran yang diderita oleh masyarakat dalam jangka pendek. Sebabnya
adalah bahwa di negara-negara tersebut seringkali penyakit iniflasi dan
pengangguran tersebut berakar pada sebab-sebab “sturuktural,” yaitu
pada faktor-faktor yang hanya bisa berubah atau diubah dalam jangka
panjang dan biasanya melalui pembangunan ekonomi dan social.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>III. Kerangka Analisa makro</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah kita mengetahui duduk persoalan
mengenai masalah -masalah pokok apa yang dikaji dalam ekonomi makro,
maka pertanyaan selanjutnya adalah mengetahui bagaimana mengaji masalah-
masalah tersebut sehingga bisa diperoleh jawaban yang diinginkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Terdapat dua aspek utama dan kerangka
analisa ini. Yang pertarna adalah aspek mengenai “apa” yang disebut
kegiatan ekonomi makro dan “di mana” kegiatan tersebut dilakukan. Yang
kedua adalah aspek mengenai “siapa” pelaku-pelakunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>a. Empat pasar Makro</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam analisa ekonomi makro kita melihat
kegiatan ekonomi nasional secara lebih menyeluruh dibanding dengan apa
yang kita pelajari dalam ekonomi Mikro. Kita tidak lagi melihat pasar
beras, pasan blue jeans, pasar rokok kretek, pasar Honda secana
sendiri-sendiri. mi sesuai dengan pengertian mengenai “pengendalian
umum” di alas. Di sini kita melihat pasar-pasar tersebut dan pasar-pasar
barang/jasa lainnya sebagai satu pasar besar, yang kita ben nama “pasar
barang”. Tetapi dalam ekonomi makro kita tidak hanya mempelajani satu
pasar ini saja. Perekonomian nasional kita lihat sebagai suatu sistem
yang terdiri dan empat pasar besar yang saling berhubungan satu sama
lain, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) Pasar Barang</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) Pasar Uang</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) Pasar Tenaga Kerja</div>
<div style="text-align: justify;">
(d) Pasar Luar Negeri</div>
<div style="text-align: justify;">
Di pasar luar negeri permintaan akan
barang ekspor kita he. sama dengan penawaran akan barang tersebut
menentukan harga rata-rata ekspor kita dan kuantitas atau volume
ekspor, Harga – harga dikalikan volume ekspor memberikan penerimaan
devisa ekspor. Di pasar yang sama permintaan masyarakat kita akan
barang-barang impor dan menentukan harga rata-rata impor dan ‘ volume
impor. Juga di sini, harga rata-rata dikalikan volume import memberikan
pengeluaran devisa kita untuk impor barang-barang/jasa tersebut. Untuk
pasar luar negeri, seringkali menggabungkan pasar eksport dan pasar
impor dan mengamai apa yang terjadi dengan:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) Neraca Perdagangan, yaitu
penerimaan devisa ekspor dikurangi pengeluaran devisa untuk import atau
Neraca Pembayaran apabila kila ingin pula mengetahui tentang aliran
keluar-masuknya modal</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) Dasar Penukaran Luar
Negeri(terms of trade), yaitu harga rata-rata ekspor kita dibagi dengan
harga rata-rata impor kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) Cadangan Devisa, yaitu persediaan devisa yang kita pun pada awal tahun plus saldo neraca pembayaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam teori ekonomi makro mempelajari
faktor-faktor apa yang mempengaruhi P dan Q di masing-masing pasar.
Karena P dan Q tersebut adalah hasil pertemuan (atau perpotongan) antara
kurva permintaan dan kurva penawaran, maka ini berarti bahwa teori
ekonomi makro pada pokoknya mempelajari faktor-faktor apa yang
mempengaruhi posisi kurva permintaan dan penawaran di masingmasing
pasar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya dengan diketahuinya
faktor-faktor ini dan pengaruhnya terhadap posisi kurva permintaan dan
penawaran, maka kita selanjutnya bisa menanyakan faktor-faktor mana di
antara semua factor-faktor tersebut yang bisa dipengaruhi oleh
pemerintah melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonominya. Dengan
demikian kita bisa mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan mana yang bisa
digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi P dan Q di masing-masing
pasar. Inilah tujuan akhir dan mempelajari teori makro, yaitu untuk
digunakan sebagai petunjuk bagi pemilihan atau perumusan kebijaksanaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
b.Lima Pelaku Makro</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam teori makro kita menggolongkan
orang-orarig atau lembaga-lembaga yang melakukan kegiatan ekonomi
menjadi limo kelompok besar, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) Rumah Tangga,</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) Produsen,</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) Pemerintah,</div>
<div style="text-align: justify;">
(d) Lembaga-lembaga Keuangan,</div>
<div style="text-align: justify;">
(e) Negara-negara Lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kegiatan dan kelima kelompok pelaku ini serta kaitannya dengan keempat pasar di atas dimana :</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>> Permintaan :</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
1. Pengeluaran konsumsi oleh Rumah Tangga</div>
<div style="text-align: justify;">
2. Belanja barang oleh Pemerintah</div>
<div style="text-align: justify;">
3. Investasi oleh Perusahaan</div>
<div style="text-align: justify;">
4. Ekspor ke luar negeri</div>
<div style="text-align: justify;">
5. Kebutuhan tenaga kerja oleh Pemerintah</div>
<div style="text-align: justify;">
6. Kebutuhan tenaga kerja oleh Perusahaan</div>
<div style="text-align: justify;">
7. Kebutuhan uang tunai dan kredit</div>
<div style="text-align: justify;">
8. Kebutuhan Rumah Tangga akan uang tunai</div>
<div style="text-align: justify;">
9. Kebutuhan Perusahaan-perusahaan Asing akan rupiah</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>> Penawaran</strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Hasil produksi dalam negeri</li>
<li>Impor dan luar negeri</li>
<li>Tenaga kerja yang disediakan oleh Rumah Tangga</li>
<li>Suplai uang kartal</li>
<li>Tabungan Rumah Tangga</li>
<li>Suplai uang giral</li>
<li>Suplai dana luar negeri.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>* Kelompok Rumah Tangga melakukan kegiatan-kegiatan pokok seperti:</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
(a) menerima penghasilan dan para
produsen dan “penjualan” teraga kerja mereka (upah), deviden, dan dan
menyewakan tanah hak milik mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) menerima penghasilan dari lembaga keuangan berupa bunga atas simpanan-simpanan mereka;</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) membelanjakan penghasilan tersebut di pasar barang (sebagai konsumen);</div>
<div style="text-align: justify;">
(d) menyisihkan sisa dan penghasilan tersebut untuk ditabung pada lembaga-lembaga keuangan;</div>
<div style="text-align: justify;">
(e) membayar pajak kepada pemerintah;</div>
<div style="text-align: justify;">
(f) masuk dalam pasar uang sebagai
“peminta” (demanders) karena kebutuhan mereka akan uang tunal untuk
misalnya transaksi sehari-hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>**Kelompok Produsen melakukan kegiatan-kegiatan pokok berupa:</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
(a) memproduksikan dan menjual barang-barang/jasa-jasa (yaitu sebagai supplier di pasar barang);</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) Menyewa/menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh kelompok rumah tangga untuk proses produksi;</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) menentukan pembelian barang-barang
modal dan stok barang-barang lain (selaku investor masuk dalam pasar
barang sebagai peminta atau demander);</div>
<div style="text-align: justify;">
(d) meminta kredit dan lembaga keuangan untuk membiayai investasi mereka (sebagai demander di pasar uang);</div>
<div style="text-align: justify;">
(e) membayar pajak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>***Kelompok Lembaga Keuangan
mencakup semua bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan lainnya kecuali
bank sentral (Bank Indonesia), Kegiatan mereka berupa:</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
(a) menerima simpanan/deposito dan rumah tangga;</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) menyediakan kredit dan uang giral (sebagai supplier dalam pasar uang).</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) Pemerintah (termasuk di dalamnya bank sentral) melakukan kegiatan berupa:</div>
<div style="text-align: justify;">
- menarik pajak langsung dan tak langsung;</div>
<div style="text-align: justify;">
- membelanjakan penerimaan negara untuk membeli barang-barang kebutuhan pernerintah (sebagai demander di pasar barang),</div>
<div style="text-align: justify;">
- meminjam uang dan luar negeri;</div>
<div style="text-align: justify;">
- menyewa tenaga kerja (sebagai demander di pasar tenaga kerja);</div>
<div style="text-align: justify;">
- menyediakan kebutuhan uang (kartal) bagi masyarakat (sebagai supplier di pasar uang).</div>
<div style="text-align: justify;">
Negara-negara lain:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) menyediakan kebutuhan barang impor (sebagai supplier di pasar barang);</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) membeli hasil-hasil ekspor kita (sebagai demander di pasar barang);</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) menyediakan kredit untuk pemerintah dan swasta dalam negeri;</div>
<div style="text-align: justify;">
(d) membeli dan pasar barang untuk kebutuhan cabrng perusahaannya di Indonesia (sebagai investor);</div>
<div style="text-align: justify;">
(e) masuk ke dalam pasar uang dalam
negeri sebagai penyalur uang (devisa) dan luar negeri (sebagai supplier
dana) dan sebagai peminta kredit dan uang kartal rupiah untuk kebutuhan
cabang-cabang perusahaan mereka di Indonesia (demander akan dana).
(Singkatnya, sebagai penghubung pasar uang dalam negeri dengan pasar
uang luar negeri).</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>IV Teori-teori Makro</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>DASAR FILSAFAT TEORI KEYNES</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Menghadapi masalah depresi dan
pengangguran yang begitu hebat, kaum sosialis di negara-negara Barat
mengatakan bahwa kesalahannya terletak pada sistem perekonomian itu
sendiri, yaitu sistem laissez faire atau liberalisme atau kapitalisme.
Selama kita masih mempercayakan pengelolaan perekonomian kita pada para
rodusen swasta yang perdefinisi hanya bertujuan mengejar keuntungan
mereka pribadi, maka depresi, pengangguran, dan juga inflasi akan tetap
menjadi penyakit perekonomian yang menghantui Kita dan waktu ke waktu.
Penyakit-penyakit ini adalah konsekuensi logis dan sistem kapitalisme.
Mereka (kaum sosialis) mengusulkan perombakan sistem perekonornian
menjadi sistem sosialis, yaitu sistem di mana faktor-produksi tidak lagi
bisa dirniliki oleh pengusaha swasta, tetapi hanya bisa dimiliki oleh
negara (masyarakat). Semua kegiatan produksi dikuasai negara, yang dalam
teori paling tidak, mengutamakan kepentingan masyarakat di atas
kepentingan pribadi/golongan. Motif mengejar keuntungan bukan lagi
sebagai motif utama untuk menggerakkan produksi (seperti dalam sistem
kapitalis).</div>
<div style="text-align: justify;">
“Obat” semacam ini ternyata dianggap
terlalu drastis, dan orang-orang di negara-negara Barat yang sudah
begitu lama terbiasa dengan kebebasan berusaha tidak banyak yang bisa
menerimanya. Mengubah sistem semacam itu berarti mengubah cara hidup dan
ke biasaan hidup yang sudah mendarah daging pada mereka. Tentunya ada
“obat” yang tidak terlalu pahit yang bisa menolong sistem perekonomian
mereka. Keynes ada pada posisi yang unik dalam se jarah pemikiran
ekonomi Barat, karena pada saat-saat krisis ideologi semacam itu ia bisa
menawarkan suatu pemecahan yang merupakan “jalan tengah”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Keynes mengatakan bahwa untuk menolong
sistem perekonomian negara-negara tersebut, orang harus bersedia
meninggalkan ideologi laissez faire yang murni yang terkandung dalam
pemikiran Klasik. Tidak bisa tidak, demikian Keynes, Pemerintah harus
melakukan lebih banyak campur tangan yang aktif dalam mengendalikan
perekonomian nasional. Pendapat bahwa peranan Pemerintah dalam kegiatan
ekonomi harus seminimal mungkin sehingga tidak merongrong hak asasi
manusia, kebebasan berusaha dan mengabdikan pada bekerjanya “natural
laws”, haruslah ditinggalkan atau pling tidak diubah. Keynes berpendapat
bahwa kegiatan produk dan pemilikan faktor-faktor produksi, masih tetap
bisa dipercayakan kepada pengusaha swasta, tetapi sekarang pemerintah
wajib melakukan kebijaksanaan yang aktif untuk mempengaruhi gerak
perekonomian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam masa depresi misalnya, Pemerintah
harus bersedia (atau diperbolehkan) untuk melaksanakan program-program
dan kegiatan-kegiatan yang langsung bisa menyerap tenaga kerja yang
tidak dapat memperoleh pekerjaan di sektor swasta, meskipun hal itu
hanya bisa dilaksanakan dengan mengakibatkan defisit di anggaran belanja
negara. (Perlu ditekankan di sini bahwa pada waktu itu sistem anggaran
beda yang seimbang adalah satu-satunya sistem yang dianggap terbaik
bidang pengelolaan keuangan negara). Sebaliknya, bila terjadi inflasi
yang disebabkan karena permintaan masyarakat akan barang barang/jasa
melebihi apa yang bisa diproduksikan dengain kapasita yang ada,
Pemerintahpun harus bersedia mengurangi pengeluarannya sehingga terjadi
surplus dalam anggaran belanjanya. Surplus anggaran ini bisa merupakan
rem bagi permintaan masyarakat yang berlebihan tadi. Yang perlu
digarisbawahi di sini adalah bahwa Pemerintah harus bersedia melakukan
kebijaksanaan secara aktif dan sadar. Keynes tidak percaya akan kekuatan
hakiki dari sistem laissez faire untuk mengkoreksi diri sendiri, yaitu
untuk kembali kepada posisi “full employment” secara otomatis. Full
enployment merupakan sesuatu yang hanya bisa dicapai dengan
tindakan-tindakan terencana, dan bukan sesuatu yang akan datang dengan
sendirinya. Inilah inti dan ideologi Keynesian isme.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>PASAR BARANG</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Kemungkinan Kelebihan Produksi. Keynes
menolak Hukum Say. Menurut Keynes kelebihan produksi secara umum bisa
terjadi. elebihan permintaan ini terjadi bila permintaan masyarakat akan
barang-barang/jasa tidak cukup kuat. Demand yang ada tidak cukup untuk
menyerap supply yang ditawarkan. Bagaimana ini bisa terjadi? Pada
asasnya Keynes masih menerima pendapat Say bahwa setiap proses produksi
mempunyai akibat ganda, yaitu menghasilkan output dan menghasilkan pen
ghasilan kepada masyarakat sebesar nilai output tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian pada suatu waktu tertentu
daya beli memang tersedia dalam jumlah yang cukup di masyarakat untuk
“membeli” barang/jasa yang diproduksikan. Tetapi daya beli yang dimiliki
oleh masyarakat tersebut tidak selalu harus sama dengan daya beli yang
betul-betul dibelanjakan oleh masvarakat di pasar barang. Dengan kata
lain, sebagian dan daya beli tersebut mungkin betul-betul diterjemahkan
menjadi permintaan efektif di pasar barang. Tetapi sebagian lain dan
daya beli tersebut mungkin akan ditabung oleh masyarakat. Menabung tidak
menambah permintaan efektif di pasar barang. Jadi tidak seluruh
penghasilan (daya beli) yang diperoleh masyarakat secara langsung diter
jemahkan menjadi permintaan efektif. Di sinilah Keynes berbeda dengan
Say. Say mengatakan bahwa seluruh penghasilan tersebut akhirnya akan
diterjemahkan menjadi permintaan efektif, dus tidak akan ada kekurangan
permintaan efektif, dan tidak mungkin ada kelebihan produksi secara
menyeluruh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menerangkan pendapat Keynes secara
lebih jelas kita anggap hanya ada dua sektor: sektor rumah-tangga dan
sektor pro dusen. Keynes mengatakan bahwa sebagian dari penghasilan yang
tidak dibelanjakan oleh sektor rumah-tangga (yaitu yang ditabung pada
lembaga-lembaga keuangan) tidak menimbulkan permintaan efektif. Hanya
apabila daya beli yang ditabung tersebut dipinjamkan oleh lembaga
keuangan kepada sektor produsen untuk membiayai “investasi” mereka, maka
daya beli tersebut berubah menjadi permintaan efektif di pasar barang.
(Kita ingat bahwa “investasi” di artikan sebagai pembelian barang-barang
oleh para produsen untuk keperluan penambahan stok di gudang mereka dan
untuk keperluan perluasan kapasitas produksi mereka, yaitu pembelian
mesin-mesin, pembangunan gedung-gedung dan sebagainya). Jadi jelas bahwa
pada suatu waktu tidak ada jaminan bahwa seluruh daya beli yang
ditabung tersebut akan diterjemahkan menjadi permintaan efektif d pasar
barang. Semuanya mi tergantung kepada apakah para pr dusen mau
mempergunakan daya beli yang ditabung pada Iembag lembaga keuangan
tersebut untuk pembelian barang-barang (inve tasi). Kalau misalnya para
produsen hanya mau mempergunakai separoh dan tabungan tersebut, maka ini
berarti bahwa permintaa,’ efekt di pasar barang berjumlah kurang dan
nilai dan seluruh out put yang ditawarkan di pasar tersebut, Dengan lain
kata, tida semua barang yang diproduksjkan akan terbeli (jadi ada
ke1ebiha produksi umum).</div>
<div style="text-align: justify;">
Apa yang terjadi kemudian bila tidak
semua barang yang diproduksikan dalam suatu periode (misalnya, triwulan)
bisa terbeli? ada dua akibat yang bisa terjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
- Pertama, para produsen akan
nengu rangi produksi mereka untuk periode berikutnya. Jadi, GDP dalani
triwulan berikutnya turun.</div>
<div style="text-align: justify;">
- Kedua, dan ini bisa terjadi
bersamaan dengan akibat pertama tersebut, harga-harga barang turun.
Sesuat dengan hukum penawaran dan permintaan biasa, bila permintaan
lebih kecil dan penawaran, maka harga cenderung untuk turun.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai berapa jauh kekurangan perrnintaan
efektif akan meng akibatkan turunnya GDP (dalam periode berikutnya) dan
sampai berapa jauh akan menurunkan harga, sangat tergantung khususnya
pada apakah harga-harga barang cukup fleksibel ke bawah (yaitu bisa
turun). Dalam kenyataan memang ada barang yang harganya sulit untuk
turun, meskipun ada kelebihan produksi. ( yang harga jualnya ditentukan
atas dasar biaya pro duksi biasanya tidak mau turun, meskipun terjadi
kelebihan pro duksi barang-barang tersebut). Kalau demikian halnya, maka
kekurangan permintaan efektif tersebut akan lebih banyak mengakibatkan
penurunan produksi (GDP) dalam periode beri kutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apabila seandainya harga-harga cukup
fleksibel ke bawah. maka harga-harga akan turun cukup jauh, sehingga
permintaan akan barang-barang tersebut mulai naik kembali. (Ingat hukum
permintaan biasa, yang mengatakan bahwa kalau harga sesuatu barang turun
maka jumlah yang dirninta naik). Jadi kalau harga cukup flek sibel maka
penurunan produksj (GDP) pada periode berikutny tidak akan sebesar
kalau harga-harga tidak mau turun. Jadi, lebih s dikit orang-orang yang
dipecat dan pekerjaan mereka (yaitu, Ieh sedikit akibat penganggurannya)
Perlu ditekankan lagi di sini bahw rnekanisme atau proses penyesuaian
dengan harga yang fleksibel inilah yang terlalu diandalkan oleh kaum
Kiasik, sehingga mereka percaya bahwa kalau saja harga-harga fleksibel
maka depresi, atau penurunan GDP (dan selanjutnya pengangguran) akan
terkoreksi secara otomatis.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemungkinan Kekurangan Produksi. Keadaan
sebaliknya, yaitu kekurangan produksi secara umum juga mungkin terjadi.
Kalau para produsen ternyata memutuskan untuk melakukan investasi dalam
jumlah yang lebih besar daripada daya beli yang ditabung oleh ma
syarakat, maka permintaan efektif (oleh sektor rumah tangga dan sektor
produsen) di pasar barang menjadi lena/u besar dibanding dengan nilai
output yang tersedia di pasar. Yang perlu diingat di sini adalah bahwa
besar kecilnya permintaan efektif (total) sangat tergan tung pada
keputusan para konsumen (rumah tan gga) men genai besar pen geluaran
konsumsinya dan keputusan para produsen men genai besarnya in vest asi
yang mereka in gin Iaksanakan dalam periode tersebut</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengenai keputusan pengeluaran konsumsi
rumah-tangga, Keynes berpendapat bahwa keputusan tersebut cukup stabil
dan biasanya hanya berubah apabila tingkat pendapatan rumah-tangga
berubah. Menurut ia (dan ini memang didukung oleh kenyataan), yang sulit
diterka adalah perilaku produsen dalam pengeluaran investasinya. Oleh
sebab itu, dalam praktek, gejolak pengeluaran investasi inilah yang
sangat menentukan gejolak GDP (dan kesempatan kerja).</div>
<div style="text-align: justify;">
Seandainya pengeluaran investasi yang
diinginkan para produsen (investor) ternyata lebih besar daripada dana
yang ditabung oleh sektor rumah-tangga, maka mi berarti bahwa permintaan
efektif lebih besar daripada nilai output yang tersedia. Dalam kasus
kele bihan permintaan efektif ini, berapa besar kelebihan permintaan
efektif dalam periode sekarang akan mengakibatkan kenaikan GDP dan
berapa besar akan mengakibatkan kenaikan harga, tergantung pada
tersedianya kapasitas produksi yang belum terpakai dalam masyarakat.
Bila masih cukup banyak kapasitas produksi (pabrik pabrik) yang belum
bekerja secara penuh, maka kelebihan permintaan efektif tersebut akan
mengakibatkan kenaikan produksi (GDP) pada periode berikutnya tanpa
menaikkan harga-harga (atau harga harga mungkin naik sedikit sekali).
Tetapi apabila ternyata bahwa pabrik-pabrik sudah bekerja secara penuh,
maka kelebihan permin taan efektif tersebut tidak bisa diimbangi dengan
kenaikan produksi (GDP), sehingga kelebihan permintaan tersebut akan
diterjemahkan seluruhnya menjadi kenaikan harga-harga atau
inflasi.Berikut ini kita akan melihat secara garis besar kerangka
analisis dan teori makro dan Keynes.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Pasar Uang</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Teori makro Klasik mempunyai dasar
filsafat bahwa perekonomian yang didasarkan pada sistem bebas-berusaha
(laissez faire) adalah self-regulating, artinya mempunyai kemampuan
untuk kembali ke posisi keseimbangannya secara otomatis. OIeh sebab itu
pemerintah tidak perlu campurtangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di pasar barang sifat self-regulating ini
dicerminkan oleh adanya proses yang otomatis membawa kembali ke posisi
GDP yang menjamin full-employment, apabila karena sesuatu hal
perekonomian tidak pada posisi ini. Landasan dan keyakinan ini adalah</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) berlakunya Hukum Say yang menyatakan bahwa: “Supply creates its own demand,” dan</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) anggapan bahwa semua harga fleksibel.</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Di pasar tenaga kerja, dalam jangka pendek hanya ada pengangguran
sukarela. Tetapi pengangguran inipun hanya bersifat sementara, karena
apabila harga-harga turun (termasuk tingkat upah), maka konsumsi dan
produksi akan kembali lagi ke tingkat semula (yaitu tingkat full
employment).</li>
<li>Di pasar uang, kaum Klasik mempunyai Teori Kuantitas, yang
menyatakan bahwa permintaan akan uang adalah proporsional dengan nilai
transaksi yang dilakukan masyarakat. Di pasar mi ditentukan tingkat
harga umum; apabila jumlah uang yang beredar (penawaran akan uang) naik
maka tingkat harga pun naik.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sistem standar kertas, tidak ada
proses otomatis yang menstabilkan tingkat harga. Di sini kaum Kiasik
melihat satu-satunya peranan makro pemerintah, yaitu mengendalikan
jumlah uang yang beredar sesuai dengan kebutuhan transaksi masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di dalam sistem standar emas, ada
mekanisme otomatis yang menjamin kestabilan harga. Di sini peranan
pemeriniah tidak dianggap perlu. Karena jumlah uang (emas) yang beredar
otomatis menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di pasar luar negeri, mekanisme otomatis menjamin keseimbangan neraca perdagangan melalui:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) mekanisme Hume, dalam sistem standar emas, atau</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) mekanisme kurs devisa mengambang, dalam sistem standar kertas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu Campur tangan pernerintah tidak diperlukan. Penjelasan tentang pasar uang dapt dijelaskan sebagai berikut :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pasar uang adalah pertemuan antara permintaan akan uang dengan
penawaran akan uang. Permintaan akan uang adalali kebutuhan masyarakat
akan uang tunai untuk menunjang k giatan ekonominya. Sedangkan penawaran
akan uang adalah jumlah uang yang disediakan oleh pemerintah dan
bank-banl yaitu seiuruh uang kartal dan uang giral yang beredar.</li>
<li>Menurut Keynes, permintaan akan uang bersumber pada 3 macam
kebutuhan akan uang: (a) kebutuhan transaksi, (b) kebutuhan berjaga-jaga
dan (c) kebutuhan spekulasi. Ketiga macan kebutuhan ini disebut 3
alasan mengapa orang memerlukan uang.</li>
<li>Permintaan akan uang untuk transaksi ditentukan oleh(a) vol me
output yang ditransaksikan (yaitu GDP nil) dan (b) tingkai harga umum.
Dalam hal mi Keynes tidak berbeda dengan kaum Klasik, Pasar uang untuk
berjaga-jaga relatif kecil.</li>
<li>Permintaan untuk spekulasi (yang membedakan teori Key dengan teori
Kuantitas) adalah permintaan akan uang tunai un tuk tujuan memperoleh
keuntungan. Caranya adalah dengan “berspekulasi” dalam pasar obligasi
(surat berharga). Apabila harga obligasi diharapkan untuk naik di masa
mendatang, mak orang akan membeli obligasi dengan uang tunainya han in
un berarti uang tunai yang saat mi ia ingin pegang (untuk tujual
spekulasi) berkurang. Sebaliknya, apabila harga obligasi diha rapkan
turun, maka permintaannya akan uang tunai saat ini bertambah lebih
senang menjual obligasi yang ia pegang memperoleh atau memegang uang
tunai sekarang.</li>
<li>Hubungan antara harga obligasi dan tingkat bunga yang berla ku
adalah berkebalikan. Harga obligasi naik sama saja artiny dengan tingkat
bunga turun. Sebaliknya, harga obligasi turun berarti tingkat bunga
naik.</li>
<li>Bila harga obligasi diharapkan naik, ini berarti bahwa harga
obligasi saat ini dianggap terlalu rendah. Bila harga obliga harapkan
turun, ini berarti bahwa harga obligasi saat ini dengan harga tertinggi.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Kebijaksanaan Moneter</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebijakan moneter adalah tindakan
pemerintah (atau bank sentral) untuk mempengaruhi situasi makro yang
dilaksanakan melalui pasar uang. Ini adalah definisi umum dari kebijakan
moneter yang bisa diartikan sebagai tindakan makro pemerintah dengan
cara mempengaruhi proses penciptaan uang.Dengan mempengaruhi proses
penciptaan uang, pemerintah bisa mempengaruhi :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>jumlah uang beredar.</li>
<li>tingkat bunga yang berlaku dipasar uang. Melalui tingkat bunga pemerintah bisa mempengaruhi :
<ol>
<li>pengeluaran investasi</li>
<li>tingkat harga (P) dan GDP</li>
</ol>
</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Di sini kita menyoroti mata rantai yang
pertama, yaitu antara kebijaksanaan moneter dengan M Khususnya kita
menanyakan tindakan-tindakan apakah yang bisa dilakukan Pemerintah (bank
sentral) untuk mempengaruhi M (uang beredar)</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk menjawab pertanyaan ini kita perlu
merangkum kesimpulan-kesimpulan pokok mengenai proses penciptaan uang di
atas. Pertama, kita simpulkan bahwa jumlah uang beredar (Ms) ditentukan
oleh dua faktor, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) besarnya jumlah uang inti (H) yang tersedia, dan</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) besarnya koefisien pelipat uang,</div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua, kita simpulkan bahwa besarnya uang inti dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit)</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) keadaan APBN (surplus atau defisit)</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) perubahan kredit langsung Bank Indonesia</div>
<div style="text-align: justify;">
(d) perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara umum kita mengatakan bahwa
pemerintah bisa mempengaruhi Ms apabila pemerintah bisa mempengaruhi
nilai pelipat uang dan/atau jumlah uang inti.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk
mempengaruhi Ms adalah apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk
mempengaruhi variabel-variabel di sebelah kanan persamaan (8) ini. Man
kita lihat satu per satu. Kita sebutkan di atas bahwa u (= K/Ms) tidak
ditentukan oleh pemerintah, tetapi diputuskan oleh masyarakat. Tetapi
sebenarnya pemerintah masih bisa mempengaruhi uang secara tidak
langsung. Misalnya apabila bank-bank pemerintah rneningkatkan bunga yang
dibayar kan untuk deposito atau giro, maka kemugkinan uang menurun
(artinya, orang lebih suka memegang uang giral daripada uang kartal).
Dengan demikian money multiplier naik dan M naik. Dalam hal ini kita
mengatakan bahwa tingkat bunga untuk deposito dan giro adalah instrumen
kebijaksanaan moneter yang bisa digunakan pemerintah untuk mempengaruhi M
lewat u.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimana dengan v (= R/D)? Kita singgung
di atas bahwa selain itu pemerintah bisa mempengaruhi v melalui
penentuan cash-ratio atau reserve requirement. Apabila pemerintah ingin
mengekang M pemerintah bisa meningkatkan cash-ratio. sehingga v
meningkat, yang selanjutnya akan memperkecil nilai koefisien pelipat
uang. Sebaliknya, cash-ratio bisa diturunkan apabila pemerintah
menginginkan untuk memperbesar M Oleh sebab itu cash-ratio kita katakan
pula sebagai suatu instrumen kebijaksanaan moneter.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya pemerintah masih bisa
mempengaruhi v (jumlah Uang Giral) dengan cara lain, yaitu dengan
mempengaruhi excess reserve yang dipegang bank. Bagaimana caranya? Satu
cara utama adalah dengan mengubah tingkat bunga yang dikenakan oleh bank
sentral atas pinjaman yang diberikannya kepada bank-bank. (Ingat bank
sentral adalah “banknya bank” atau bankers’ bank, artinya ia bisa
memberikan pinjaman kepada bank-bank apabila mereka membutuhkan tam
bahan likuiditas). Untuk pinjaman semacam ini bank-bank harus membayar
bunga. Tingkat bunga ini dikenal dengan nama discount rate.</div>
<div style="text-align: justify;">
Apabila discount rate dinaikkan maka
bank-bank cenderung untuk menambah excess reservenya, sebab mereka tidak
ingin terlalu mengandalkan dana bank sentral untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas yang tak terduga karena cara itu menjadi terlalu mahal.
Akibatnya v (jumlah Uang Giral) meningkat dan pelipat uang menurun.
Sebaliknya, apabila discount rate ( pengurangan rata-rata) rendah, maka
bank merasa cukup aman memegang excess reserve yang kecil, karena
sewaktu-waktu mereka memerlukan dana untuk mengatasi masalah
likuiditasnya mereka bisa memperoleh dana bank sentral dengan biaya
murah. Akibatnya v (jumlah Uang Giral) turun, sehingga pelipat uang
meningkat. Jadi discount rate adalah juga instrumen ke bijaksanaan
moneter bagi pemerintah (bank sentral).</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemerintah bisa pula mempengaruhi Ms
dengan cara mempengaruhi H (uang inti). Dengan cara: pemerintah bisa
mempengaruhi neraca pembayaran Dengan menggalakkan ekspor (misalnya,
dengan memberi ran sangan ekspor berupa penurunan pajak ekspor atau
pemberian sertifikat Ekspor) dan mengurang impor. (misalnya dengan
menaikkan bea masuk), pemerintah bisa menciptakan surplus neraca
pembayaran. ini akan menambah uang inti yang tersedia di masyarakat,
Sehingga Ms meningkat. Jadi pajak ekspor, Sertifikat Ekspor, bea masuk,
adalah instrumen kebijaksanaan moneter.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemerintah bisa dengan lebih langsung
mempengaruhi APBN . Apabila dikehendaki Ms meningkat, APBN bisa dibuat
defisit. baliknya, apabila M dikehendaki turun, maka APBN harus dibuat
surplus. Jadi, APBN adalah juga instrumen kebijaksanaan moneter.
Demikian pula pemerintah bisa mempengaruhi M (uang bereedar) dengan
mengendalikan kredit langsung dan kredit likuiditas bank sentralnya,
misalnya dengan menetapkan batas maksimum yang bisa diberi n (credit
ceiling) atau dengan menaikkan (atau menurunkan) tingkat bunga kredit
bank.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya ada berbagai variasi instrumen
lain yang bisa digunakan pemerintah untuk mempengaruhi Ms lewat baik
money multiplier maupun jumlah uang inti. Apa yang kita sebutkan di atas
ada beberapa instrumen-instrumen pokoknya. Kita tidak bicarakan
instrumen-instrumen lain tersebut di sini, karena lebih cocok untuk
bahas dalam Ekonomi Moneter.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>KEBIJAKSANAAN FISKAL</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebijaksanaan fiskal adalah
kebijaksanaan yang kedua dibidang pengendalian makro adalah.
Kebijaksanaan moneter dan kebijaksanaan fiskal adalah dua kebijaksanaan
yang merupakan alat utama bagi perencana ekonomi nasional untuk
mengendalikan keseimbangan makro perekonomiannya. Keduanya sangat erat
berkaitan satu sama lain, sehingga dalam praktek yang sering dijumpai
adalah kebijaksanaan fiskal yang juga mempunyai konsekuensi-konsekuensi
moneter atau kebijaksanaan moneter dengan konsekuensi-konsekuensi
fiskal. Kebijaksanaan-kebijaksanaan semacam ini mungkin lebih cocok
disebut ‘kebijaksanaan fiskal-moneter”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pembahasan ini diawali mengenai hubungan
antara APBN dan kebijaksanaan fiskal. Hal ini sejalan dengan pengertian
umum bahwa kebijaksanaan fiskal adalah kebijaksanaan yang dilaksanakan
lewat APBN. Dalam bagian selanjutnya kita akan meneliti apakah pengaruh
dan suatu “kebijaksanaan fiskal”, yang dicerminkan oleh suatu struktur
APBN tertentu, ter hadap perekonomian. Akhirnya kita akan mengambil
sebuah contoh untuk menunjukkan bagaimana kita bisa memperkirakan
pengaruh dan suatu kebijaksanaan fiskal dengan menggunakan aijabar
sederhana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>APBN DAN KEBIJAKSANAAN FISKAL</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian bisa dianalisa dalam dua tahap yang berurutan, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) Bagaimana suatu kebijaksanaan uiskal diterjemahkan men jadi suatu APBN dan</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) Bagaimana APBN tersebut mempengaruhi perekonomian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam bagian mi kita akan mengaji tahap
(a). Khususnya kita akan membahas makna dan suatu kebijaksanaan fiskal
dilihat dari struktur pos-pos APBN.</div>
<div style="text-align: justify;">
APBN mempunyai dua sisi, yaitu sisi yang
mencatat pengeluaran dan sisi yang mencatat penerimaan. Sisi pengeluaran
mencatat semua kegiatan pemerintah yang memerlukan uang untuk
pelaknaannya. Dalam praktek macam pos-pos yang tercantum di sisi ini
sangat beraneka ragam dan mencerminkan apa yang ingin dilaknakan
pemerintah dalam programnya. Untuk tujuan pembahasan</div>
<div style="text-align: justify;">
Dibagian lain terdiri dan pos utama, yaitu:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pengeluaran pernerintah untuk pembelian barang/jasa,</li>
<li>pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawainya,</li>
<li>pengeluaran pemerintah untuk transfer payments yang ini liputi
misalnya, pembayaran subsidi/bantuan Iangsung kepada berbagai golongan
masyarakat, pembayaran pensiun, pembayaran bunga untuk pinjaman
pemerintah kepada masyarakat.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Semua pos pada sisi pengeluaran tersebut
memerlukan dana untuk melaksanakannya. Sisi penerimaan menunjukkan
darimana dana yang diperlukan tersebut diperoleh. Ada empat sumber utama
untuk memperoleh dana tersebut, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) pajak (berbagai macam),</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) pinjaman dan bank sentral,</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) pinjaman dan masyarakat dalam negeri,</div>
<div style="text-align: justify;">
(d) pinjaman dan luar negeri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dahulu pajak adalah satu-satunya sumber
untuk pembiayaan kegiatan pemerintahan. Tidak ada pajak tidak ada
kegiatan pemerintahan. Sekarang, pajak masih merupakan sumber keuangan
negara yang paling penting bagi semua negara di dunia. Namun bagi
pemerintah di negara-negara modern ada bebeapa cara lain untuk
memperoleh dana tambahan. Yang pertama, pemerintah bisa “meminjam” dana
dan bank sentralnya, seperti halnva seseorang mengambil kredit dart
bank. Tetapi ada satu perbedaan penting antara kredit bank sentral
kepada pemerintah dengan kredit bank kepada seseorang atau perusahaan.
Perbedaan ini adalah bahwa bank sentral hanya bisa memberikan kredit
dengan jalan menciptakan uang inti (reserve money). Bank sentral tidak
bisa menciptakan uang giral seperti bank-bank umum biasa, sebab “uang
giral” bank sentral.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan penambahan uang inti (L berarti
(lewat money multiplier) penambahan jumlah uang beredar (L OIeh sebab
itu dalam ungkapan yang lebih populer, pemberian kredit bank sentral
kepada pemerintah adalah identik dengan pencetakan uang baru. (Yang
lebih tepat sebenarnya adalah penciptaan uang inti baru).</div>
<div style="text-align: justify;">
Cara lain untuk memperoleh dana adalah
meminjam dan masyarakat dalam negeni. Caranya adalah dengan mengeluarkan
obligasi dan menjualnya di pasar uang dalam negeri*). Bila masyarakat
(termasuk bank-bank) membeli surat berharga ini maka pemerintah
memperoleh dana yang semula ada di tangan masyarakat (dan sebagai
gantinya, masyarakat memegang obligasi pemerintah). Cara ini disebut
open market operations (operasi pasar terbuka). Biasanya bank sentral
bertindak sebagai “agen” pemerintah dalam melakukan open market
operations. Cara ini hanya bisa dilakukan di negara-negara yang sudah
memiliki pasar surat berharga (bursa efek dan saham) yang sudah maju.
Bagi negara-negara sedang berkem bang pasar semacam itu belum
berkembang, sehingga kebijaksanaan open market operations hanya
mempunyai kegunaan yang terbatas. Bagi negara-negara maju, open market
operations adalah suatu cara pembelanjaan keuangan negara yang sangat
penting.</div>
<div style="text-align: justify;">
Cara yang terakhir untuk memperoleh dana
adalah dengan meminjam dan luar negeri. Yang dilakukan di sini adalah
“mengambangkan” obligasi pemerintah di pasar uang luar negeri (misalnya,
pemerintah Indonesia telah menjual obligasinya di pasar uang Hamburg
dan Tokyo). Dalam hal mi pemerintah Indonesia menerima dana (dalam
bentuk matauang asing atau “devisa”) dan si pembeli di luar negeri
menerirna surat tanda berhutang (“obligasi”) pemenintah Indonesia
(beserta janji kapan membayar kembali dan dengan bunga beberapa). Cara
mi lebih cocok apabila pemerintah membutuhkan dana dalam bentuk devisa
(misalnya, untuk membiayai kebutuhan impornya).</div>
<div style="text-align: justify;">
Cara di atas adalah untuk memperoleh
“kredit komersial” dan luar negeri, yaitu pinjaman dengan bunga seperti
yang berlaku di pasar pada saat itu. Bagi beberapa negara, kredit
komersial mungkin mungkin dirasa cukup berat, dilihat dan persyaratan
pembayaran bunga maupun jangka waktu pengembaliannya. Khusus bagi negara
sedang berkembang tersedia kemungkinan untuk memperoleh “kredit lunak”,
yaitu pinjaman dengan bunga di bawah bunga yang berlaku di pasar uang
dan dengan jangka waktu yang lebih longgar.*)</div>
<div style="text-align: justify;">
Pemberi kredit ini adalah pemerintah
negara-negara maju yang memang mempunyai program untukmembantu
pembangunan negara negara berkembang, yaitu negara-negara “donor”, dan
lembaga lembaga keuangan internasional yang bertujuan membantu negara
negara berkembang (seperti Bank Dunia, Asian Development Bank, Dana
Moneter Internasional (IMF), dan sebagainya).</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai contoh, APBN suatu negara bisa
berbentuk seperti berikut: APBN, Negara X, 1981/1982 (dalam Rp milyar),
Dari segi pembukuannya, APBN selalu seimbang: pengeluaran total adalah
2.300 dan penerimaan total juga 2.300. Perubahan kebijaksanaan fiskal
ditunjukkan oleh adanya perubahan jumlah untuk masing-masing pos.
Meskipun jumlah total (pengeluaran dan penerimaan) sama, kita bisa
mempunyai kebijaksanaan fiskal yang berbeda apabila struktur angka-angka
untuk pos-pos APBN berbeda. Dan memang, kita tidak bisa melihat
pengaruh dan suatu APBN hanya dengan melihat nilai totalnya saja. (sebab
nilai ini menurut prinsip akuntansinya harus selalu seimbang). Kita
bisa mengatakan bahwa APBN defisit, surplus atau seimbang dalam arti
ekonomis hanya apabila kita meneliti struktur angka-angkanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada beberapa pengertian yang berbeda
mengenai apa yang di maksud suatu APBN defisit, surplus atau seimbang.
Masing-masing pengertian mempunyai arti ekonomis (dan implikasi makro)
yang berbeda satu sama lain. Kita harus memilih pengertian yang sesuai
dengan tujuan analisa kita atau dengan problema yang kita soroti. Contoh
di atas (dengan kriteria manapun) menunjukkan situasi APBN defisit.
Pengertian yang “paling ketat” mengatakan bahwa defisit APBN terjadi
apabila seluruh pengeluaran pemerintah tidak bisa dibiayai oleh sumber
keuangan negara yang paling utama, yaitu pajak. Dalam contoh di atas,
pengeluaran total adalah 2.300 sedang penerimaan pajak hanya 1.200, jadi
terjadi defisit (dalam pengertian ini) sebesar 1.100.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengertian defisit yang kedua dan yang
“kurang ketat” mengatakan bahwa APBN defisit apabila penerimaan pajak
plus pinjaman pemerintah dan masyarakat dalam negeri tidak mencukupi
untuk membiayai seluruh pengeluaran pemerintah. Dalam contoh di atas,
pajak plus pinjaman mi berjumlah 1.400, sehingga terjadi defisit (dalam
pengertian ini) sebesar 900.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengapa pinjaman dan masyarakat dalam
negeni dianggap sebagai sumber dana yang “wajar”? Pertama, karena ini
adalah pinjaman pemerintah terhadap warganya sendiri, sehingga ada
perasaan bahwa pinjaman ini “wajar”. Alasan kedua, yang secara ekonomis
lebih penting, adalah bahwa pinjaman semacam ini tidak menambah jumlah
uang beredar di dalam negeri, karena dana yang diperoleh pemerintah
adalah dana yang sebelumnya ada di ta ngan masyarakat (yaitu, hanya
terjadi pengalihan hak penggunaan dana yang tersedia). Ciri ini
mempunyai implikasi penting bagi pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap
perekonomian (seperti yang akan kita bahas nanti).</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengertian yang paling “lunak” mengenai
defisit APBN menga takan bahwa defisit APBN hanya terjadi apabila pajak +
pinjaman dan masyarakat dalam negeri + pinjaman dan luar negeri tidak
mencukupi untuk membiayai seluruh pengeluaran pemerintah. Dengan lain
perkataan, defisit APBN terjadi apabila pemerintah harus meminjam dan
bank sentral atau, secara populer, harus men cetak uang baru untuk
membiayai pengeluarannya. Dalam contoh di atas, defisit menurut
pengertian ini adalah 300.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai pengertian mengenai APBN surplus
dan seimbang juga bisa digolongkan sejalan dengan pengertian mengenai
defisit di atas. Kesimpulan umum mengenai uraian kita sampai saat mi
adah bahwa kita harus berhati-hati dan mempunyai konsepsi jelas mengu
nai pengertian mana yang kita maksud apabila kita mengatakan te jadi
defisit atau surplus APBN. Selain itu jelas pula dan uraian di atas
bahwa cara membiayai pengeluaran pemerintah menentukan sekali akibat
APBN terhadap perekonomian. Bermacam-macam pengeluaran sangat menentukan
pula pengaruh APBN terhadap perekonomian Hanya melihat angka “total”nya
saja, kita tidak bisa menilai konsekuensi APBN bagi perekonomian.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>I N F L A S I</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Inflasi merupakan salah satu masalah
ekonomi yang banyak mendapatkan perhatian para pemikir ekonomi. Pada
asasnya inflasi merupakan gelaja ekonomi yang berupa naiknya tingkat
harga.</div>
<div style="text-align: justify;">
Definisi inflasi :</div>
<div style="text-align: justify;">
Inflasi adalah kecenderungan dari
harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Kenaikan
harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali
bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang
lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Indikator Inflasi :</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum digunakan
untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat. Dilakukan atas dasar survei bulanan di 45 kota, di pasar
tradisional dan modern terhadap 283-397 jenis barang/jasa di setiap kota
dan secara keseluruhan terdiri dari 742 komoditas.</li>
<li>Indeks Harga Perdagangan Besar merupakan indikator yang
menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang
diperdagangkan di suatu daerah.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Didasarkan kepada sumber penyebabnya, menurut Soediyono R. : inflasi dapat digolong-golongkan sebagai berikut:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) Inflasi permintaan. Istilah untuk
inflasi semacam ini antara lain ialah demand-pull inflation. inflasi
tarikan permintaan dan demand inflation.</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) inflasi penawaran. lstilah lain yang
hanyak dipakai untuk inflasi sernacam mi ialah cost-push inflation dan
supply inflation.</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) Inflasi campuran, yaitu inflasi yang
mempunyai baik unsur demand pull maupun cost push. Inflasi semacam ini
sering disebut mixed inflation.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Inflasi Permintaan</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai langkah pertama macam inflasi
yang merupakan pusat perhatian kita ialah inflasi permintaan, yang ini
terkenal dengan sebutan demand full inflation. Seperti tersirat dalam
namanya, inflasi permintaan timbul sebagai akibat dan meningkatnya
permintaan agregatif. Ada beberapa Icon atau model analisis ekonomi yang
dapat dimasukkan ke dalam kategori inflasi permintaan. Beberapa di
antaranya yang uraian singkatnya disajikan di bawah mi ialah:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) pendekatan teori kuantitas uang,</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) pendekatan celah inflasi,</div>
<div style="text-align: justify;">
(c) pendekatan IS-LM, dan</div>
<div style="text-align: justify;">
(d) pendekatan permintaan -penawaran agregatif</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>1. Inflasi Permintaan dengan Pendekatan Teori Kuantitas Uang</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Teori kuantitas uang berpendapat bahwa <em>naik-turunnya
tingkat harga disebabkan oleh naik-turunnya jumlah uang yang beredar
dalam perekonomian. Sebagai akibat dan meningkatnya jumlah saldo kas
yang dimiliki oleh rumah-rumah tangga dikarenakan oleh meningkatnya
jumlah uang yang beredar, angka banding antara jumlah saldo kas dengan
besarnya pendapatan dirasakan menjadi terlalu tinggi. Untuk mengurangi
kelebihan saldo kas tersebut, menurut teori kuantitas uang, rumah tangga
akan langsung menggunakannya untuk memperbesar pengeluaran konsumsi
mereka. ini dengan sendirinya mengakibatkan meningkatnya permintaan
agregatif.</em> Dengan mendasarkan kepada asumsi kesempatan kerja penuh
atau full employment, maka meningkatnya permintaan agregatif akan
mengakibatkan naiknya tingkat harga. Dengan kata lain, terjadilah
inflasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai akibat dan adanya inflasi nilai
nyata saldo kas akan menurun. Proses inflasi terus terjadi sampai
tercapai keadaan di mana angka banding antara jumlah saldo kas nyata
dengan pendapatan nyata kembali ke ketinggian semula. Inflasi akan
terhenti di sini, kecuali kalau terjadi lagi penambahan jumlah uang yang
beredar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>2. Inflasi Permintaan dengan Pendekatan Analisa Celah inflasi</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah celah inflasi atau inflationary gap bahwa <em>inflation
gap terjadi apabila besarnya investasi yang terjadi melebihi penabungan
atau saving pada tingkat pendapatan fuII-employmen, pernyataan tersebut
tepat kalau diterapkan untuk perekonomian tertutup.</em><em> dalam
keadaan di mana besarnya permintaan agregati,f yaitu hasil penjumlahan
(C + 1 + G + X — M), melebihi kapasitas produksi nasional, yang biasa
disebut juga full-employment income.</em></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><em>3. Inflasi Permintaan dengan Pendekatan IS-LM</em></strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Menerangkan inflasi dengan menggunakan
pendekatan IS-LM tersebut ialah bahwa masing-masing dimaksudkan untuk
menerangkan dua hal, yaitu:</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) penentuan tingkat pendapatan nasional ekuilibrium,</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) penentuan tingkat harga dengan
tingkat pendapatan nasional ekuilibrium seperti yang uraian atau
perhitungannya disajikan oleh butir .</div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh karena semua variahel yang
diperhatikan dalam analisis silang Keynes tersebut. mengenai
pengukurannya semuanya sama, yaitu masing-masing diukur dalam rupiah per
satuan waktu. Analisis IS-LM di lain pihak sebagian dan vaniabelnya;
yaitu variabel investasi dan variabel permintaan uang untuk spekulasi,
ditentukan oleh tingkat bunga, yang pengukurannya tidak dalam rupiah per
satuan waktu, melainkan dalam persentase persatuan waktu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><em>Menurut Boediono</em></strong><em> :</em>
Kedua macam inflasi yaitu inflasi permintaan dan inflasi penawaran itu
jarang sekali dijumpai dalam praktek dengan bentuk yang murni. Pada
umumnya, inflasi Yang tenjadi di berbagai negara di dunja adalah
kombinasi dan kedua macam inflasi tersebut, dan seringkali keduanya
saling memperkuat satu sama lain. Atau disebut inflasi campuran yang
mempunyai baik unsur demand—pull maupun cost—push. Inflasi semacam ini
sering disebut mixed inflation.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penggolongan Yang ketiga adalah berdasarkan asal dari inflasi Di sini kita bedakan:</div>
<div style="text-align: justify;">
(1) inflasi Yang berasal dan dalam negeri (domestic Inflation)</div>
<div style="text-align: justify;">
(2) Inflasi Yang berasal dan luar negeri (imported inflalion)</div>
<div style="text-align: justify;">
Inflasi yang berasal dan dalam negeri
timbul misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan
pencetakan uang baru, panenan Yang gagal dan sebagainya Infiasi yang
berasal dan luar negeri adalah inflasi Yang timbul karena kenaikan
harga-harga (yaitu, inflasi) di luar negeri atau di Negara negara
tetangga berdagang dengan negara kita. Akibat kenaikan harga barang
barang yang kita Inpor :</div>
<div style="text-align: justify;">
(1) secara langsung kenaikan
indeks biaya hidup karena sebagian dan barangbarag yang tercakup di
dalamnya berasal dan impor.</div>
<div style="text-align: justify;">
(2) secara tidak langsung
menaikkan indeks harg melalui kenajkan ongkos produksj (dan kemudian,
harga jual) dan berbagal barang Yang menggufl bahan mentah atau
mesin-mesin yang harus di impor (cost inflation).</div>
<div style="text-align: justify;">
(3) secara tidak langsung
menimbulkan kenaikan harga di dalam negeri karena ada kemungkinan
(tetapi ini tidak harus demikian) kenaikan harga barang-barang impor
kenaikan Pengeluaran Pemerintah dan swasta yang berusaha mengimbangi
kenaikan harga impor tersebut disebut demand inflation.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Penularan’ inflasi dan luar negeri ke
dalam negeri bisa pula lewat kenaikan harga barang-barang ekspor dan
saluran saluran hanya sedikit berbeda dengan penularan lewat kenaikan
harga barang-barangg impor :</div>
<div style="text-align: justify;">
(1) Bila harga barang-barang
ekspor ,seperti kopi, teh , naik, maka indeks biaya hidup akan naik pula
sebab banang-barang ini langsung masuk dalam daftar barang-barang yang
tercakup dalam indeks harga.</div>
<div style="text-align: justify;">
(2) Bila harga barang- barang
ekspor (seperti kayu, karet timah dan sebagainya) naik, maka ongkos
produksi dan barang-barang yang menggunakan barang-barang tersebut dalam
produksinya (perumahan, sepatu, kaleng dan Sebagainya) akan naik, dan
kemudian harga jualnya akan naik pula (cost-inflation).</div>
<div style="text-align: justify;">
(3) Kenaikan harga barang-barang
ekspor berarti kenaikan penghasilan eksportir (dan juga para produsen
barangbarang ekspor tersebut). Kenaikan penghasilan ini kemudian akan
dibelanjakan untuk membeli barang-banang (baik dan dalam maupun luar
negeri). Bila jumlah barang yang tersedia di pasar tidak beitambah, maka
harga-harga barang lain akan naik pu1a (demand inflation).</div>
<div style="text-align: justify;">
Penularan inflasi dan luar negeri ke
dalam negeri ini jelas lebih mudah terjadi pada negara-negara yang
perekonomiannya terbuka, yaitu yang sektor perdagangan luar negerinya
penting (seperti Indonesia, Korea, Taiwan, Singapura, Malaysia dan
sebagainya ). Namun berapa jauh penularan tersebut terjadi juga
tergantung kepada kebijaksanaan penierinlah yang diambil. Dengan
kebijaksanaan-kebijaksanaan moneter dan perpajakan tertentu pemerintah
bisa menetralisir kecenderungan inflasi yang berasal dan luar negeri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Disagregasi Inflasi : </strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Inflasi Inti >Yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental:<br />
- Interaksi permintaan-penawaran<br />
- Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang<br />
- Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
2. Inflasi non Inti >Yaitu inflasi yang dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Dalam hal ini terdiri dari :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Inflasi <em>Volatile Food</em>.<br />
Inflasi yang dipengaruhi shocks dalam kelompok bahan makanan seperti panen, angguan alam, gangguan penyakit.</li>
<li>Inflasi <em>Administered Prices</em><br />
Inflasi yang dipengaruhi shocks berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM, tarif listrik, tarif angkutan, dll</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Determinan Inflasi </strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (<em>cost push inflation</em>), dari sisi permintaan (<em>demand pull inflation</em>), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-faktor terjadinya <em>cost push inflation</em>
dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar
negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga
komoditi yang diatur pemerintah (<em>administered price</em>)<sup>1</sup> , dan terjadi <em>negative supply shocks</em><sup>2</sup> akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Faktor penyebab terjadi <em>demand pull inflation</em>
adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap
ketersediaannya. Dalam konteks makro ekonomi, kondisi ini digambarkan
oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total
(<em>agregate demand</em>) lebih besar dari pada kapasitas
perekonomian. Sementara itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh
perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat
adaptif atau <em>forward looking</em>. Hal ini tercermin dari perilaku
pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat
menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan
penentuan upah minimum regional (UMR).</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>TIMBULNYA INFLASI </strong></div>
<div style="text-align: justify;">
“inflasi” semata-mata suatu gejala
ekonomi, dimana kecenderungan harga-harga untuk naik secara bersamaan.
Sebab-sebab timbulnya inflasi khusus dari segi ekonomi; dan penentuan
sebab-sebab “ekonomis obyektif” ini mungkin bukanlah tugas yang paling
sukar. Biasanya kita harus melampaui batas-batas ilmu ekonomi dan
memasuki bidang ilmu sosiologi dan ilmu politik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Masalah inflasi dalam arti yang lebih
luas bukan semata-mata masalah ekonomi, tetapi masalah
sosio-ekonomi-politis. Ilmu ekonomi membantu kita ntuk
mengidentifikasikan sebab-sebab obyektif dari inflasi, misalnya saja
karena pemerintah mencetak uang terlalu hanyak. Kalau kita
mempertanyakan mengapa pemerinlah harus mencetak uang, meskipun mereka
tahu bahwa tindakan tersebu mengakibatkan inflasi .seringkali jawabannya
terletak di bidang sosial politik.</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi, masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu, Ketiga teori ini adalah:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Teori kuantitas</li>
<li>Teori Keynes</li>
<li>Teori Strukturalis</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Teori Kuantitas adalah teori yang paling
tua mengenai inflasi, namun teori ini (yang akhir-akhir ini mengalami
penyempurnaan-penyempurnaan oleh kelompok ahli ekonomi Universitas
Chicago) masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di zaman
modern in terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Teori ini
menyoroti peranan dalam proses inflasi yaitu :</div>
<div style="text-align: justify;">
(a) jumlah uang yang beredar</div>
<div style="text-align: justify;">
(b) psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectations).</div>
<div style="text-align: justify;">
Inti dari teori ini adalah sebagai berikut:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang
beredar (apakah berupa penambahan uang kartal atau penambahan uang giral
tidak menjadi soal). Tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar,
kejadian seperti, misalnva, kegagalan panen, hanya akan menaikkan
harga-harga untuk semenlara waktu saja. Penambahan jumlah uang ibarat
“bahan bakar” bagi api inflasi. Bila jumlah uang tidak ditambah, inflasi
akan berhenti dengan sendirinya, apapun sebab musabab awal dan kenaikan
harga tersebut.</li>
<li>Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang
beredar dan oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan
harga-harga di masa mendatang.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Terdapat 3 kemungkinan keadaan. <strong><em>Keadaan yang pertama</em></strong>
adalah bila masyarakat tidak (atau belum) mengharapkan harga-harga
untuk naik pada bulan-bulan mendatang. Dalam hal mi, sebagian besar dan
penambahan jumlah uang yang beredar akan diterima oleh masyarakat untuk
menamhah likuiditasnya (yaitu, memperbesar pos Kas dalam buku neraca
para anggota masyarakat). ini berarti bahwa sebagian besar dan kenaikan
jumlah uang tersebut tidak dibelanjakan untuk pembelian barang. berarti
bahwa tidak akan ada kenaikan permintaan yang berarti akan
barang-barang, jadi tidak ada kenaikan harga barang-barang (atau
harga-harga mungkin naik sedikit sekali).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam keadaan seperti ini, kenaikan
jumlah uang yang beredar sebesar 10% diikuti oleh kenaikan harga-harga
sebesar, misalnya 1 %. Keadaan ini biasanya dijumpai pada waktu inflasi
masih baru mulai dan masyarakat masih belum sadar bahwa inflasi sedang
berlangsung.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>A. Tugas Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral adalah :</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun
2004 tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah (Pasal 7). Amanat ini memberikan kejelasan peran bank
sentral dalam perekonomian, sehingga dalam pelaksanaan tugasnya Bank
Indonesia dapat lebih fokus dalam pencapaian “single objective”-nya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang dimaksud dengan kestabilan nilai
rupiah adalahKestabilan nilai rupiah tercermin dari tingkat inflasi dan
nilai tukar yang terjadi. Tingkat inflasi tercermin dari naiknya harga
barang-barang secara umum. Faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi dapat
dibagi menjadi 2 macam, yaitu :</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan</li>
<li>tekanan inflasi yang berasal dari sisi penawaran.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hal ini, BI hanya memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi tekanan inflasi yang berasal dari sisi
permintaan, sedangkan tekanan inflasi dari sisi penawaran (bencana alam,
musim kemarau, distribusi tidak lancar, dll) sepenuhnya berada diluar
pengendalian BI. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai dan menjaga
tingkat inflasi yang rendah dan stabil, diperlukan adanya kerjasama dan
komitmen dari seluruh pelaku ekonomi, baik pemerintah maupun swasta.
Tanpa dukungan dan komitmen tersebut niscaya tingkat inflasi yang sangat
tinggi selama ini akan sulit dikendalikan. Selanjutnya nilai tukar
rupiah sepenuhnya ditetapkan oleh kekuatan permintaan dan panawaran yang
terjadi di pasar. Apa yang dapat dilakukan oleh BI adalah menjaga agar
nilai rupiah tidak terlalu berfluktuasi secara tajam.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>B. Pentingnya kestabilan harga</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Pentingnya pengendalian inflasi
didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil
memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat.</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil
masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun
dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah
miskin.</li>
<li>Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Pengalaman empiris menunjukkan bahwa
inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam
melakukan konsumsi, investasi dan produksi, yang pada akhirnya akan
menurunkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang
lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga
menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga
dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/gambar-inflasi.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-274" height="381" src="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/gambar-inflasi.jpg?w=426&h=381" title="Kestabilan Harga Pada saat Inflasi" width="426" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>C. Peran Kebijakan Moneter Mengendalikan Inflasi</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengingat tugas spesifik yang diemban
oleh Bank Indonesia seperti tersebut di atas, Bank Indonesia tidak
sepenuhnya dapat mengendalikan inflasi, terutama tekanan inflasi yang
berasal dari sisi penawaran (<em>cost push inflation</em>). Bank
Indonesia, melalui kebijakan moneter, dapat mempengaruhi inflasi dari
sisi permintaan, seperti investasi dan konsumsi masyarakat. Misalnya,
kebijakan kenaikan suku bunga dapat menge-’rem’ pengeluaran masyarakat
dan pemerintah sehingga dapat menurunkan permintaan secara keseluruhan
yang pada akhirnya dapat menurunkan inflasi. Selain itu, kenaikan suku
bunga ini dapat menguatkan nilai tukar melalui peningkatan (<em>positive</em>) <em>interest rate differential</em>.
Demikian juga, Bank Indonesia dapat mempengaruhi ekspektasi masyarakat
melalui kebijakan yang konsisten dan kredibel. Harapannya adalah sasaran
(target) inflasi Bank Indonesia diacu oleh masyarakat dan pelaku
ekonomi sehingga inflasi yang terjadi dapat sama atau mendekati sasaran
inflasi. Apabila kondisi ini terjadi, maka biaya pengendalian moneter
dapat diminimalkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara teori, kebijakan moneter dapat ditransmisikan melalui berbagai jalur (<em>channel</em>),
yaitu jalur suku bunga, jalur kredit perbankan, jalur neraca
perusahaan, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi.
Dengan melewati jalur-jalur tersebut, kebijakan moneter akan
ditransmisikan dan berpengaruh ke sektor finansial dan sektor riil
setelah beberapa waktu lamanya (<em>lag of monetery policy</em>) .</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/gambar-peran-kebijakan-moneter.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-275" height="463" src="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/gambar-peran-kebijakan-moneter.jpg?w=513&h=463" title="Gambar Peran Kebijakan Moneter" width="513" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain kebijakan moneter yang bersifat
“langsung” seperti di atas, bank sentral juga dapat mempengaruhi tujuan
akhirnya secara “tidak langsung”, yaitu melalui berbagai regulasi dan
himbauan (<em>moral suassion</em>) kepada sektor perbankan guna mempercepat mekanisme transmisi kebijakan moneter.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam melaksanakan pengendalian moneter
Bank Indonesia diberikan kewenangan dalam menggunakan instrumen moneter
berupa tetapi tidak terbatas pada (i) Operasi Pasar Terbuka (<em>open market operation</em>), (ii) penetapan tingkat diskonto (<em>discount rate</em>), (iii) penetapan Giro Wajib Minimum (<em>minimum reserve requirement</em>), dan (iv) pengaturan kredit atau pembiayaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>D. Alasan Perubahan Kerangka Kerja Sebelumnya (Base Money Targetting)</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak dilepasnya sistem <em>crawling band</em>, Bank Indonesia mentargetkan <em>base money</em> (<em>base money targeting</em>)
dalam kerangka kebijakan moneternya. Kerangka tersebut tidak terlepas
dari upaya Bank Indonesia untuk menyerap kembali kelebihan likuiditas di
perbankan sebagai dampak dari adanya bantuan likuiditas Bank Indonesia
sebagai konsekuensi fungsi Bank Indonesia sebagai <em>lender of the last resort</em>. Kerangka kebijakan moneter dengan menggunakan program moneter ini diformalkan sebagai bagian dari program IMF.</div>
<div style="text-align: justify;">
Base money targeting framework didasarkan pada teori kuantitas uang (<em>quantity theory of money</em>), yaitu MV=PY<sup>4</sup> . Efektivitas kerangka ini sangat tergantung kepada stabilitas <em>velocity</em> uang beredar baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu, <em>framework</em>
ini akan berjalan baik apabila (i) hubungan antara base money dan
inflasi stabil, dan (ii) bank sentral dapat mengendalikan uang kartal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia menghadapi permasalahan dalam menggunakan framework ini. Hal ini disebabkan oleh :</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Hubungan M0 dengan P dan Y tidak stabil, karena terdapat perubahan struktural pasca krisis<sup>5</sup> .</li>
<li>Seolah-olah terdapat dua nominal <em>anchor</em>, yaitu pencapaian sasaran inflasi dan <em>target base money</em></li>
<li>Respon kebijakan moneter cenderung <em>backward looking</em>.</li>
<li>Cukup sulit mengendalikan <em>base money</em>, karena sebagian besar komponennya terdiri dari uang kartal yang perilakunya lebih dipengaruhi oleh permintaan (<em>demand determined</em>)<sup>6</sup>.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai perubahan-perubahan struktural pasca krisis antara lain ditandai dengan :</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Penerapan floating exchange rate yang menyebabkan volatilitas nilai tukar yang lebih tinggi</li>
<li>Restrukturisasi dan fungsi intermediasi perbankan terkait dengan
program rekapitalisasi dan pergeseran portfolio aset dari kredit ke
obligasi</li>
<li>Permasalahan sektor riil yang mengakibatkan turunnya permintaan kredit.</li>
<li>Munculnya berbagai inovasi produk perbankan, diantaranya reksadana.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Studi di Bank Indonesia menyimpulkan
bahwa akibat adanya perubahan struktural di atas, peran suku bunga
menjadi semakin penting (dibandingkan dengan uang beredar) dalam
mempengaruhi inflasi. Untuk itu, perlu dilakukan peninjauan ulang dan
perubahan formulasi kerangka kerja kebijakan moneter (<em>monetary policy framework</em>) Bank Indonesia yang selama ini telah dianut, dari pendekatan yang sifatnya pragmatis (<em>eclectic approach</em>) ke dalam suatu <em>framework</em> baru yang sesuai dengan prinsip-prinsip kebijakan moneter yang sehat (<em>sound</em>).</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>E. Prinsip-Prinsip Kebijakan Moneter yang Sehat</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
(i) Mempunyai satu tujuan akhir yang diutamakan (<em>overriding objective</em>),
yaitu sasaran inflasi, sebagai kontribusi pokok kebijakan moneter dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, sasaran inflasi
ditetapkan dengan mempertimbangkan pengaruhnya (<em>trade-off</em>) dengan pertumbuhan ekonomi.</div>
<div style="text-align: justify;">
(ii) Kebijakan moneter bersifat antisipatif atau <em>forward looking</em>,
yaitu dengan mengarahkan kebijakan moneter yang ditempuh saat ini
diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan pada periode
yang akan datang mengingat adanya efek tunda (<em>lag</em>) kebijakan moneter.</div>
<div style="text-align: justify;">
(iii) Mengikatkan diri kepada suatu mekanisme tertentu dalam membuat pertimbangan penentuan respon kebijakan moneter (<em>constrained discretion</em>).
Dalam penetapan respon kebijakan moneter, bank sentral mempertimbangkan
prakiraan inflasi, pertumbuhan ekonomi, serta berbagai variabel lain.
Termasuk pertimbangan mengenai kebijakan ekonomi Pemerintah dalam
kerangka koordinasi kebijakan moneter dengan kebijakan makro lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
(iv) Sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang sehat (<em>good governance</em>), yaitu berkejelasan tujuan, konsisten, transparan, dan berakuntabilitas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>F. Inflation Targeting Framework (ITF)</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Definisi ITF ><strong> </strong>ITF
merupakan sebuah kerangka kebijakan moneter yang ditandai dengan
pengumuman kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai
dalam beberapa periode ke depan. Secara eksplisit dinyatakan bahwa
inflasi yang rendah dan stabil Merupakan tujuan utama dari kebijakan
moneter. Sesuai definisi di atas, sejak berlakunya UU No. 23/1999
Indonesia sebenarnya dapat dikategorikan sebagai “Inflation Targeting
lite countries”.</div>
<div style="text-align: justify;">
Alasan pemilihan ITF</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pemilihan kerangka kerja kebijakan moneter IT didasarkan atas beberapa pertimbangan sebagai berikut :</li>
</ol>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Memenuhi prinsip-prinsip kebijakan moneter yang sehat (sound).</li>
<li>Sesuai dengan amanat UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3/2004.</li>
<li>Hasil riset menunjukkan semakin sulit pengendalian besaran moneter.</li>
<li>Pengalaman empiris negara lain menunjukkan bahwa negara yang
menerapkan ITF berhasil menurunkan inflasi tanpa meningkatkan
volatilitas output.</li>
<li>Dapat meningkatkan kredibilitas BI sebagai pengendali inflasi melalui komitmen pencapaian target.</li>
</ul>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Penerapan ITF bukan berarti bahwa bank sentral hanya menaruh
perhatian pada inflasi saja, dan tidak lagi memperhatikan pertumbuhan
ekonomi maupun kebijakan dan perkembangan ekonomi secara keseluruhan.
Juga, ITF bukanlah suatu kaidah yang kaku (rule) tetapi sebagai kerangka
kerja menyeluruh (framework) untuk perumusan dan pelaksanaan kebijakan
moneter. Fokus ke inflasi tidak berarti membawa perekonomian kepada
kondisi yang sama sekali tanpa inflasi (zero inflation).</li>
<li>Inflasi rendah dan stabil dalam jangka panjang, justru akan
mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (suistanable growth).
Penyebabnya, karena tingkat inflasi berkorelasi positif dengan
fluktuasinya. Manakala inflasi tinggi, fluktuasinya juga meningkat,
sehingga masyarakat merasa tidak pasti dengan laju inflasi yang akan
terjadi di masa mendatang. Akibatnya, suku bunga jangka panjang akan
meningkat karena tingginya premi risiko akibat inflasi. Perencanaan
usaha menjadi lebih sulit, dan minat investasi pun menurun.
Ketidakpastian inflasi ini cenderung membuat investor lebih memilih
investasi asset keuangan jangka pendek ketimbang investasi riil jangka
panjang. Itulah sebabnya, otoritas moneter seringkali berargumentasi
bahwa kebijakan yang anti inflasi sebenarnya adalah justru kebijakan
yang pro pertumbuhan.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>G. Sasaran Inflasi</strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Sasaran inflasi sebagai sasaran akhir kebijakan moneter ditetapkan
oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia. Penetapan
sasaran inflasi tersebut mempertimbangkan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan ekonomi (trade-off) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.</li>
<li>Pemerintah setelah berkoordinasi dengan BI telah menetapkan dan
mengumumkan sasaran inflasi IHK untuk tahun 2006, 2007, dan 2008
masing-masing sebesar 8% ±1%, 6%±1%, dan 5,0%±1%. (Berdasarkan siaran
pers : Rapat Koordinasi Bidang Makroekonomi tanggal 17 Maret 2006).
Penetapan lintasan sasaran inflasi ini sejalan dengan keinginan untuk
mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang sebesar 3% agar
Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara Asia lainnya .</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>H. Indikator Kebijakan Moneter</strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Dalam merumuskan kebijakan moneter, Bank Indonesia akan selalu
melakukan analisis dan mempertimbangkan berbagai indikator ekonomi,
khususnya prakiraan inflasi, pertumbuhan ekonomi, besaran-besaran
moneter dan perkembangan sektor ekonomi dan keuangan secara keseluruhan.</li>
<li>Demikian pula, Bank Indonesia akan selalu dan terus memperhatikan
langkah-langkah kebijakan ekonomi yang ditempuh Pemerintah.
Langkah-langkah koordinasi kebijakan yang selama ini telah berlangsung
baik akan terus diperkuat dan ditingkatkan.</li>
<li>Analisis dan prakiraan berbagai variabel ekonomi tersebut
dipertimbangkan untuk mengarahkan agar prakiraan inflasi ke depan
sejalan dengan kisaran sasaran inflasi yang telah ditetapkan.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>I. Respon Kebijakan Moneter</strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Tujuan dan bentuk respon kebijakan moneter adalah sbb:</li>
</ol>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar
pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur
pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan (konsistensi).</li>
<li>Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam kenaikan, penurunan, atau tidak berubahnya BI Rate.</li>
<li>Perubahan (kenaikan atau penurunan) BI Rate dilakukan secara konsisten dan bertahap.</li>
</ul>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Fungsi BI Rate sebagai sinyal kebijakan</li>
</ol>
<ul style="text-align: justify;">
<li>BI Rate adalah suku bunga instrumen sinyaling Bank Indonesia yang
ditetapkan pada RDG triwulan untuk berlaku selama triwulan berjalan
(satu triwulan), kecuali ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam
triwulan yang sama. Dengan demikian, rate rata-rate tertimbang hasil
lelang SBI pada setiap kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh
stakeholders sebagai sinyal kebijakan moneter Bank Indonesia.</li>
<li>BI Rate diumumkan ke publik segera setelah ditetapkan dalam RDG
sebagai sinyal stance kebijakan moneter (yang lebih jelas dan tegas)
dalam merespon prospek pencapaian sasaran inflasi ke depan.</li>
<li>BI Rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi
pengendalian moneter untuk mengarahkan agar Rata-Rata Tertimbang Suku
Bunga SBI 1 bulan hasil lelang OPT (suku bunga instrumen liquidity
adjustment) berada di sekitar BI Rate. Selanjutnya suku bunga SBI 1
bulan diharapkan mempengaruhi suku bunga PUAB dan suku bunga jangka yang
lebih panjang.</li>
</ul>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Proses penetapan respon kebijakan moneter</li>
</ol>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dalam RDG triwulanan.</li>
<li>Respon kebijakan moneter ditetapkan untuk periode satu triwulan ke depan.</li>
<li>Penetapan respon kebijakan moneter dilakukan dengan memperhatikan efek tunda kebijakan moneter dalam mempengaruhi inflasi.</li>
<li>Dalam kondisi yang luar biasa, penetapan respon kebijakan moneter dapat dilakukan dalam RDG bulanan.</li>
</ul>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Dasar pertimbangan penetapan respon kebijakan</li>
</ol>
<ul style="text-align: justify;">
<li>BI Rate merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke
depan agar tetap berada pada sasaran yang telah ditetapkan. Perubahan BI
Rate dilakukan terutama jika deviasi proyeksi inflasi terhadap
targetnya (inflation gap) dipandang telah bersifat permanen dan
konsisten dengan informasi dan indikator lainnya.</li>
<li>BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur secara diskresi dengan mempertimbangkan:</li>
</ul>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi, dan</li>
<li>Berbagai informasi lainnya seperti leading indicators, survei,
informasi anekdotal, variabel informasi, expert opinion, asesmen fakto
risiko dan ketidakpastian serta hasil-hasil riset ekonomi dan kebijakan
moneter.</li>
<li>Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate (SBI
tenor 1 bulan) secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis
points (bps). Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia
yang lebih besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI
Rate dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>J. Operasi Pengendalian Moneter</strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Berbeda dengan pelaksanaan selama ini yang menggunakan uang primer,
sasaran operasional pengendalian moneter adalah BI Rate. Dengan langkah
ini, sinyal kebijakan moneter diharapkan dapat lebih mudah dan lebih
pasti dapat ditangkap oleh pelaku pasar dan masyarakat, dan karenanya
diharapkan pula dapat meningkat efektivitas kebijakan moneter.</li>
<li>Pengendalian moneter dilakukan dengan menggunakan instrumen:</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
(i) Operasi Pasar Terbuka (OPT),</div>
<div style="text-align: justify;">
(ii) Instrumen likuiditas otomatis (standing facilities),</div>
<div style="text-align: justify;">
(iii) Intervensi di pasar valas,</div>
<div style="text-align: justify;">
(iv) Penetapan giro wajib minimum (GWM), dan</div>
<div style="text-align: justify;">
(v) Himbauan moral (moral suassion).</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pengendalian moneter diarahkan pula agar perkembangan suku bunga
PUAB berada pada koridor suku bunga yang ditetapkan. Langkah ini
dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas
sekaligus untuk memperkuat sinyal kebijakan moneter yang ditempuh Bank
Indonesia.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>K. Koordinasi dengan Pemerintah</strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Koordinasi dengan Pemerintah dimaksudkan agar kebijakan moneter Bank
Indonesia sejalan dengan kebijakan umum Pemerintah dibidang
perekonomian dengan tetap menjaga tugas dan wewenang masing-masing.</li>
<li>Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah dalam penetapan sasaran
inflasi dilakukan sesuai dengan MoU yang telah disepakati antara
Pemerintah (cq. Menteri Keuangan) dengan Bank Indonesia, diantaranya
adalah:</li>
</ol>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Bank Indonesia menyampaikan usulan Sasaran Inflasi kepada Pemerintah
selambat-lambatnya bulan Mei pada tahun sebelum periode sasaran inflasi
berakhir.</li>
<li>Dalam hal terjadi kondisi yang luar biasa sehingga Sasaran Inflasi
yang telah ditetapkan menjadi tidak realistis dan perlu direvisa, maka
Bank Indonesia menyampaikan usulan perubahan Sasaran Inflasi setelah
berkoordinasi dengan Bank Indonesia.</li>
</ul>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pentingnya keterlibatan Pemerintah dalam menetapkan inflasi
didasarkan pada pertimbangan beberapa faktor. Pertama, tidak semua
sumber inflasi di bawah kendali kebijakan Bank Indonesia. Kebijakan
pemerintah turut menyumbang inflasi, diantaranya adalah penetapan
administered price, upah minimum regional, gaji pegawai negeri,
kebijakan di bidang produksi sektoral, perdagangan domestik dan tata
niaga impor. Kebijakan pemerintah lainnya (misalnya di bidang politik,
keamanan, dan penegakan hukum) juga secara tidak langsung turut
mempengaruhi inflasi. Kedua, kebersamaan komitmen pengendalian inflasi
antara Pemerintah dan Bank Indonesia di atas kertas akan menjadikan
sasaran inflasi lebih kredibel, karena menjadi “milik bersama”. Jika
sasaran inflasi sangat kredibel, dalam arti Bank Indonesia dan
Pemerintah dinilai akan mampu mencapainya, para pelaku ekonomi akan
menyamakan perkiraan inflasi mereka dengan angka sasaran inflasi
tersebut. Bila kondisi ini terjadi, Pemerintah dan Bank Indonesia akan
lebih mudah menurunkan dan menstabilkan inflasi dalam jangka menengah
dan panjang, tanpa harus menelan biaya kebijakan yang terlalu besar.</li>
<li>Sebagai tindak lanjut, Bank Indonesia bersama Pemerintah telah
membentuk tim penetapan sasaran, pemantauan, dan pengendalian inflasi
(selanjutnya disebut Tim Pengendalian Inflasi) yang beranggotakan
beberapa departemen teknis. Adapun tugas tim tersebut antara lain
mencakup pemberian usul mengenai sasaran inflasi, mengevaluasi
sumber-sumber dan potensi tekanan inflasi serta dampaknya terhadap
pencapaian sasaran inflasi, merekomendasikan pilihan kebijakan yang
mendukung pencapaian sasaran inflasi, serta melakukan diseminasi
mengenai sasaran dan upaya pencapaian sasaran inflasi kepada masyarakat.
Diharapkan pembentukan Tim Pengendalian Inflasi ini akan meningkatkan
koordinasi antara otoritas moneter dengan Pemerintah secara keseluruhan,
sehingga sasaran inflasi menjadi tujuan bersama yang credible dan
achievable.</li>
<li>Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah juga dilakukan dalam
penetapan asumsi-asumsi makro untuk bahan penyusunan RAPBN, baik melalui
rapat koordinasi dengan Departemen Keuangan (dan instansi terkait)
maupun dalam pembahasan dengan DPR.</li>
<li>Koordinasi Bank Indonesia dengan Pemerintah mengenai kebijakan di
bidang perekonomian lainnya dilakukan dalam Sidang Kabinet maupun
pertemuan-pertemuan lainnya sesuai dengan perkembangan dan permasalahan
yang terjadi.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>L. Transparansi</strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Kebijakan moneter dikomunikasikan secara berkesinambungan kepada
masyarakat untuk meningkatkan kredibilitas kebijakan moneter dalam
membentuk ekspektasi dan pencapaian sasaran inflasi.</li>
<li>Komunikasi kebijakan moneter mencakup pengumuman dan penjelasan
pencapaian sasaran inflasi, kerangka kerja dan langkah-langkah kebijakan
moneter yang telah dan akan ditempuh, jadwal RDG, serta hal-hal lain
yang ditetapkan oleh Dewan Gubernur.</li>
<li>Komunikasi kebijakan moneter dilakukan dengan cara termasuk dan
tidak terbatas pada siaran pers, konperensi pers (terutama segera
setelah RDG Triwulanan untuk menjelasankan respon kebijakan moneter),
publikasi (termasuk penerbitan “Laporan Kebijakan Moneter” atau
“Inflation Report”), maupun penjelasan langsung kepada masyarakat.</li>
<li>Komunikasi kebijakan moneter disampaikan kepada masyarakat luas
termasuk dan tidak terbatas pada media massa, pelaku ekonomi, kalangan
pakar dan akademisi.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>M. Akuntabilitas</strong></div>
<ol style="text-align: justify;">
<li>Pertanggung-jawaban kebijakan moneter disampaikan kepada DPR untuk
meningkatkan kredibilitas Bank Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
wewenang yang telah ditetapkan dalam UU.</li>
<li>Pertanggung-jawaban kebijakan moneter dilakukan dengan penyampaian
secara tertulis maupun penjelasan langsung atas Laporan Kebijakan
Moneter (“Monetary Policy Report” atau “Inflation Report”) secara
triwulanan dan aspek-aspek tertentu kebijakan moneter yang dipandang
perlu.</li>
<li>Laporan Kebijakan Moneter disampaikan pula kepada Pemerintah dan masyarakat luas untuk transparansi dan koordinasi.</li>
<li>Dalam hal sasaran inflasi untuk suatu tahun tidak tercapai, maka
Bank Indonesia menyampaikan usulan penjelasan kepada Pemerintah sebagai
bahan penjelasan Pemerintah bersama Bank Indonesia secara terbuka kepada
DPR dan masyarakat yang dilakukan paling lambat Februari tahun
berikutnya.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<strong>N. Stabilitas Sistem Keuangan (SSK )</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Istilah Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)
sebenarnya belum memiliki definisi baku secara internasional. Oleh
karena itu, muncul beberapa definisi mengenai SSK yang pada intinya
mengatakan bahwa suatu sistem keuangan memasuki tahap tidak stabil pada
saat sistem tersebut telah membahayakan dan menghambat kegiatan
ekonomi. Di bawah ini dikutip beberapa definisi SSK yang diambil dari
berbagai sumber:</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li><em>1. </em><em>SSK adalah sistem keuangan yang mampu mengalokasikan
sumber dana dan menyerap kejutan (shock) yang terjadi sehingga dapat
mencegah gangguan terhadap kegiatan sektor riil dan sistem keuangan.”</em></li>
<li><em>2. </em><em>SSK adalah sistem keuangan yang kuat dan tahan
terhadap berbagai gangguan ekonomi sehingga tetap mampu melakukan fungsi
intermediasi, melaksanakan pembayaran dan menyebar risiko secara baik.”</em><em> </em></li>
<li><em>3. </em><em>SSK adalah suatu kondisi dimana mekanisme ekonomi
dalam penetapan harga, alokasi dana dan pengelolaan risiko berfungsi
secara baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi.” </em><em> </em></li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun definisi yang seragam mengenai
SSK belum ada, namun untuk memahami lebih jauh soal ini, dapat dilakukan
dengan meneliti faktor-faktor yang dapat menganggu stabilitas itu
sendiri. Ketidakstabilan sistem keuangan dapat dipicu oleh berbagai
macam penyebab dan gejolak. Hal ini umumnya merupakan kombinasi antara
kegagalan pasar, baik karena faktor struktural maupun perilaku.
Kegagalan pasar itu sendiri dapat bersumber dari eksternal
(internasional) dan internal (domestik). Sistem keuangan secara umum
terdiri dari pasar, lembaga dan infrastruktur. Risiko yang sering
menyertai kegiatan dalam sistem keuangan antara lain risiko kredit,
risiko likuiditas, risiko pasar dan risiko operasional.</div>
<div style="text-align: justify;">
Meningkatnya kecenderungan globalisasi
sektor finansial yang didukung oleh perkembangan teknologi menyebabkan
sistem keuangan menjadi semakin terintegrasi tanpa jeda waktu dan batas
wilayah. Selain itu, inovasi produk keuangan semakin dinamis dan beragam
dengan kompleksitas yang semakin tinggi. Berbagai perkembangan tersebut
selain dapat mengakibatkan sumber-sumber pemicu ketidakstabilan sistem
keuangan meningkat dan semakin beragam, juga dapat mengakibatkan semakin
sulitnya mengatasi ketidakstabilan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Identifikasi terhadap sumber
ketidakstabilan sistem keuangan umumnya lebih bersifat forward looking
(melihat kedepan). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui potensi risiko
yang akan timbul serta akan mempengaruhi kondisi sistem keuangan
mendatang. Atas dasar hasil identifikasi tersebut selanjutnya dilakukan
analisis sampai seberapa jauh risiko berpotensi menjadi semakin
membahayakan, meluas dan bersifat sistemik sehingga mampu melumpuhkan
perekonomian.</div>
<a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/gambar-ssk.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-276" height="469" src="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/gambar-ssk.jpg?w=516&h=469" title="Gambar Stabilitas Sistem Keuangan" width="516" /></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<strong>Dua Model Perekonomian </strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam menganalisa suatu perkenomian, dikenal dua model perekonomian, yaitu <strong>perekonomian tertutup</strong> dan <strong>perekonomian terbuka.</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Perekonomian tertutup</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Adalah model perekonomian yang pada
pelakunya, khususnya Produsen dan Konsumen, secara sederhana akan
melakukan kegiatan dalam penjualan dan pembelian di pasar yang saling
melengkapi untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingannya masing-masing.
Dalam transaksi pasar tersebut, mereka akan terikat dengan kontrak
dagang atau kesepakatan jual beli, dan kemudian ditetapkanlah harga jual
atau harga beli dari kegiatan tersebut. Untuk memfasilitasi kegiatan
produksi dan kegiatan konsumsi ini secara efektif maka sistem
perekonomian memerlukan Lembaga perbankan dan lembaga keuangan lainnya
seperti pasar modal, lembaga asuransi, lembaga penjamin, pegadaian atau
lembaga keuangan mikro yang terdapat di daerah pedesaan. Lembaga
Perbankan peranannya sangat vital untuk mengumpulkan dana-dana yang ada
di masyarakat, yang selanjutnya mereka akan melakukan pengalokasian dana
tersebut melalui pemberian fasilitas perkreditan atau jasa perbankan
lainnya. Hal ini dikatakan ekonomi pasar tertutup, karena didalamnya
belum termasuk peran luar negeri dalam sistem ekonomi tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Pada sistem ekonomi yang terbuka</strong>,</div>
<div style="text-align: justify;">
Terdapat kemungkinan dari produsen untuk
melakukan kegiatan ekspor barang dan produk dagangan dengan tujuan
pasar-pasar di negara lain atau sebaliknya melakukan kegiatan impor atas
bahan mentah dan bahan penolong serta mesin atau barang jadi dari luar
negara. Dalam model terbuka ini jasa perbankan dan lembaga keuangan
dapat juga berasal dari luar negeri dan kita dihadapkan pada sistem
perekonomian yang semakin menyatu (the borderless economy) yang disebut
dengan the global economy. <span style="text-decoration: underline;"><sup>6</sup></span>Dengan
memasukkan sektor luar negeri ke dalam model penghitungan pendapatan
nasional, berarti kita menamijahkan dua variabel dalam model
perekonomian tiga sektor, yaitu variabel ekspor (X) dan variabel impor
(M).</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan demikian untuk menghitung
pendapatan nasional keseimbangan pada perekonomian terbuka dilakukan
dengan jalan menyamakan antara sisi pendapatan dan sisi
pengeluaran.Dalam sistem perekonomian terbuka ini, pengeluaran untuk
impor dibedakan menjadi dua jenis, yaitu apakah impor itu tergantung
dari variabel lain, atau tidak (nilainya dianggap tetap).Untuk impor
yang nilainya tetap dapat dituliskan sebagai berikut :M = M<sub>0</sub>; di mana M<sub>0</sub> adalah besarnya impor, Sedangkan impor yang nilainya tergantung dari besar kecilnya pendapatan dirumuskan sebagai berikut: M= M<sub>0</sub> + mY, di mana Y adalah pendapatn dan m adalah <em>Marginal Propensity to Import</em>Menurut Tedi Heriayanto <span style="text-decoration: underline;"><sup>8</sup></span>,
tolok ukur yang baik untuk menilai kadar keterbukaan suatu perekonomian
adalah rasio ekspor dan impor terhadap total GNP. Jika rasio
ekspor-impor terhadap GNP melebihi 50% maka dikatakan perekonomian
lebih terbuka. Perdagangan internasional dapat terjadi karena beberapa
alasan, yaitu :</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Keanekaragaman kondisi produksi. Perdagangan diperlukan karena
adanya keanekaragaman kondisi produksi di setiap negara. Misalnya,
negara A karena beriklim tropis dapat berspesialisasi memproduksi
pisang, kopi; untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa dari negara
lain.</li>
<li>Penghematan biaya. Alasan kedua adalah timbulnya <em>increasing returns to scale </em>(penurunan
biaya pada skala produksi yang besar). Banyak proses produksi menikmati
skala ekonomis, artinya proses produksi tersebut cenderung memiliki
biaya produksi rata-rata yang lebih rendah ketika volume produksi
ditingkatkan. Cara apa yang lebih baik untuk meningkatkan produksi
selain menjualnya ke pasar global ?</li>
<li>Perbedaan selera. Sekalipun kondisi produksi di semua daerah serupa,
setiap negara mungkin akan melakukan perdagangan jika selera mereka
berbeda. Contohnya, negara A dan B menghasilkan daging sapi dan daging
ayam dalam jumlah yang hampir sama, tetapi karena masyarakat negara A
tidak menyukai daging sapi, sedang negara B tidak menyukai daging ayam,
dengan demikian ekspor yang saling menguntungkan dapat terjadi di antara
kedua negara tersebut, yaitu bila negara A mengimpor daging ayam dan
mengekspor daging sapi, sebaliknya negara B mengimpor daging sapi dan
mengekspor daging ayam.</li>
<li>Prinsip keunggulan komparatif (comparative advantage). Prinsip ini
mengatakan bahwa setiap negara akan berspesialisasi dalam produksi dan
mengekpor barang dan jasa yang biayanya relatif lebih rendah (artinya
lebih efisien dibanding negara lain); sebaliknya setiap negara akan
mengimpor barang dan jasa yang biaya produksinya relatif lebih tinggi
(artinya kurang efisien dibanding negara lain).</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Dengan adanya perekonomian terbuka dan
setiap negara berkonsentrasi pada bidang yang memiliki keunggulan
komparatif, maka kehidupan semua orang akan menjadi lebih baik. Pekerja
di setiap negara dapat memperoleh konsumsi dalam jumlah yang meningkat
untuk jumlah jam kerja yang sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong>Neraca Pembayaran Internasional</strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai permasalahan ekonomi dewasa ini
sebagian besar sangat terkait dengan permasalahan defisit neraca
pembayaran dan utang atau kredit luar negerinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Neraca pembayaran internasional
(international balance of payment) suatu negara merupakan laporan
keuangan negara yang bersangkutan atas semua transaksi ekonomi dengan
negara-negara lain yang disusun secara sistematis; neraca ini menghitung
dan mencatat semua arus barang, jasa, dan modal antara suatu negara
dengan negara lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Neraca pembayaran luar negeri suatu negara pada umumnya dibagi ke dalam empat bagian, yaitu:</div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Transaksi berjalan (current account). Termasuk ke dalamnya barang
dagangan (neraca perdagangan), pos-pos tak berwujud (jasa, dan
pendapatan dari investasi netto), dan ekpor atau impor serta bantuan
pemerintah.</li>
<li>Neraca modal (capital account). Termasuk ke dalamnya pembelanjaan
swasta dan pemerintah dan penjualan aset seperti saham, obligasi, dan
real estate).</li>
<li>Penyimpangan statistik.</li>
<li>Penyelesaian resmi (official settlements).</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
Total item yang termasuk bagian 1
biasanya disebut saldo transaksi berjalan. Hal ini memuat selisih antara
total ekspor dengan total impor barang dan jasa. Bila total ekspor
melebihi total impor barang dan jasa maka akan terjadi surplus transaksi
berjalan, sebaliknya akan terjadi defisit transaksi berjalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejarah menunjukkan bahwa setiap negara
cenderung untuk memiliki beberapa tahapan dalam neraca pembayaran
mereka, mulai dari negara debitur muda hingga negara kreditur madya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="text-decoration: underline;">Negara debitur muda</span> </strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam tahapan ini suatu negara lebih
banyak mengimpor daripada mengekspor, selisih di antara keduanya ditutup
melalui pinjaman luar negeri, sehingga memungkinkan negara tersebut
menumpuk modal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="text-decoration: underline;">Negara debitur madya</span> </strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam tahapan ini neraca perdagangan
suatu negara telah surplus, akan tetapi pertumbuhan dividen dan bunga
yang harus dibayarkan untuk pinjaman luar negeri, menjadikan saldo
neraca modalnya kurang seimbang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<strong><span style="text-decoration: underline;">Negara kreditur muda</span> </strong></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam masa ini suatu negara mengembangkan ekspornya secara luar biasa. Negara meminjamkan uang kepada negara-negara lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="text-decoration: underline;">Negara kreditur madya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada tahapan ini, pendapatan modal dan
investasi luar negeri memberikan surplus cukup besar terhadap pos tak
tampak, yang kemudian diseimbangkan dengan defisit neraca perdagangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nilai ekspor dan impor yang terlihat
dalam saldo transaksi berjalan, dipengaruhi oleh kurs mata uang yang
digunakan. Selain itu kekuatan nilai tukar (kurs) akan mempengaruhi
nilai ekspor atau impor dari suatu negara terhadap negara lainnya.</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02520791132089886231noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6422908989246857423.post-3718413484686768582013-02-25T06:06:00.004-08:002013-02-25T06:20:38.604-08:00 Ekonomi Mikro<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">ILMU EKONOMI MIKRO</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Ilmu
ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari
ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta
penentuan hargaharga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa
yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai
keputusan dan perilaku tersebut mempengaruhi penawaran dan permintaan
atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga,
pada gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa
selanjutnya. Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi
secara optimal, bersama-sama individu lainnya di pasar, akan membentuk
suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal lain
tetap sama (ceteris paribus). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Kebalikan
dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas ekonomi
secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi,
pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan, serta
dampak atas beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat
pajak) terhadap hal-hal tersebut. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Tinjauan umum </span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Salah
satu tujuan ekonomi mikro adalah menganalisa pasar beserta mekanismenya
yang membentuk harga relatif kepada produk dan jasa, dan alokasi dari
sumber terbatas diantara banyak penggunaan alternatif. Ekonomi mikro
menganalisa kegagalan pasar,yaitu ketika pasar gagal dalam memproduksi
hasil yang efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi teoritis yang
dibutuhkan bagi suatu pasar persaingan sempurna. Bidangbidang penelitian
yang penting dalam ekonomi mikro, meliputi pembahasan mengenai
keseimbangan umum (general equilibrium), keadaan pasar dalam informasi
asimetris, pilihan dalam situasi ketidakpastian, serta berbagai aplikasi
ekonomi dari teori permainan. Juga mendapat perhatian ialah pembahasan
mengenai elastisitas produk dalam sistem pasar. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Asumsi dan definisi </span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Teori
penawaran dan permintaan biasanya mengasumsikan bahwa pasar merupakan
pasar persaingan sempurna. Implikasinya ialah terdapat banyak pembeli
dan penjual di dalam pasar, dan tidak satupun diantara mereka memiliki
kapasitas untuk mempengaruhi harga barang dan jasa secara signifikan.
Dalam berbagai transaksi di kehidupan nyata, asumsi ini ternyata gagal,
karena beberapa individu (baik pembeli maupun penjual) memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi harga. Seringkali, dibutuhkan analisa yang
lebih mendalam untuk memahami persamaan penawaran-permintaan terhadap
suatu barang. Bagaimanapun, teori ini bekerja dengan baik dalam situasi
yang sederhana. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Ekonomi
arus utama (mainstream economics) tidak berasumsi apriori bahwa pasar
lebih disukai daripada bentuk organisasi sosial lainnya. Bahkan, banyak
analisa telah dilakukan untuk membahas beragam kasus yang disebut
“kegagalan pasar”, yang mengarah pada alokasi sumber daya yang
suboptimal, bila ditinjau dari sudut pandang tertentu (contoh
sederhananya ialah jalan tol, yang menguntungkan semua orang untuk
digunakan tetapi tidak langsung menguntungkan mereka untuk
membiayainya). Dalam kasus ini, ekonomi akan berusaha untuk mencari
kebijakan yang akan menghindari kesia-siaan langsung di bawah kendali
pemerintah, secara tidak langsung oleh regulasi yang membuat pengguna
pasar untuk bertindak sesuai norma konsisten dengan kesejahteraan
optimal, atau dengan membuat “pasar yang hilang” untuk memungkinkan
perdagangan efisien dimana tidak ada yang pernah terjadi sebelumnya. Hal
ini dipelajari di bidang tindakan kolektif. Harus dicatat juga bahwa
“kesejahteraan optimal” biasanya memakai norma Pareto, dimana dalam
aplikasi matematisnya efisiensi Kaldor-Hicks, tidak konsisten dnegan
norma utilitarian dalam sisi normatif dari ekonomi yang mempelajari
tindakan kolektif, disebut pilihan masyarakat/publik. Kegagalan pasar
dalam ekonomi positif (ekonomi mikro) dibatasi dalam implikasi tanpa
mencampurkan kepercayaan para ekonom dan teorinya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Permintaan
untuk berbagai komoditas oleh perorangan biasanya disebut sebagai hasil
dari proses maksimalisasi kepuasan. Penafsiran dari hubungan antara
harga dan kuantitas yang diminta dari barang yang diberi, memberi semua
barang dan jasa yang lain, pilihan pengaturan seperti inilah yang akan
memberikan kebahagiaan tertinggi bagi para konsumen. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Model operasi </span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Diasumsikan
bahwa semua perusahaan mengikuti pembuatan keputusan rasional, dan akan
memproduksi pada keluaran maksimalisasi keuntungan. Dalam asumsi ini,
ada empat kategori dimana keuntungan perusahaan akan dipertimbangkan: </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">•
Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan ekonomi ketika
average total cost lebih rendah dari setiap produk tambahan pada
keluaran maksimalisasi keuntungan. Keuntungan ekonomi adalah setara
dengan kuantitas keluaran dikali dengan perbedaan antara average total
cost dan harga. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">•
Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan normal ketika
keuntungan ekonominya sama dengan nol. Keadaan ini terjadi ketika
average total cost setara dengan harga pada keluaran maksimalisasi
keuntungan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">•
Jika harga adalah di antara average total cost dan average variable
cost pada keluaran maksimalisasi keuntungan, maka perusahaan tersebut
dalam kondisi kerugian minimal. </span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Perusahaan
ini harusnya masih meneruskan produksi, karena kerugiannya akan makin
membesar jika berhenti produksi. Dengan produksi terus menerus,
perusahaan bisa menaikkan biaya variabel dan akhirnya biaya tetap,
tetapi dengan menghentikan semuanya akan mengakibatkan kehilangan semua
biaya tetapnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">•
Jika harga dibawah average variable cost pada maksimalisasi keuntungan,
perusahaan harus melakukan penghentian. Kerugian diminimalisir dengan
tidak memproduksi sama sekali, karena produksi tidak akan menghasilkan
keuntungan yang cukup signifikan untuk membiayai semua biaya tetap dan
bagian dari biaya variabel. Dengan tidak berproduksi, kerugian
perusahaan hanya pada biaya tetap. Dengan kehilangan biaya tetapnya,
perusahaan menemui tantangan. Akan keluar dari pasar seutuhnya atau
tetap bersaing dengan resiko kerugian menyeluruh. Kegagalan pasar Dalam
ekonomi mikro, istilah “kegagalan pasar” tidak berarti bahwa sebuah
pasar tidak lagi berfungsi. Malahan, sebuah kegagalan pasar adalah
situasi dimana sebuah pasar efisien dalam mengatur produksi atau alokasi
barang dan jasa ke konsumen. Ekonom normalnya memakai istilah ini pada
situasi dimana inefisiensi sudah dramatis, atau ketika disugestikan
bahwa institusi non pasar akan memberi hasil yang diinginkan. Di sisi
lain, pada konteks politik, pemegang modal atau saham menggunakan
istilah kegagalan pasar untuk situasi saat pasar dipaksa untuk tidak
melayani “kepentingan publik”, sebuah pernyataan subyektif yang biasanya
dibuat dari landasan moral atau sosial. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Empat jenis utama penyebab kegagalan pasar adalah : </span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">•
Monopoli atau dalam kasus lain dari penyalahgunaan dari kekuasaan pasar
dimana “sebuah” pembeli atau penjual bisa memberi pengaruh signifikan
pada harga atau keluaran. Penyalahgunaan kekuasaan pasar bisa dikurangi
dengan menggunakan undang-undang anti trust. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">•
Eksternalitas, dimana terjadi dalam kasus dimana “pasar tidak dibawa
kedalam akun dari akibat aktifitas ekonomi didalam orang luar/asing.”
Ada eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas
positif terjadi dalam kasus seperti dimana program kesehatan keluarga di
televisi meningkatkan kesehatan publik. Eksternalitas negatif terjadi
ketika proses dalam perusahaan menimbulkan polusi udara atau saluran
air. Eksternalitas negatif bisa dikurangi dengan regulasi dari
pemerintah, pajak, atau subsidi, atau dengan menggunakan hak properti
untuk memaksa perusahaan atau perorangan untuk menerima akibat dari
usaha ekonomi mereka pada taraf yang seharusnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">•
Barang publik seperti pertahanan nasional dan kegiatan dalam kesehatan
publik seperti pembasmian sarang nyamuk. Contohnya, jika membasmi sarang
nyamuk diserahkan pada pasar pribadi, maka jauh lebih sedikit sarang
yang mungkin akan dibasmi. Untuk menyediakan penawaran yang baik dari
barang publik, negara biasanya menggunakan pajak-pajak yang mengharuskan
semua penduduk untuk membayar pda barang publik tersebut (berkaitan
dengan pengetahuan kurang dari eksternalitas positif pada pihak
ketiga/kesejahteraan sosial). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 9pt; text-align: justify; text-indent: -9pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">•
Kasus dimana terdapat informasi asimetris atau ketidak pastian
(informasi yang inefisien). Informasi asimetris terjadi ketika salah
satu pihak dari transaksi memiliki informasi yang lebih banyak dan baik
dari pihak yang lain. Biasanya para penjua yang lebih tahu tentang
produk tersebut daripada sang pembeli, tapi ini tidak selalu terjadi
dalam kasus ini. Contohnya, para pelaku bisnis mobil bekas mungkin
mengetahui dimana mbil tersebut telah digunakan sebagai mobil pengantar
atau taksi, informasi yang tidak tersedia bagi pembeli. Contoh dimana
pembeli memiliki informasi lebih baik dari penjual merupaka penjualan
rumah atau vila, yang mensyaratkan kesaksian penghuni sebelumnya.
Seorang broker real estate membeli rumah ini mungkin memiliki informasi
lebih tentang rumah tersebut dibandingkan anggota keluarga yang
ditinggalkan. Situasi ini dijelaskan pertamakali oleh Kenneth J. Arrow
di artikel seminartentang kesehatan tahun 1963 berjudul “ketidakpastian
dan Kesejahteraan Ekonomi dari Kepedulian Kesehatan,” di dalam American
Economic Review. George Akerlof kemudian menggunakan istilah informasi
asimetris pada karyanya ditahun 1970 The Market for Lemons. Akerlof
menyadari bahwa , dalam pasar seperti itu, nilai rata-rata dari
komoditas cenderung menurun, bahkan untuk kualitas yang sangat
sempurnakebaikannya, karena para pembelinya tidak memiliki cara untuk
mengetahui apakah produk yang mereka beli akan menjadi sebuah “lemon”
(produk yang menyesatkan). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Biaya peluang </span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Walaupun
biaya peluang (opportunity cost) terkadang sulit untuk dihitung, efek
dari biaya peluang sangatlah universal dan nyata pada tingkat
perorangan. Bahkan, prinsip ini dapat diaplikasikan kepada semua
keputusan, dan bukan hanya bidang ekonomi. Sejak kemunculannya dalam
karya seorang ekonom Jerman bernama Freidrich von Wieser, sekarang biaya
peluang dilihat sebagai dasar dari teori nilai marjinal. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Biaya
peluang merupakan salah satu cara untuk melakukan perhitungan dari
sesuatu biaya. Bukan saja untuk mengenali dan menambahkan biaya ke
proyek, tetapi juga mengenali cara alternatif lainnya untuk menghabiskan
suatu jumlah uang yang sama. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Keuntungan
yang akan hilang sebagai akibat dari alternatif terbaik lainnya; adalah
merupakan biaya peluang dari pilihan pertama. Sebuah contoh umum adalah
seorang petani yang memilih mengolah pertaniannya dibandingkan dengan
menyewakannya ke tetangga. Maka, biaya peluangnya adalah keuntungan yang
hilang dari menyewakan lahan tersebut. Dalam kasus ini, sang petani
mungkin mengharapkan untuk mendapatkan </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">keuntungan
yang lebih besar dari pekerjaan yang dilakukannya sendiri. Begitu juga
dengan memasuki universitas dan mengabaikan upah yang akan diterima jika
memilih menjadi pekerja, yang dibanding dengan biaya pendidikan, buku,
dan barang lain yang diperlukan (sebagai biaya total dari kehadirannya
di universitas). Contoh lainnya ialah biaya peluang dari melancong ke
Bahamas, yang mungkin merupakan uang untuk pembayaran cicilan rumah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Perlu
diingat bahwa biaya peluang bukanlah jumlah dari alternatif yang ada,
melainkan lebih kepada keuntungan dari suatu pilihan alternatif yang
terbaik. Biaya peluang yang mungkin dari keputusan sebuah kota membangun
rumah sakit di lahan kosong, merupakan kerugian dari lahan untuk
gelanggang olahraga, atau ketidakmampuan untuk menggunakan lahan menjadi
sebuah tempat parkir, atau uang yang bisa didapat dari menjual lahan
tersebut, atau kerugian dari penggunaan-pengguaan lainnya yang beragam –
tapi bukan merupakan agregat dari semuanya (ditotalkan). Biaya peluang
yang sebenarnya, merupakan keuntungan yang akan hilang dalam jumlah
terbesar diantara alternatif-alternatif yang telah disebutkan tadi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Satu
pertanyaan yang muncul dari ini ialah bagaimana menghitung keuntungan
dari alternatif yang tidak sama. Kita harus menentukan sebuah nilai uang
yang dihubungkan dengan tiap alternatif untuk memfasilitasi
pembandingan dan penghitungan biaya peluang, yang hasilnya lebih-kurang
akan menyulitkan untuk dihitung, tergantung dari benda yang akan kita
bandingkan. Contohnya, untuk keputusan-keputusan yang melibatkan dampak
lingkungan, nilai uangnya sangat sulit untuk dihitung karena
ketidakpastian ilmiah. Menilai kehidupan seorang manusia atau dampak
ekonomi dari tumpahnya minyak di Alaska, akan melibatkan banyak pilihan
subyektif dengan implikasi etisnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Penerapan ekonomi mikro </span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Ekonomi
mikro yang diterapkan termasuk area besar belajar, banyak diantaranya
menggambarkan metode dari yang lainnya. Regulasi dan organisasi industri
mempelajari topik seperti masuk dan keluar dari firma, inovasi, aturan
merek dagang.Hukum dan Ekonomi menerapkan prinsip ekonomi mikro ke
pemilihan dan penguatan dari berkompetisi dengan rezim legal dan
efisiensi relatifnya. Ekonomi Perburuhan mempelajari upah, kepegawaian,
dan dinamika pasar buruh. Finansial publik (juga dikenal dengan ekonomi
publik) mempelajari rancangan dari pajak pemerintah dan kebijakan
pengeluaran dan efek ekonomi dari kebijakan-kebijakan tersebut
(contohnya, program asuransi sosial). Ekonomi kesehatan mempelajari
organisasi dari sistem kesehatan, termasuk peran dari pegawai kesehatan
dan program asuransi kesehatan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Politik
ekonomi mempelajari peran dari institusi politik dalam menentukan
keluarnya sebuah kebijakan. Ekonomi kependudukan, yang mempelajari
tantangan yang dihadapi oleh kota-kota, seperti gepeng, polusi air dan
udara, kemacetan lalu-lintas, dan kemiskinan, digambarkan dalam geografi
kependudukan dan sosiologi. Finansial Ekonomi mempelajari topik seperti
struktur dari portofolio yang optimal, rasio dari pengembalian ke
modal, analisa ekonometri dari keamanan pengembalian, dan kebiasaan </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">finansial
korporat. Bidang Sejarah ekonomi mempelajari evolusi dari ekonomi dan
institusi ekonomi, menggunakan metode dan teknik dari bidang ekonomi,
sejarah, geografi, sosiologi, psikologi dan ilmu politik. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0; text-align: justify;">
<strong><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: .25pt;">Mekanisme harga dan Sistem Pasar</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0; text-align: justify; text-indent: 25.9pt;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: .25pt;">Semua anggota Masyarakat terlibat dalam dua sektor yaitu : </span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0; text-align: justify; text-indent: 25.9pt;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: .25pt;">1. Sektor proses produksi </span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0; text-align: justify; text-indent: 25.9pt;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: .25pt;">2. </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.2pt;">Sektor rumah tangga. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0; text-align: justify; text-indent: 25.9pt;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.1pt;">Transaksi antara kedua sektor tersebut terjadi di dua pasar : </span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0; text-align: justify; text-indent: 25.9pt;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.1pt;">1. Pa</span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.2pt;">sar hasil produksi (atau <em>pasar output</em>) </span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0; margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.15pt;">Di pasar output produsen bertemu konsumen dan harga </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.2pt;">dari berbagai macam barang ditentukan. Gerak harga-harga output ini </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: .05pt;">memecahkan masalah <strong>WHAT</strong>.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0; text-align: justify; text-indent: 25.9pt;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.2pt;">2. Pasar </span><span style="color: #212121; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.2pt;">faktor </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.2pt;">produksi (atau </span><em><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.15pt;">pasar input</span></em><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.15pt;">). </span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0; margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: .05pt;">Di pasar input, sektor produksi </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.3pt;">berperan sebagai “konsumen” faktor produksi </span><span style="color: #212121; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.3pt;">dan </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.3pt;">sektor rumah tangga </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.15pt;">sebagai “penjual” faktor produksi (karena </span><span style="color: #212121; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.15pt;">semua </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.15pt;">penduduk tinggal di </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt;">sektor rumah tangga, maka semua pemilik </span><span style="color: #212121; font-family: Arial; font-size: 11pt;">faktor </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt;">produksi ada di <span style="letter-spacing: -.1pt;">sana</span><span style="letter-spacing: -.1pt;">). Harga berbagai faktor produksi ditentukan </span></span><span style="color: #212121; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.1pt;">di </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.1pt;">pasar ini. Gerak </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.15pt;">harga faktor produksi mempunyai dua fungsi</span><span style="color: #212121; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.15pt;">:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -23.05pt;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.15pt;">a. Memberi petunjuk kepada produsen bagaimana mengkombina</span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: .2pt;">sikan faktor-faktor produksiagar biaya produksiserendah </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.25pt;">mungkin (masalah <strong>HOW).</strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0; margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -23.05pt;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.35pt;">b.</span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt;"><span style="letter-spacing: .05pt;">Menunjukkan beberapa imbalan (per unit faktor produksi) yang diberikan kepada para pemilik faktor produksi <strong>(masalah FOR </strong></span><strong><span style="letter-spacing: -.5pt;">WHOM).</span></strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27.85pt;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.1pt;">Perlu diperhatikan serta diingat di sini , adalah :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.6pt; text-align: justify; text-indent: -16.6pt;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.25pt;">1.</span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.1pt;">Bahwa mekanisme harga bisa memecahkan semua itu secara <em>otomatis. </em>Tidak ada </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.15pt;">perencanaan lebih dulu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.6pt; text-align: justify; text-indent: -16.6pt;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.25pt;">2.</span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.15pt;">Masing-masing warga masyarakat bertindak sendiri-sendiri, tetapi hasil akhir dari semua tindakan-tindakan yang tidak </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt;">terkoordinir itu akan membuat semrawutnya harga di pasaran.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pemecahan tiga masa<span style="letter-spacing: -.1pt;">lah ekonomi pokok dari masyarakat adalah adanya</span><span style="letter-spacing: -.25pt;"> mekanisme pasar. Karena :</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.25pt;">1.</span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.25pt;">mekanisme ini </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: .05pt;">bisa memecahkan ketiga masalah ekonomi pokok yang dihadapi </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.25pt;">masyarakat dengan <em>biaya yang sangat murah. </em></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.25pt;">2.</span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.25pt;">Tidak perlu masyarakat </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: .05pt;">menggaji birokrat-birokrat untuk menghitung dan merencanakan </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.15pt;">berapa masing-masing barang yang harus diproduksikan, bagaimana </span><span style="color: black; font-family: Arial; font-size: 11pt; letter-spacing: -.25pt;">dan untuk siapa. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pada
masyarakat industri modern, proses produksi selalu dilakukan dengan
menggunakan alat-alat, mesin dan barang-barang modal. Akibat tersebut
menimbulkan :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">1.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Penggunaan Barang-barang modal dalam proses produksi menaikkan produktivitas. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">2.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Semakin banyak barang-barang modal yang digunakan maka akan semakin tinggi produktivitas masyarakat tersebut. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">3.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Barang-barang
modal dalam masyarakat akan semakin banyak bila masyarakat tersebut
tidak memakai habis (atau tidak mengkonsumsi seluruh) barang-barang
hasil produksi yang dihasilkan tiap tahun. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">4.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Setiapaktivitas Produksi setiap tahunnya harus diarahkan pada produksi barang-barang modal; </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">5.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Barang-barang
ini disisihkan untuk ditambahkan pada stok barang-barang modal yang
telah ada di dalam masyarakan atau di investasikan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Mekanisme
harga juga mampu memecahkan masalah penentuan berapa bagian dari hasil
produksi total yang dikonsumsikan. Masalah ini dipecahkan melalui
gerakan harga faktor produksi modal (kapital), yaitu tingkat bunga. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">1.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Bila tingkat bunga naik maka warga masyarakat akan bersediamenyisihkan lebih banyak dari penghasilannya untuk dipinjamkan <em>(Ditabung di bank)</em> kepada produsen-produksen <em>( Kredit ke bank)</em>
untuk memperluas pabrik-pabriknya, yaitu dengan penambahan
barang-barang modal investasinya, karena mendapat imbalan berupa bunga
yang lebih tinggi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">2.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Sebaliknya
bila tingkat bunga menurun maka warga masyarakat akan membelanjakan
penghasilannya sebagai barang produktif, diperjual belikan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -30pt;">
<span style="font-family: Wingdings; font-size: 11pt;">Ø</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Keberadaan tingkat bunga akan menentukan berapa besar konsumsi dan seberapa besarnya investasi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -30pt;">
<span style="font-family: Wingdings; font-size: 11pt;">Ø</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">karena besarnya investasimenentukan besarnya kenaikan produktivitas. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -30pt;">
<span style="font-family: Wingdings; font-size: 11pt;">Ø</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Kenaikan
produktivitas; menentukan besarnya kenaikan prosuksi ini berarti
meningkatkan produksi masyarakat yang menimbulkan kenaikan penghasilan
masyarakat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -30pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">#Maka
tingkat bunga menentukan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sehingga bisa
dikatakan bahwa mekanisme harga memecahkan masalah ekonomi pokok yang
keempat yaitu seberapa cepat perekonomian akan tumbuh atau masalah <strong>HOW FAST</strong></span></div>
<div class="MsoNormal">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">PERENCANAAN DAN MEKANISME HARGA </span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Mekanisme
harga dikatakan mampu memecahkan semua permasalahan ekonomi. Namun
untuk masalah-masalah ekonomi penting tertentu, Mekanisme harga tidak
bisa memecahkan permasalahan dengan baik. Masalah-masalah Ekonomi lainya
di mana mekanisme harga tidak memecahkan masalah ekonomi dengan baik
yaitu :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">a.Distribusi pendapatan.</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Mekanisme harga tidak selalu bisa menjamin dipecahkannya masalah FOR WHOM secara “adil”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">b.Ketidaksempurnaan pasar</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Apabila
terdapat perbedaan yang menyolok dalam hal kekuatan ekonomi antara
pihak-pihak yang bertransaksi di pasar, maka harga yang terbentuk tidak
mencerminkan prioritas masyarakat secara wajar, sehingga masalah WHAT
dan HOW tidak bisa dipecahkan dengan baik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">c.Barang-barang kolektif</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Ada</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">
barang-barang yang hanya bisa disediakan secara kolektif oleh
masyarakat (misalnya : keamanan, ketertiban hukum, beberapa macam
infrastruktur dan sebagainya). Harga pasar bagi barang-barang semacam
ini tidak ada, atau kalaupun ada tidak mencerminkan kebutuhan masyarakat
yang sebenarnya. Lagi, masalah WHAT untuk barang-barang ini tidak bisa
dipecahkan dengan baik oleh mekanisme harga.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">d.Eksternalitas</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Mekanisme
pasar tidak bisa memperhitungkan pengaruh-pengaruh tidak langsung dari
kegiatan ekonomi ( misalnya, pengaruh suatu pabrik terhadap lingkungan
).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">e.</span></strong><strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pengelolaan perekonomian secara makro</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Dalam
perekonomian Makro Mekanisme pasar tidak bisa diandalkan untuk
menstabilkan gejolak naik turunnya kegiatan ekonomi nasional secara
total. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pada
kelima bidang masalah ekonomi ini, mekanisme harga tidak bisa
diharapkan menyelesaikan permasalahan ekonomi secara otomatis dengan
baik, Di sini perlu tindakan-tindakan yang dirumuskan dan dijalankan
secara sadar oleh masyarakat (Negara). Tindakan-tindakan ini disebut
perencanaan dalam arti luas. Di luar bidang-bidang ini mekanisme masih
efektif.. Dalam kenyataan mekanisme harga dan perencanaan digunakan
bersama-sama, karena keduanya saling melengkapi. tentunya Dengan “porsi”
yang berbeda-beda bagi masing-masing negara dan bagi waktu yang
berbeda).</span></div>
<div class="MsoNormal">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">PERMINTAAN PASAR<em>dan </em>PERILAKU KONSUMEN </span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Sector rumah tangga sebagai konsumen di pasar output. Akan berakibat :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">1.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Perilaku konsumen dalam memutuskan berapa jumlah masing-masing barang yang akan dibeli dalam berbagai situasi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">2.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Konsumen-konsumen secara bersama-sama menimbulkan permintaan di pasar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">PENDEKATAN – PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Hukum
Permintaan, yang mengatakan bahwa “bilasesuatu barang naik maka ceteris
paribus jumlah yang diminta konsumen akan barang tersebut turun”. Dan
sebaliknya bila harga barang tersebut turun. <strong>Ceteris paribus berarti bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah.</strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pendekatanyang dinyatakan oleh Hukum Permintaan :</span></div>
<ol style="margin-top: 0;">
<li class="MsoNormal"><strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pendekatan marginal utility</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">,yang
bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan(atau utility) setiap
konsumen bisa diukurdengan uang atau dengan satuan lain (utility yang
ber-sifat “cardinal”) seperti kita mengukur volume air, panjang jalan
atau berat dari sekarung beras.</span></li>
<li class="MsoNormal"><strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pendekatan indifference curve,</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">
yang tidak memerlukan adanya anggapan bahwa kepuasan konsumen bisa
diukur; anggapan yang diperlukan adalah bahwa tingkat kepuasan konsumen
bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tanpa me-ngatakan berapa
lebih tinggi atau lebih rendah. </span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">PENDEKATAN MARGINAL UTILITY</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Perilaku konsumen bisa diterangkan dengan menggunakan pendekatan marginal utility sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">(a)</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Utility bisa diukur dengan uang, dan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">(b)</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Hukum
Gossen (law of diminishing marginal utility) berlaku, yaitu bahwa
semakin banyak sesuatu barang dikonsumsikan, maka tambahan kepuasan
(marginal utility) yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang
dikonsumsikan akan menurun, dan </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">(c)</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 30pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Perhatikan perbedaan antara kepuasan total (total utility) dan kepuasan marjinal (marginal utility).</span></div>
<pre><a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/01.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-92" height="356" src="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/01.jpg?w=456&h=356" width="456" /></a></pre>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pada Gambar1 marginal utility diatas :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">1.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Dari
konsumsi suatu barang X , Semakin banyak barang X yang dikonsumsikan,
semakin kecil marginal utility yang diperoleh dari barang X yang
terakhir dikonsumsikan [anggapan (b) di atas].</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">2.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Bila
harga barang X adalah OPx, maka pada tingkat konsumsi yang lebihrendah
dari 0X 3, tingkat kepuasan total (total utility) konsumen belum
mencapai maksimum. Misalnya pada tingkat konsumsi OX1, maka setiap
tambahan pembelian 1 (satu) unit X akan memberikan tambahan kepuasan
(yang dinilai dengan uang) sebesar X1 B sedangkan pengorbanan (berupa
pembayaran harga) untuk 1 unit tersebut adalah hanya X1 A ( = OPx).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jadi
ada tambahan kepuasan netto sebesar AB bila konsumen membeli lebih
banyak X. Oleh sebab itu masih menguntungkan baginya apabila ia menambah
pembelian barang X.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">3.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Sebaliknya,
pada tingkat konsumsi lebih besar dari OX 3 maka kepuasan total
konsumen juga tidak maksimum. Misalnya pada imgkat konsumsi OX2, maka
tambahan kepuasan yang diperoleh dari pembelian 1 (satu) unit terakhir
dari barang X hanya sebesar X2E, sedangkan pengorbanan konsumen adalah
sebesar X2D (= OPx); jadi</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 48pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">4.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Akan
menambah kepuasan total konsumen bila ia mengurangi tingkat konsumsi
(pembeliannya). Konsumen akan mencapai kepuasan total yangmaksimum pada
tingkat konsumsi (pembelian) di mana pengorbanan untuk pembelian unit
terakhir dari barang tersebut (yang tidak lain adalah harga unit
terakhir tersebut) adalah sama dengan kepuasan tambahan yang didapatkan
dari unit terakhir tersebut. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Kepuasan total maksimum tercapai bila :</span></div>
<pre><a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/02.jpg"><img alt="" class="alignleft size-medium wp-image-93" height="57" src="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/02.jpg?w=289&h=57" width="289" /></a></pre>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Penjelasannya :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">1.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Bila
seandainya harga barang X naik dari OPx menjadi OPx, maka untuk
mencapai posisi kepuasan total yang maksimum (atau sering disebut posisi
equilibrium konsumen), konsumen akan me-milih tingkat konsumsi
(pembelian) sebesar OX4 (yang lebih kecil dari OX3). Jadi perilaku
konsumen yang dinyatakan oleh Hukum Permintaan terbukti.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">2.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Perhatikan
bahwa dengan pendekatan marginal utility ini, kurva Marginal Utility
(yang diukur dengan uang) tidak lain adalah kurva permintaan konsumen,
karena menunjukkan tingkat pembeliannya (atau jumlah yang ia minta) pada
berbagai tingkat harga.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Untuk kasus di mana konsumen menghadapi beberapa macam barang yang dibeli, maka posisi equilibrium konsumen adalah :</span></div>
<pre><a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/03.jpg"><img alt="" class="alignnone size-medium wp-image-94" height="67" src="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/03.jpg?w=325&h=67" width="325" /></a></pre>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">1.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Syarat
ini bisa dicapai dengan anggapan bahwa konsumen mempunyai uang (atau
penghasilan atau “budget” yang cukup untuk dibelanjakan untuk setiap
barang sampai marginal utility setiap barang sama dengan harga
masing-masing barang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">2.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Bila
kita menganggap suatu kasus yang lebih realistis di mana konsumen hanya
mempunyai sejumlah uang yang tertentu yang tidak cukup untuk membeli
barang-barang sampai pada tingkat MU = P untuk setiap barang, maka bisa
dibuktikan bahwa dengan uang yang ter-batas tersebut ia bisa mencapai
kepuasan total yang paling tinggi bila ia mengalokasikan pembelanjaannya
sehingga dipenuhi persyaratan tersebut :</span><a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/04.jpg"><br />
</a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/041.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-105" height="55" src="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/041.jpg?w=300&h=55" width="300" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Syarat ini disebut equilibrium konsumen dengan constraint. (Yaitu dengan pembatasan jumlah uang yang dipunyai).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Dalam
kasus banyak barang ini pun kita bisa menunjukkan bahwa Hukum
Permintaan berlaku bagi masing-masing barang (X, Y,Z dan seterusnya).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">PENDEKATAN INDIFFERENCE CURVE</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Perilaku konsumen bisa pula diterangkan dengan pendekatan Indifference curve sebagai berikut:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">(a)</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">konsumen
mempunyai pola preferensi akan baarang-barang konsumsi (misalnya X dan
Y) yang bisa dinyatakan dalam bentuk indifference map atau kumpulan dari
indifference curve, </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">(b)</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu dan </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">(c)</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">konsumen lelaluberusaha mencapaikepuasan maksimum.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Definisi: Indifference curve</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;"> adalah konsumsi (atau pembelian) barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasanyang sama. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Asumsi: Indifference curve : </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;">
<span style="font-size: 11pt;">a.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">turun dari kiri atas ke kanan bawah,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;">
<span style="font-size: 11pt;">b.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">cembung ke arah origin, </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;">
<span style="font-size: 11pt;">c.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">tidak saling memotong, </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;">
<span style="font-size: 11pt;">d.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">yang
terletak di sebelah kanan atas menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih
tinggi ( tanpa perlu menunjukkan berapa lebih tinggi, yaitu asumsi
ordinal ulility)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: center;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Gambar </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: center;">
<a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/05.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-96" height="327" src="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/05.jpg?w=327&h=327" width="327" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;"> Perliatikan Gambar .2. di atas. Dengan sejumlah uang ter-tentu (M) konsumen bisa membelikannya semua untuk barang X</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">memperoleh
sebanyak :M/Px ataumembelikannyasemua untuk barang Y dan memperoleh
M/Pyatau membelanjakan jumlah uang M tersebut untuk berbagai kemungkinan
kombinasi X dan Y seperti yang ditunjukkan oleh garis lurus yang
menghubungkan M/Pxdan M/Py</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Garis
ini disebut garis budget atau budget line. Tingkat kepuasan yang
maksimum dicapai bila konsumen membelanjakan M untuk membeli sebanyak OY
1 barang Y dan OX 1 barang X, yaitu pada posisi persinggungan antara
budget line dengan indifference curve.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">(Posisi
ini menunjukkan posisi kepuasan yang maksimum atau posisi equilibrium
konsumen dengan constraint (M) karena I 1 adalah Indifference curve yang
tertinggi yang bisa dicapai oleh budget line tersebut; posisi selain A
hanya bisa mencapai indifference curve yang lebih rendah dari I 1).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">bila
harga X turun dari Px menjadi P’x dan harga Y tetap. Maka budget line
akan berayun ke kanan menjadi garisM/Py <-> M/PxPosisi equilibrium
yang baru adalah pada C.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jadi dengan adanya penurunan harga barang X, maka jumlah barang X yniig diminta naik dari OX 1 menjadi OX 3. Perilaku konsumen</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Menurut Hukum Permintaan terbukti.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Keunggulan pendekatan Indifference Curve dibanding dengan pendekatan Marginal Utility, adalah : </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">(a) tidak perlunya menganggap Bahwa utility konsumen bersifat cardinal,</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">(b)
efek perubahan harga terhadap jumlah yang diminta bisa dipecah lebih
lanjut menjadi dua, yaitu efek substitusi atau substitution effect dan
efek pendapatan atau income effect. Dari gambar di atas, efek total dari
penurunan harga :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Symbol; font-size: 11pt;">·</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">barang X dari Px menjadi P’x dapat dipecah menjadi X1 X2 = substitution effect dan X2 X3 = income effect. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Symbol; font-size: 11pt;">·</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Substitution
effect didalam contoh ini adalah kenaikan konsumsi X karena adanya
substitusi Y dengan X, karena sekarang harga X relatif menjadi lebih
rendah dibanding harga Y. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Symbol; font-size: 11pt;">·</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Income
effect adalah kenaikan X, yang (disebabkan oleh kenaikan income riil
karena turunnya harga X; yaitu nilai M secara riil naik karena Px turun.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Contoh
: Apabila dengan gajiDoni Rp 100.000,00, maka doni sekarang bisa
membeli 500 kg beras sedang sebelumnya hanya 400 kg beras, karena harga
beras turun dari Rp 500,00 menjadi Rp 400,00 per kg, maka daya beli Doni
meningkat, atau income riil Doni meningkat, meskipun M Doni tetap Rp
100.000,00).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Keunggulan
lain dari pendekatan indifference curve adalah bisa ditunjukkannya
beberapa faktor lain yang sangat penting yang mempengaruhi permintaan
konsumen akan sesuatu barang. Faktor-faktor ini (yang di dalam Hukum
Permintaan dianggap tidak berubah, atau ceteris paribus) adalah :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">a.Penghasilan
atau income riilkonsumen. Kenaikan income riil konsumen, yang
dicerminkan oleh kenaikan M bila harga-harga barang dianggap tetap,
biasanya menaikkan permintaan konsumen. Keadaan seperti ini berlaku bagi
barang-barang pada umumnya, atau barang “normal”. Pengecualian terjadi
untuk barang-barang “inferior”, di mana kenaikan income riil menurunkan
permintaan akan barang tersebut (income effect negatif). Contoh barang
inferior adalah gaplek dari rumah tangga-rumah tangga di kota-kota.
Barang inferior tidak banyak jumlahnya. Kebanyakan barang yang kita beli
adalah barang normal. Gambar berikut menggambarkan pengaruh perubahan
income terhadap jumlah barang yang diminta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 180pt; text-indent: 36pt;">
<span style="color: red; font-family: Arial; font-size: 11pt;">06</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">b.
Perubahan harga barang lain. Perubahan harga barang yang mempunyai
“hubungan” ekat dengan suatu barang bisa pula mempengaruhi permintaan
akan barang tersebut. Perubahan liarga Y bisa mempengaruhi permintaan
akan barang X. Gambar 111.4. berikut enunjukkan dua pengaruh yang
berbeda dari perubahan harga Y terhadap jumlah barang X yang diminta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 234pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<strong><span style="color: red; font-family: Arial; font-size: 11pt;">07</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">c.
Selera konsumen. Perubahan selera konsumen bisa ditunjuk-k;in oleh
perubahan bentuk atau posisi dari indifference map. I anpa ada perubahan
harga barang-barang maupun income, permintaan akan sesuatu barang bisa
berubah karena perubahan selera.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 30pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Wingdings; font-size: 11pt;">Ø</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Permintaan
(demand function) adalah : Jumlah suatu barang yang mau dan dapat
dibeli oleh konsumen pada pelbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu
tertentu dengan anggapan hal-hal lain akan tetap sama ( Cateris
Paribus)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 30pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Wingdings; font-size: 11pt;">Ø</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Penawaran
adalah : Jumlah dari suatu barang tertentu yang mau dijual pada
pelbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu (cateris paribus)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Hukum Permintaan</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Kurve
permintaan untuk pelbagai macam barang dan jasa tidak semuanya tepat
sama. Bahkan kurve permintaan akan barang yang sama pun dapat berbeda
menurut tempat dan waktu yang berbeda. Tetapi semua kurve permintaan
menunjukkan satu ciri yang sama, yaitu arahnya yang turun dan kiri-atas
ke kanan-bawah (downward sloping to the right). Bentuk kurve mi
menunjukkan bahwa antara HARGA (P) dan JUMLAH YANG MAU DIBELT (Qd)
terdapat suatu hubungan yang berbalikan:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: 11pt;">-</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Kalau harga naik, jumlah yang mau dibeli berkurang </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: 11pt;">-</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Kalau harga turun, jumlah yang mau dibeli bertambah </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Gejala
mi dikenal dengan nama Hukum Permintaan, yang dapat dirumuskan sbb.:
Orang cenderung membeli lebih banyakpada harga rendah daripadapada harga
tinggi. Disehut “hukum” karena merupakan gejala umum yang sulit dicari
perkecualiannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Hal
ini terjadi karenaHukum permintaan menunjuk pada fakta bahwa, kalau
harga suatu barang/jasa naik, jumlah yang akan dibeli cenderung menjadi
Iebih sedikit, sedang kalau harganya turun, jumlah yang mau dibeli oleh
masyarakat akan lebih banyak. Sekarang kita her- tanya: mengapa terjadi
demikian? Apa sebabnyajumlah yang mau dibeli berkurang bila harga barang
itu naik, dan bertambah bila harganya turun? Pada dasarnya ada tiga
alasan yang dapat menjelaskan gejala tsb.:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">I. Pengaruh penghasilan (Income effect)</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Kalau
harga suatu barang naik, maka denganjumlah penghasilan uang yang sama
orang terpaksa hanya dapat membeli barang lebih sedikit. Sebaliknyajika
harga barang tu turun, dengan penghasilan yang sama orang dapat membeli
lebih banyak dan barang ybs., (dan mungkinjuga dan barang-barang lain
pula), sebab penghasilan realnya naik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Misalnya
datam contoh di atas: pada harga beras Rp 400-/kg, keluarga ybs. dapat
membeli 50kg beras perbulan. Tetapi kalau harga beras naik menjadi Rp
500, 1kg, denganjumlah uang yang sama rncrcka hanya dapat membeli 40 kg
beras per bulan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Hal
yang sama berlaku tidak hanya untuk permintaan individual tetapi juga
untuk permintaan pasar. Kalau harga suatu barang naik (ceteris paribus),
Iebih sedikit warga masyarakat yang mampu membelinya dengan penghasilan
mereka. Sebaliknya jika harga barang tertentu turun (ceteris paribus),
semakin banyak orang yang dulu tidak mampu membelinya sekarang akan
dapat menjangkaunya, sehingga jumlah pembeli bertambah banyak. Hal mi
disebut “income effect’:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">2. Pengarub substitusi (Substitution effect)</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jika
harga suatu barang naik, orang akan mencari barang lain yang fungsinya
sama tetapi harganya lebih murah. Penggantian mi dengan istilah teknis
disebut substitusi. Maka gejala mi disebut “substitution effect”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">3. Penghargaan subyektif (Marginal Utility)</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Andaikan
seseorang hanya mernpunyai satu pasang sepatu saja. Maka ia akan
menilai sepatunya itu lebih tinggi daripada scandainya ia mempunyai
sepuluh pasang. Kalau sepatunya itu rusak ia akan bersedia mengeluarkan
uang untuk membeli sepasang sepatu yang barn, walau harganya mahal.
Sebaliknya kalau orang mempunyai sepuluh pasang sepatu, ia tidak akan
merasa kerugian besar kalau kehilangan satu pasang sepatu, dan ia tidak
begitu bersedia mengeluarkan uang untuk membeli sepatu lebih banyak
lagi. Jadi makin banyak dan satu macam barang tertentu yang telah
dimiliki, makin rendah penghargaan kita terhadap barang itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Tinggi-rendahnya
harga yang bersedia dibayar oleh konsumen untuk barang tertentu
mencerminkan kegunaan atau kepuasan (Marginal) yang diperolehnya dan
konsumsi barang tsb. Gejala mi dikenal dengan nama Hukum Semakin
Berkurangnya Tambahan Kepuasan (Law of Diminishing Marginal Utility —
LDMU), atau Hukum Gossen ke-I.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">> Persamaan fungsi permintaan</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Antara
HARGA (P) suatu barang dan JUMLAH yang mau dibeli (Qd) ternyata ada
hubungan fungsional yang kurang-lebih tetap. Dikatakan jumlah yang mau
dibeli merupakan fungsi dan harga. artinya: besar-kecilnya Qd tergantung
dan tinggi-rendahnya P. Hubungan tersebut secara matematik dapat
dinyatakan dalam bentuk sebuah persamaan, yang bila dilukiskan dalam
grafik menjadi kurve permintaan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Kehanyakan
kurve perrnintaan berbentuk garis melengkung yang menyerupai hentuk
hiperbola. BeHtuk umurn persamaan hiperbola adalah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">a</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">y=—+ b</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">x</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Tetapi
untuk rnenyederhanakan, garis rnelengkung di daerah yang penting dapat
“didekati” dengan garis lurus. Bentuk umum persamaan garis lurus adalah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">y = mx + b</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">dimana untuk kurve perrnintaan koefisien arahnya (rn = gradien) bertanda negatif.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Sebagai contoh. dalam Gambar 1.3 dilukiskan dua bentuk kurve permintaan, yaitu:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">D : P = 200 — 2,5 Q (garis lurus)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">D: P= <span style="text-decoration: underline;">200 + 50</span> (garis melengkung)</span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Q</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Dalam
kenyataannya tidaklah mudah untuk memastikan bentuk dan letak kurve
permintaan akan suatu barang. Bagairnana tepatnya kurve perrnintaan dan
persamaannya hanya dapat dipastikan atas dasarpenelitian pasar dengan
bantuan Statistika. Dan hcrbagai tempat dan pada pelbagai waktu harus
dikumpulkan informasi herapajumlah dan barang tertentu yang mau dibeli
oleh masyarakat pada pelbagai tingkat harga. Informasi yang diperoleh
belum tentu menghasilkan sebuah kurve permintaan yang “bagus” seperti
dalam contoh di atas. Tetapi dengan bantuan matematika dapat dihitung
garis rata-rata (garis regresi, dan diagram tebar) yang dapat
“mendekati” (mencerminkan) keadaan nyata.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 180pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<strong><span style="color: red; font-family: Arial; font-size: 11pt;">08</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">1.2. PERUBAHAN DALAM PERMINTAAN</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Inti
dan pengertian permintaan yang dibicarakan sarnpai sekarang adalah
hubungan antara HARGA suatu barang/jasa dan JUMLAH YANG DIMINTA j ika P
naik, Qd herkurang; sebaliknyajika P turun, Q1 akan bertambah: Q,
herubuh sebagaiAKlBATa’ari perubahan P. Dalam kurve permintaan hubungan
tsb. kelihatan dan arah kurve yang turun ke kanan-bawah: jika harga
barang turun, akibatnyajumlah yang mau dibeli bertambah, dan kita
berjalan dan titik yang satu ke titik yang lain pada kurvc permintaan
yang sama seperti telah digambarkan itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Tetapi
kenyataannya dapat teijadi bahwa ada perubahan dalam jumlah yang
diminta tanpa ada perubahan harga. Mungkin juga ada perubahan harga,
tetapi tidak diikuti oleh perubahan dalam jumlah yang mau dibeli. Dalam
hal mi kombinasi dan P dan Q semula ternyata sudah tidak berlaku dan
dikatakan ada perubahan dalarn permintaan (change in Demand). Bagaimana
hal itu dapat terjadi?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Ceteris Paribus</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Daftar
permintaan akan barang tertentu, dan kurve permintaan yang dibuat atas
dasar daftar tsb. selalu disusun dengan anggapan ‘ceteris paribus’.
Maksudnya ialah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">dan
berbagai faktor yang inungkin dapat mempengaruhi permintaan masyarakat
akan suatu barang, kita hanya memperhatikan huhungan antara jumlah yang
diminta dan harga barang ybs. Semua faktor lain yang mungkin ikut
mempengaruhi jumlah yang mau dibeli itu untuk sementara waktu tidak
diperhatikan dulu, atau dianggap konstan, tidak berubah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Apa yang dianggap sama?</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Faktor-faktor
lain (selain harga barang ybs.) yang ikut mempengaruhi permintaan
masyarakat akan suatu barang, (tetapi tidaklbelum diperhatikan karena
dianggap sama atau tidak berpengaruh) adalah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">1. Jumlah pembeli/konsumen</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">2. Besarnya penghasilan yang tersedia untuk dibelanjakan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">3. Harga barang-barang lain</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">4. Pengaruh musim, mode, selera, kebiasaan, perubahan jaman, pengaruh lingkungan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">5. Harapan atau pandangan orang tentang masa depan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Dalam
kenyataan jelas hal-hal tsh. tidak selalu sama atau konstan. Maka apa
yang terjadi jika satu atau lebih dan faktor-faktor tsb. berubah?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jika
ada perubahan dalam salah satu atau lebih dan faktor tsb., maka seluruh
permintaan, yaitu kombinasi dan [harga sekian; jumlah yang mau dibeli
sekian] akan berubah juga. Jika digambarkan dalam grafik, seluruh kurve
permintaan akan bergeser menjadi kurve permintaan yang baru, yang
berbeda dan yang semula.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan:</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">1. Jumlah pembeli:</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">
jika jumlah pembeli suatu barang tertentu bertambah, maka pada harga
yang sama jumlah yang man diheli hcrtamhah hanyak juga. dan kurve
permintaan akan bergeser ke kanan. Hal mi dapat terjadi misalnya karena
pertambahan penduduk, perbaikan transport sehingga barang tertentu dapat
terjual di daerah lain pula, berhasilnya usaha promosi/perikianan, dsb.
Misalnya pada awal tahun pelajaran baru permintaan akan alat-alat tulis
tentu bertambah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">2. Besar penghasilan</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">
yang tersedia untuk dibelanjakan jelas berpcngaruh sekali terhadap
permintaan. Dan penghasilan yang lebih tinggi orang akan dapat membeli
lebih banyak dan segala macam barang dan jasa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Dalam
hal mi hanya ada satu perkecualian, yaitu yang disebut inferior goods
(atau juga disebut “Giffen goods”), yaitu barang-barang yang
permintaannyajustru berkurang bila penghasilan konsumen naik. Misalnya
orang miskin, yang terpaksa hanya makan gaplek atau jagung, dengan
naiknya penghasilan akan menggantikan gaplek dengan nasi, sehingga
permintaan akan gaplek/jagung berkurang. Semua barang lain disebut
‘normal goods’ artinya barang yang pemiintaannya naik apabila pendapatan
konsumen naik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pengaruh
perubahan penghasilan terhadap permintaan akan suatu barang dapat
diukur dan diperhitungkan, dengan jalan membandingkan persentase
kenaikan jumlah yang diminta dengan persentase kenaikan penghasilan
konsumen. mi disebut elastisitas pendapatan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">3. Harga barang-barang lain</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">
ikut mempengaruhi permintaan. Apakah kenaikan harga barang lain itu
memperbesar atau justru memperkecil perrnintaan masyarakat akan suatu
barang tertentu itu tergantung apakah barang lain itu barang pelengkap
(= komplementer), barang pengganti (= substitut) atau barang lepas (=
independent! netral).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">> Barang pelengkap (komplementer)</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Misalnya
sepeda motor, bensin dan oli saling melengkapi. Jika harga sepeda motor
turun, maka jumlah sepeda motor yang diininta akan bertambah. Akibatnya
permintaan akan bensin bertambah pula. Demikian pula permintaan akan
oil ikut bertambahjuga.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">> Barang pengganti (substitut)</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Misalnya
kopi dan teh, rokok merk yang satu dan merk yang lain, kereta api dan
bis malam, bis dan colt itu dapat saling mengganti. Kalau harga karcis
kereta api naik, lebih banyak orang akan naik bis. Jadi bila harga
barang yang satu naik,jumlah yang diminta dan barang tersebut akan
berkurang, tetapi jumlah yang diminta dan barang substitutnya justru
akan bertambah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">> Barang lepas (independent)</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Barang
independent adalah barang yang tidak ada hubungan atau pengaruh
timbal-balik satu sama lain. Apabila harga barang lain itu naik, mungkin
pendapatan real berkurang (= ada income effect) dan hal mi secara tidak
Iangsung dapat berpengaruh terhadap jumhah barang/jasa yang diminta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">4. Musim, selera, mode, kebiasaan, perubahan jaman</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">,
Iingkungan sosial juga berpengaruh terhadap permintaan. Misalnya
permintaan akan payung pada awalmusim hujan. Terutama mode pakaian dapat
berubah dalam waktu singkat. Kemajuan zaman dapat menyebabkan bahwa
harang yang dulu dipandang sebagai barang mewah (radio, kaset, walk-man,
komputer,jam tangan, sepeda motor, TV, dsb.) lama-kelamaan menjadi
barang yang biasa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">5. Harapan/pandangan tentang masa yang akan datang</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;"> dan faktor-faktor psikologis lainnya dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang mendadak dalam</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">permintaan
masyarakat. Misalnya desas-desus atau rasa takut bahwa harga-harga akan
naik mendorong orang untuk segera membeli banyak (sebelum harga naik)
sehingga jumlah yang diminta akan naik pada harga yang sama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jadi akibat dan perubahan dalam salah satu atau lehih dan faktortsb. di atas ialah:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">suatu
kombinasi yang baru antara harga dan jumlah yang mau dibeli; berarti
bahwa seluruh permintaan berubah. Jika perubahan dalam permintaan tsb.
di atas digambarkan dalam grafik, kurve permintaan semula “bergeser” ke
kanan atau ke kin menjadi kurve permintaan yang baru.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pergeseran kurve permintaan</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Bila permintaan bertambah, maka kurve permintaan bergeser ke kanan-atas seperti pada gambar dibawah Artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: 11pt;">—</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Para
konsumen mau membeli lebih banyak dan suatu harang tertentu pada
tingkat harga yang berlaku. Misalnya pada harga Rp 1.000,- jumlah yang
diminta bertambah dan 5 menjadi 8 satuan (dan titik A —> E).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: 11pt;">—</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jumlah
barang yang mau dibeli sama, meskipun harga barang telah naik. Misainya
harga naik dan Rp 1 .000,- menjadi Rp 2.000,- tetapi jurnlah yang mau
dibeli tetap 5 satuan (dan A —> C).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 216pt; text-align: justify;">
<span style="color: red; font-family: Arial; font-size: 11pt;">09</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Perubahan Dalam Penawaran</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;">
<span style="font-family: Wingdings; font-size: 11pt;">Ø</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Kurve Penawaran Tertentu selalu digambarkan dengan Anggapan “ Cateris Paribus “ (<strong>bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak berubah )</strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;">
<span style="font-family: Wingdings; font-size: 11pt;">Ø</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Yang dianggap sama Dalam Hal ini :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">1.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jumlah Produsen di Pasar</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">></span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">
Jika jumlah Produksen Bertambah, penawaran total juga akan bertambah ,
pada tingkat harga yang berlaku, lebih banyak barang/ jasa yang
ditawarkan untuk dijual di pasaran. Atau kalau harga pasar turun karena
persaingan antara produksen tsb, jumlah yang sama mau dijual juga
meskipun pada harga yang lebih rendah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">2.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Harga Faktor-Faktor Produksi</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">>></span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Bersama
dengan Tehnik Produkssi, Harga Faktor-Faktor Produksimerupakan input
dalam proses produksi, menentukan biaya produksi. Misalnya jika harga
bahan baku turun, maka produksen :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: 11pt;">-</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">dapat menjual (menghasilkan) lebih banyak pada tingkat harga yang sama dan /atau.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: 11pt;">-</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">dapat
menghasilkan dan menjual jumlah yang sama pada harga yang lebih rendah,
ini berarti penawaran bertambah dan kurve supply bergeser ke kanan
kebawah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 252pt; text-align: justify;">
<strong><span style="color: red; font-family: Arial; font-size: 11pt;">10</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Sebaliknya jika harga bahan-bahan dan input-input lainnya naik, sehingga biaya produksi bertambah, maka :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 135pt; text-align: justify; text-indent: -69pt;">
<span style="font-size: 11pt;">-</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jumlah barang yang sama hanya akan dijual pada harga lebih tinggi</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 135pt; text-align: justify; text-indent: -69pt;">
<span style="font-size: 11pt;">-</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pada tingkat harga yang sama jumlah yang ditawarkan lebih sedikit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 66pt; text-align: justify; text-indent: 6pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Ini berarti penawaran berkurang, dan kurve supply bergeser ke kiri atas. Lihat kurve B</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">3.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Harga Barang-barang Lain :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jika
berubah, penawaran barang tertentu mungkin bertambah, mungkin
berkurang, tergantung jenis barang dan hubungannya satu sama lain
(barang pengganti, barang pelengkap atau barang lepas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">4.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Harapan atau perkiraan para produksen/penjual tentang masa yang akan datang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">a.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jika
diperkirakan harga akan naik, apakah para penjual segera akan menjual
seluruh persediannya ? (Jawab : Tidak,bahkan sebaliknya, banyak yang
akan menahan barangnya, menunggu kenaikan harga < dan akibatnya harga
memang akan naik ></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 90pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">b.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jika
diperkirakan harga akan Turun, apakah para penjual tidak akan menjual
seluruh persediannya ? (Jawab : Tidak,bahkan sebaliknya, banyak yang
akan menjual semua barang persediannya selama harga belum merosot <
dan akibatnya harga memang akan merosot/turun ></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.5pt; text-align: justify; text-indent: -64.5pt;">
<span style="font-family: Wingdings; font-size: 11pt;">Ø</span><strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Harga Pasar </span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 135pt; text-align: justify; text-indent: -105pt;">
<span style="font-size: 11pt;">-</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jumlah yang mau dibeli di tunjukkan dengan Q d</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 135pt; text-align: justify; text-indent: -105pt;">
<span style="font-size: 11pt;">-</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jumlah yang mau dijualdi tunjukkan dengan Q s</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 135pt; text-align: justify; text-indent: -105pt;">
<span style="font-size: 11pt;">-</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Berbagai kemungkinan harga di tunjukkan dengan P</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Symbol; font-size: 11pt;">·</span><strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pengertian Pasar</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;"> adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk mengadakan transaksi jual beli barang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Symbol; font-size: 11pt;">·</span><strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pengertian Pasar dalam ilmu ekonomi lebih luas lagi yaitu</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">
Pasar mencakup keseluruhan permintaan dan penawaran, seluruh kontak
antara penjual dan pembeli untuk mempertukarkan barang dan jasa. Setiap
barang yang diperjual belikan ada pasarnya<strong>. <span style="color: #993300;">Contoh :</span></strong> ada pasar ikan, tetapi juga ada pasar rokok kretek, pasar tekstil, pasar modal dan pasar tenaga kerja.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Symbol; font-size: 11pt;">·</span><strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Fungsi Pasar adalah</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">
: sebagai mata rantai yang mempertemukan penjual yang mempunyai barang
dan menginginkan uang, dengan pembeli yang mempunyai uang dan
menginginkan barang. Penjual dan pembeli tidak bertemu muka , tetapi
dapat juga melalui surat atau telepon. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 42pt; text-align: justify; text-indent: -30pt;">
<span style="font-family: Wingdings; font-size: 11pt;">Ø</span><strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pasar Sempurna</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">
adalah apabila semua pihak di pasar tersebut mengetahui seluruhkeadaan
pasar yaitu : harga-harga yang berlaku, jumlah-jumlah yang ditawarkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 30pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Wingdings; font-size: 11pt;">Ø</span><strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">PasarPersaingan Sempurna</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">
terjadi apabila jumlah pembeli lebih banyak dan jumlah penjual juga
lebih banyak, yang semuanya menawarkan barang yang sifatnya samaatau
homogen. Misalnya barang jenis tertentucontoh ikan lele, karena jumlah
penjual banyak dimana masing-masing menawarkan sebagian kecil saja dari
suplai total, maka tidak ada penjual atau pembeli yang seorang diri
mempengaruhi harga, bila jumlah penjual dan pembeli yang bertemu di
pasar banyak dan terdapat koordinasi yang baik diantara mereka, untuk
satu macam barang akan terjadi satu harga. Yaitu harga pasar. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.5pt; text-align: justify; text-indent: -64.5pt;">
<span style="font-family: Wingdings; font-size: 11pt;">Ø</span><strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Harga Keseimbangan</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 6pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Untuk
mengerti bagaimana permintaan dan penawaran bersama-sama menentukan
harga pasar, sebagai contoh kita pelajari terbentuknya harga gula
kelapa. Dalam masyarakat kita gula kelapa banyak pembelinya dan juga
banyak produsen/penjualnya(= bentuk pasar persaingan).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 6pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Dalam
tabel di bawah mi dikumpulkan hasil pengamatan pasar, yaitu berapa kg
gula kelapa yang mau dibel i (Q1) dan berapa kg yang mau dij ual (Q)
pada berbagai harga(di daerah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu,
misalnya satu minggu atau satu bulan).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 6pt; text-align: center;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Tabel</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 6pt; text-align: center;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Permintaan dan Penawaran Bawang Putih</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 6pt; text-align: center;">
<strong><span style="color: red; font-family: Arial; font-size: 11pt;">11</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Angka-angka
dan tabel dapat juga digambarkan dalam bentuk sebuah diagram. Karena
mengenai barang yang sama, makajumlah yang mau dibeli (D) dan jumlah
yang mau dijual (•) dapat digambarkan dalam satu diagram.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Dan gambar segera tampak bahwa</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 66pt; text-align: justify; text-indent: -30pt;">
<span style="font-size: 11pt;">—</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">pada harga pasar tinggi, para penjual mau menjual banyak, tetapi para pembeli hanya mau membeli sedikit; </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 66pt; text-align: justify; text-indent: -30pt;">
<span style="font-size: 11pt;">—</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">pada harga rendah, para pembeli ingin membeli banyak, tetapi para penjual hanya mau menjual sedikit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Maka
berapakah harga gula kelapa yang akhirnya akan terjadi? Atau dengan
kata lain: dan berbagai kemungkinan harga yang tercantum dalam daftar di
atas, harga yang manakah yang akan berlaku di pasaran?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jawabannya
ialah: dalam “interaksi” dan tawar menawar antara para pembeli (yang
membutuhkan barang dan bersedia membayar uang untuk memperolehnya,
diringkas Demand) dan para penjual (yang telah mengeluarkan biaya untuk
menghasilkan barang dan mau menjualnya dengan harga tertentu, ringkasnya
Supply) akhirnya akan terbentuk satu harga tertentu, yaitu harga
dimanajumlah yang mau dibeli (Qd) sama dengan jumlah yang mau dijual
(Q). Harga inilah yang disebut harga pasar atau harga keseimbangan
(Equilibrium price). Hal ini dengan mudah dapat dilihat dalam gambar
dibawah ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;"><strong><span style="color: red;">12</span></strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Keterangan Gambar .</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Konfrontasi antara permintaan danpenawaran Bawang Putih</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Penjelasan :</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">a. Pada Posisi Harga Rp 1000,-/kg</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Apakah
harga Rp 1000,-/kg dapat terjadi? Dapat! Sebab memang ada beherapa
icmbeli yang bersedia membayar harga setinggi itu. Apakah harga Rp
l000.-!kg akan inenjadi harga pasar yang umum berlaku? Tidak! Mengapa
tidak? Karena pada harga kp l000,-/kg para penjual mau menjual 11.000
kg. Tetapi pada harga itu para pembeli Iianya mau membeli 5.000
kg!minggu. Jadi ada kelebihan (= surplus) sebanyak 6000 kg yang tak
terjual. Supaya barangnya laku (supaya tak perlu disimpan lama, atau
(lihawa pulang, supaya uangnya segera kembali, dli.) tentu akan ada
penjual yang bersedia menurunkan harga dan menjual barangnya dengan
harga yang Iebih rendah. Oleh karena itu harga Rp 1 000,-/kg tidak akan
menjadi harga yang berlaku umum di pasaran.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Situasi seperti ini dengan istilah teknis disebut <strong><em><span style="text-decoration: underline;">‘buyers market’</span> (pasar dikuasai oleh para pembeli)</em></strong>.
Para pembeli yang merupakan pihak yang kuat, para penjual berada di
pihak yang lemah; mereka mencani-cari pembeli dan untuk itu bersedia
menurunkan harga — hal mana inenguntungkan bagi pembeli.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">b. Pada posisi harga jual Rp 400,- per kg</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Sekarang
kita teliti harga Rp 400,-/kg. Apakah harga mi bisa menjadi harga pasar
Yang berlaku umum? Tidak! Sebab pada harga itu pmbeli mau membeli
sebanyak I .000 kg gula per minggu (Qd = 11.000). Tetapi para penjual
hanya menyediakan ft 000 kg saja (Qs = 6.000). Jadi ada kekurangan
supply (= shortage) sehanyak 5.000 kg/minggu. Dalam situasi mi jelas ada
konsumen yang tidak mcndapatkan gula sehanyak yang diinginkan. Maka
tentu akan ada pembeli yang berani/ bersedia membayar Iiaiga Icbih
tinggi. Oleh karena itu harga Rp 400,-/kg tidak bisa menjadi harga pasar
yang berlaku umum. dan kalaupun terjadi jual-beli dengan harga itu,
pasti tidak bisa tahan lama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Siluasi pasar ini disehut <strong><em><span style="text-decoration: underline;">‘sellers market’:</span></em> para penjuallah yang menguasai pasara</strong>,
sedang para pemheli di pihak yang lemah. Untuk mendapatkan barang, para
pembeli bersedia menaikan harga belinya, yang akan menguntungkan para
penjual.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Harga Rp 600,- per kg</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pada
harga Rp 600,-/kg — dan hanya pada harga ini —jumlah yang mau dibeli
(Qd = 8.000 kg/minggu) danjumlah yang rnau dijual (Qs = 8.000 kg/minggu)
tepat sama, tidak ada kekurangan dan tak ada kelebihan. Jadi pada harga
mi semua pihak mendapat apa yang diinginkan, dan tidak ada alasan untuk
menaikkan/menurunkan harga lagi (ceteris parihus). Maka harga Rp 600,-
mi disebut harga keseimbangan (Equilibrium price). yaitu harga yang
menyeirnbangkan Permintaan dan Penawaran, atau P dimana Qd=Qs.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Kurve Permintaan dan Penawaran</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Hal
yang sarna dapat juga dianalisis dengan mempergunakan kurve. Untuk itu
Gambar 1-8 di atas tadi dilukiskan kembali dalam bentuk kurve permintaan
dan penawaran. Lihat gambar 1-9, di mana kurve D dan kurve S dilukiskan
pada diagram yang sama. Jumlah (baik Qd maupun Qs) diukur pada sumbu
horisontal (sumbu X), sedang harga per satuan diukur pada sumbu tegak
(sumbu Y). Perpotongan kedua kurve tsb. menunjukkan harga keseimbangan:
pada harga Rp 600,-/kg, maka Qd = Qs = 8.000 kg/minggu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 180pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<strong><span style="color: red; font-family: Arial; font-size: 11pt;">13</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><em><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Keterangan Gambar Harga keseimbangan.</span></em></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<em><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Kurve
Permintaan (D) turun ke kanan-bawah. Kurve Penawaran (S) naik ke
kanan-atas. Perpotongan kurve D dun kurve S inenunjukkan harga
keseimbangan, yaitu P Rp 600/kg. Pada harga itun jumlah yang
diperjualbelikan Q = 8.000 kg/minggu.</span></em></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<em><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pada
harga lebih tinggi, daripada harga keseimbangan tsb., ada surplus
hurang yang tak lequal; supaya harangnya laku, para penjual terdorong
untuk inenurunkan harga jual sa. Sehaliknya jada harga lebih rendah
daripada Rji 600/kg, adanya kekurangan bawang putih akan mendorong
pembeli menawar harga yang Iebth tinggi.</span></em></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Dan
grafik segera tampak bahwa pada semua harga yang lebih tinggi daripada
liarga keseimbangan (pada P>600), maka > q berarti ada surplus.
Surplus mi akan mendorong para penjual untuk menurunkan harga jualnya.
Pada harga yang lebih rendah itu, para penjual akan mengurangi jumlah
yang ditawarkan (= hiikum penawaran). .lika harga diturunkan, para
pembeli akan bersedia membeli lehih banyak atau Qd hertambah (hukum
permintaan). Proses mi berjalan terus sampai surplus tsb. hilang. .ladi
misalnya apakah harga Rp 800/kg bisa terjadi? Bisa! Apakah harga Rp 800
akan dapat tahan larna? Tidak! Sehab pada harga Rp 800/kg itu Q > Q.
berarti masih tetap ada surplus/kelebihan supply.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Demikian
pula pada seniua harga lebih rendah daripada harga kesei mbangan (pada P
<600), maka Q1> Q ,jadi ada kekurangan supply (Shortage).
Kekurangan tsb. akan inendorong para pembeli untuk menawar dengan harga
lebih tinggi, agar rnendapatkan gula sebanyak dibutuhkan. Jika harga
dinaikkan, maka Qs akan bertambah dan Qd akan herkurang. sampai tercapai
keseimbangan. Jadi misalnya harga Rp 400/kg, apakah akan bisa tahan
lama? Tidak! Sebab pada harga itu Q < Q. Ceklah sendiri untuk harga
Rp 1000 dan Rp 200.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Satu-satunya
harga yang dapattahan lama ialah harga dirnana Q1 = Q. Hanya pada harga
itu tak ada kecenderungan menaikkan/menurunkan harga atau untuk
menambah/ incngurangi jumlah. Maka harga Rp 600 adalah harga
keseimbangan (Equilibrium price).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Secara matematika</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Hal
yang sama dapat juga dirumuskan dalarn bahasa matematika. Kenyataannya
kurve D dan kurve S biasanya berbentuk garis melengkung
(hiperholalparabola). [elapi untuk menyederhanakan, dapat didekati
dengan garis-garis lurus di daerah Nlrategisnya. Misalnya kurve D dan
gambar harga keseimbangan diatas dapat didekati dengan garis lurus P =
1400 — 0,075 Q atau P = 1200 0,1 Qd Sedang kurve S dapat didekati dengan
paris P = —200 + 0,1 Q.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Contoh:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pemintaan
dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi (persamaan) yang menunjukkin
liuhungan antara harga barang (P) dan jumlah yang mau dibeli (Q1). Rumus
urnum iiiitiik fungsi permmntaan yang berbentuk garis lurus adalah: P =
a mQ. Misalnya P = 80 0,5 Q.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Ieiiawaran
pun dapat dinyatakan sebagai fungsi (persamaan) yang menunjukkan
hubungan antara harga barang (P) dan jumlah yang mau dijual (Q). Rumus
umum untuk fungsi penawaran yang berbentuk garis lurus adalah: P = a +
mQ. Misalnya: P = 20 + 0,5 Q.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Ditanyakan: Berapakah harga keseimbangan. Hitunglah dan lukiskan kurvenya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;"><strong><span style="color: red;">14</span></strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Perpotongan kurve P dan kurve S menunjukkan harga keseimbangan, dimana Qd = Qv.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Perhatikan bahwa hasil perhitungan dan titik potong dalam grafik harus cocok.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Proses penyesuaian</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Harga
keseimbangan merupakan “persesuaian” antara keinginan pembeli dan
keinginan penjual, sehingga masing-masing pihak mendapat apa yang
diinginkan, tanpa adanya kekurangan/kejebihan Harga keseimbangan tidak
selalu tercapai. mi ternyata dan adanya persediaan barang-barang yang
bertumpuk di gudang karena tak laku terjual, atau dan kekurangan barang
yang sering terjadi. Untuk menyamakan permintaan dan penawaran
diperlukan suatu proses penyesuaian, yang biasanya memerlukan waktu
(mungkin waktu yang cukup lama). Bila proses mi digambarkan dalam kurve,
akan kelihatan seperti sarang labah-lahah. Sebagai contoh lihatlah
gambar dibawah ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;"><strong><span style="color: red;">15</span></strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Keterangan Gambar Proses Penyesuaian.</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<em><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pada
P = 400, jumlah Qv = 50. Tetapi pada harga ini Qd hanya 10. jumlah Qs =
50 hanya akan mau dibeli konsumen dengan harga P = 100. Pada P = 100,
Qd memang 50. tempat Qs hanya 15. jadi ada kekurangan, dan harga akan
naik. Untuk memperoleh jumlah sebanyak Q = 15 para pembeli bersedia
membayar P = 330. Pada P = 330, Q.s = 45. Tetapi Qs ,sebesar 45 hanya
akan dapat laku pada harga P = 130. Demikian seterusnya sampai akhirnya
tercapai P = 200 dan Qd Q,s = 30.</span></em></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Contoh
lain untuk mengetahui bagaimana permintaan dan penawaran bersama-sama
menentukan harga pasar, dapat dilihat sebagai berikut :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;"><strong><span style="color: red;">16</span></strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">pada harga pasar tinggi, para penjual mau menjual banyak, tetapi para pembeli hanya mau membeli sedikit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-size: 11pt;">-</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">pada harga rendah, para pembeli ingin membelibanyak, tetapi para penjualhanya mau menjualsedikit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pertanyaan :</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">1.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Berapa harga Semangka Tanpa Biji yang akhirnya akan terjadi ?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">2.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">dari kemungkinan harga yang tercantum dalam table diatas, harga manakah yang akan berlaku di pasaran ?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jawaban :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Setelah
terjadi interaksi antara pembeli dan penjual, akhirnya akan terbentuk
satu harga tertentu, yaitu harga dimana jumlah yang mau dibeli Qd sama
dengan jumlah yang mau dijual Qs. Harga inilah yang disebut dengan harga
pasar atau harga Keseimbangan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 70.5pt; text-align: justify; text-indent: -70.5pt;">
<span style="font-family: Wingdings; font-size: 11pt;">Ø</span><strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pemahaman Tabel harga pasar semangka .</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">A. Untuk harga Rp. 2000/kg :</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">1.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Apakah Harga Rp. 2000/kg dapat terjadi ? dapat ! sebab memang ada beberapa pembeli yang bersedian membayar harga setinggi itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">2.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Apakah
Harga Rp. 2000/kg dapat menjadi harga yang umum berlaku ? Tidak dapat !
karena pada harga Rp. 2000/kg para penjual hanya mau menjual 13.000 kg.
tetapi pada harga itu pembeli hanya mau membeli 6000 kg/minggu. Jadi
ada kelebihan sebanyak 7000 kg yang tak terjual.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">3.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Supaya
barangnya laku , maka akan ada penjual yang menurunkan harga danmenjual
barangnya dengan harga yang lebih rendah dari yang lain. Sehingga harga
Rp. 2000/kg tidak akan berlaku menjadi harga umum dipasaran.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">(
pada situasi seperti ini dengan istilah Tehnis “ Buyer Market “ pasar
dikuasai oleh para pembeli. Pembeli dipihak yang kuat, penjual dipihak
yang lemah. Situasi ini menguntungkan pembeli.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">B. Untuk harga Rp. 2000/kg :</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">1.Apakah
Harga Rp. 400/kg dapat menjadi harga yang umum berlaku ? Tidak dapat !
karena pada harga Rp. 400/kg para pembeli hanya mau membeli
sebanyak11.000 kg per minggu (Qd = 11.000). tetapi para penjual hanya
menyediakan 6000 kg/minggu (Qs = 6.000). Jadi ada kekurangan persediaan
(supply) ssebanyak 5000 kg/minggu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">2.Dalam
situsi ini jelas ada konsumen yang tidak mendapatkan semangka tanpa
biji sebanyak yang diinginkan. Maka tentu ada pembeli yang berani
membeli dengan harga yang lebih tinggi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">3.Oleh karena itu Harga Rp. 400/kg tidak dapat menjadi harga yang umum berlaku. Dan apabila terjadi tidak akan bertahan lama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">(
pada situasi ini disebut dengan “ Seller Market “ para penjuallah yang
menguasai pasar, sedang pembeli pada pihak yang lemah. Karena untuk
mendapatkan barang, para pembeli bersedia menaikan harga belinya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">C. Untuk Harga Rp. 1.200/kg.</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">1.
pada harga Rp. 1.200/kg. dan hanya pada harga ini jumlah yang dibeli Qd
= 8000/kg dan jumlah yang dijual Qs=8000/kg tepat sama. Tidak ada
kekurangan dan tidak ada kelebihan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">2.
Jadi pada harga ini semua pihak mendapat apa yang diinginkan, dan tidak
ada alasan untuk menaikkan/menurunkan harga lagi. (cateris paribus)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">3.
Maka harga Rp. 1.200/kg. ini disebut Harga Keseimbangan (equilibrium
price), yaitu harga yang menyeimbangkan permintaan dan penawaran, atau P
dimana Qd = Qs.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/17.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-97" height="333" src="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/17.jpg?w=428&h=333" width="428" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jadi
harga keseimbangan tidak tercapai sekaligus. Biasanya terjadi
kegoncangan harga di sekitar titik keseimbangan. Umumnya para produsen
memerlukan waktu untuk nienyesuaikan supplynya dengan kebutuhan
masyarakat. Walaupun sudah tercapai keseimbangan pada saat tertentu,
tetapi situasi keseimbangan tsb. sewaktu-waktu bisa berubah lagi.
Lebih-lebih harga hasil-hasil pertanian tidak begitu stabil. Jika harga
suatu barang tidak stabil, maka penjelasannya baru kita cari dalam
perubahan situasi, entah dan segi Supply, atau dan segi Demand, atau
mungkin dan kedua-duanya sekaligus.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;"><strong>Perlu diingat :</strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">1. Rumus UmumFungsiPermintaanadalah :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 12pt; text-align: justify; text-indent: 24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">P = a – mQ</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 12pt; text-align: justify; text-indent: 24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Misalnya : P = 80 – 0,5 Q</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">2. Rumus UmumFungsiPenawaranadalah :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 12pt; text-align: justify; text-indent: 24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">P = a + mQ</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 12pt; text-align: justify; text-indent: 24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Misalnya : P = 20 + 0,5 Q</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 86.25pt; text-align: justify; text-indent: -74.25pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">3.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Rumus UmumHarga Keseimbanganadalah :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Qs = Qd</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 12pt; text-align: justify; text-indent: 24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">20 + 0,5 Q = 80 – 0,5 Q</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">ELASTISITAS</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">> PENGERTIAN ELASTISITAS</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Kurve
permintaan dan penawaran memperlihatkan bagaimana reaksi pembeli dan
penjual (dalam hal banyak-sedikitnya jumlah yang mau dibeli atau dijual)
terhadap perubahan harga. Dalam masalah reaksi ini dipertanyakan lebih
lanjut: berapa besarnya perubahan harga dan berapa besarnya reaksi tsb.
Sehingga para para ahli ekonomi memberikan pengertian <strong>“ elastisitas permintaan dan penawaran “</strong></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">ELASTISITAS PERMINTAAN</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Inti
pengertian permintaan adalah: hubungan antara HARGA suatu barang dengan
Jumlah yang mau dibeli. Bentuk kurve permintaan yang turun ke kanan
menunjukkan hagaimana reaksi jumlah yang mau dibeli terhadap perubahan
harga: kalau P naik, Qd Iislru berkurang, sedang kalau P turun, Qd
justru bertambah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Tetapi
reaksi konsumen tidak mesti sama untuk pelbagai macam barang. Untuk
heherapa macam barang para konsumen sangat peka terhadap perubahan
harga, artinya:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">1witihahan
harga yang kecil saja sudah menyebabkan jumlah yang mau dibeli
berkurang hanyak. Tetapi ada juga barang di mana konsumen hampir tidak
peka terhadap pertihahan harga: biarpun harga naik, jumlah yang dibeli
hampir tidak berkurang. Untuk iiicnyatakan peka-tidaknya jumlah yang mau
dibeli terhadap perubahan harga dipergunakan istilah elastisitas,
tepatnya elastisitas harga (price elasticity of demand).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">PENGERTIAN DAN RUMUS ELASTISITAS PERMINTAAN</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Ealastisitas
(harga) menunjukkan bagaimana reaksi pembeli (dalam hal jumlah yang mau
dibeli) bila ada peruhahan harga, atau: peka-tidaknya jumluh yang man
dibeli terhadap perubahan harga. Maka agar dapat dibandingkan dua-duanya
dinyatakan dalam %</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;">
<span style="font-family: Wingdings; font-size: 11pt;">Ø</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jika konsumen peka terhadap perubahan harga suatu barang, permintaan akan barang itu disebut ELASTIS.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Artinya:
perubahan harga yang kecil menyebabkan perubahan yang relatif (lebih)
hesar dalam jumlah yang diminta. Misalnya harga naik dengan 10%.
Akibatnya jumlah barang yang mau dibeli berkurang dengan % yang lebih
besar, misalnya 20%</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: Wingdings; font-size: 11pt;">Ø</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jika konsumen kurang peka terhadap perubahan harga suatu barang tertentu, permintaan akan barang itu disebut INELASTIS.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Artinya:
meskipun kenaikan harga (relatif) cukup besar. namun jumlah yang mau
diheli hampir tidak berkurang; sedang kalau harga barang turun, jumlah
yang diminta hampir tidak bertamhah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 12pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Misalnya
harga turun 10% menyebabkan pertambahan dalam jumlah yang diminta
relatif lebih kecil, misalnya hanya 5%. Hal mi terutama terjadi pada
barang-barang kehutuhan hidup pokok seperti beras, garam, dli.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Rumus elastisitas permintaan</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Elaslisitas
permintaan dapat diukur dan dinyatakan dalam suatu angka yang di%chiII
koelisien elastisitas. Besar-kecilnya koefisien elastisitas permintaan
dapat diIiiliiiig dengan hantuan suatu rumus yang sederhana.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Rumus umum untuk elastisitas permintaan adalah sbb:</span></div>
<pre><a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/18.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-98" height="849" src="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/18.jpg?w=469&h=849" width="469" /></a></pre>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 12pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Dibawah ini contoh perhitungan koefisien elastisitas permintaan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 12pt; text-align: justify; text-indent: 24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Sebagai contoh kita perbandingkan permintaan akan dua macam barang, yaitu obat nyamuk dan teh hungkus.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;">
<a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/19.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-99" src="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/19.jpg?w=645" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Untuk
mcmpermudah pcrbandingannya, kedua barang tersehut digambarkan kurve
permintaannya dalam satu grafik.. Kemudian kita hitung elastisitas
pcrinintaan,misalnya apa yang terjadi dengan jumlah yang diminta (Qd)
kalau harga naik dariRp 200,- menjadi Rp 300,-. Perhatikan cara
kerjanya!</span></div>
<pre><a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/20.jpg"><img alt="" class="aligncenter size-medium wp-image-100" height="470" src="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/20.jpg?w=458&h=470" width="458" /></a>
<a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/211.jpg"><img alt="" class="size-medium wp-image-102 alignleft" height="734" src="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/211.jpg?w=470&h=734" style="float: left;" width="470" /></a>
<a href="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/221.jpg"><img alt="" class="alignleft size-full wp-image-104" height="662" src="http://bayu96ekonomos.files.wordpress.com/2008/04/221.jpg?w=400" width="466" /></a></pre>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">SISTEM HARGA</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 12pt; text-align: justify; text-indent: 24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Dalam
kehidupan ekonorni modern harga-harga memainkan peranan yang amat
penting, justru karena produsen dan konsumen (termasuk dunia perbankan,
pedagang ckspor-impor dan pemerintah sendiri) bertindak atas dasar
pertimbangan dan perbandingan harga.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">a.NILAI DAN HARGA</span></strong></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 12pt; text-align: justify; text-indent: 24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Para</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">
ahli filsafat telah memikirkan persoalan harga dan nilai. Karena pada
waktu itu uang helum begitu berperanan, yang diutamakan adalah
pengertian Nilai barang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 12pt; text-align: justify; text-indent: 24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">ARISTOTELES
(384-322 seb.M.) pada tahun 300 sebelum Masehi telah membahas masalah
ini, Menurut Aristoteles suatu barang mempunyai nilai karena berguna
untuk yang memilikinya (= Nilai pakai), atau karena barang tsb. dapat
dipertukarkan dengan barang lain (= Nilai tukar). Jenis-jenis nilai mi
masih dapat dibedakan obyektif dan subyektif.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 12pt; text-align: justify; text-indent: 24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Nilai pakal (Value in use atau Utility) adalah kemampuan suatu barang untuk dapat memenuhi suatu kebutuhan manusia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">1.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Nilai
pakai obyektif = kemampuan atau sifat barang untuk dapat memenuhi suatu
kebutuhan manusia, jadi kegunaan atau faedah barang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 24pt; text-align: justify; text-indent: -12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">2.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Nilai
pakai subyektif = penilaian yang diberikan seseorang terhadap suatu
barang karena kemampuan barang tsb. dalam memenuhi kebutuhannya.
Pcnilaian subyektif mi dapat sangat berbeda-beda menurut situasi dan
kondisi, seperti mendesaknya kebutuhan seseorang dan jumlah barang yang
tersedia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 12pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Nilai tukar (Value in exchange) adalah kemampuan suatu barang untuk dilukarkan dengan barang lain di pasar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">a.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Nilai tukar obyektif = kemampuan suatu barang untuk dipertukarkan dengan barang lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 60pt; text-align: justify; text-indent: -24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">b.</span><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Nilai tukar subyektif = penilaian yang diberikan seseorang bila barang tsb. akan ditukarnya dengan barang lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 12pt; text-align: justify; text-indent: 24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Harga
suatu barang adalah nilai (tukar) barang tsb. dinyatakan atau diukur
dengan uang. Jadi antara nilai dan harga tidak sama: Nilai (tukar) suatu
barang diukur dengan membandingkannya dengan barang lain. Sedang harga
diukur dengan uang. Nilai suatu barang adalah dasar untuk penentuan
harga barang tsb.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 12pt; text-align: justify; text-indent: 24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Pada
abad pertengahan masalah harga terutama disoroti dan segi moral
baik-buruk, halal dan haram. Yang dipersoalkan adalah apakah harga suatu
barang itu “adil” (wajar/pantas = just price). Karena harga yang
diminta oleh produsen penjual barang tertentu ikut mempengaruhi
kesejahteraan pembeli atau masyarakat, perlu dijaga jangan sampai orang
mencari keuntungan dengan memeras sesamanya yang miskin. Hal ini
khususnya berlaku untuk pinjam-meminjam uang dengan bunga yang tinggi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 12pt; text-align: justify; text-indent: 24pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Sementara
itu kaum klasik mempersoalkan faktor apa yang penentuan tinggi
rendahnya harga suatu barang Meskipun jelas bagi mereka bahwa suatu
barang tidak akan diproduksikan kalau barang tsb. tidak berguna bagi
konsumen, tetapi perhatian mereka dipusatkan pada segi biaya produksi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Biaya produksi sebagai dasar harga dan nilai: Teori nilai obyektif</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 11.9pt; text-align: justify; text-indent: 24.1pt;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">ADAM SMITH (1723-1790)</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;"> <em><span style="color: purple;">menegaskan
bahwa nilai (= nilai tukar atau harga) suatu barang diteniukan oleh
biaya produksinya. Dalam masyarakat yang masih sangat sederhana, nilai
tukar atau harga suatu harang terutama ditentukan oleh banyak-sedikitnya
kerja manusia yang telah dicurahkan untuk menghasilkan barang tsb.
Tetapi dalam masyarakat yang sudah lebih maju, biaya-biayaproduksi lain
harus ikut diperhitungkan pula, yaitu upah tenaga kerja, biaya
bahan-hahan. sewa tanah. bunga modal dan laba pengusaha.</span></em></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 11.9pt; text-align: justify; text-indent: 24.1pt;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">DAVID RICARDO (1772-1823)</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;"> <em><span style="color: purple;">membatasi
biaya produksi hanya pada tenaga kerja nianusia saja. Jadi harga suatu
harang tergantung dan banyak-sedikitnyakerja manusia yang telah
dicurahkan dalarn produksi barang tsb. Ia membedakan antara barang seni
dan barang biasa. Nilai harang seni memang ditentukan oleh banyaknya
pengaguran barang seni tsb.: makin banyak penggernarnya, makin tinggi
nilai dan harganya, karena harang seni tidak dapat diperbanyak. Lain
halnya dengan barang biasa yang dapat diproduksi dalarnjumlah yang
banyak. Teorinya dikenal dengan nama <span style="text-decoration: underline;">teori nilai kerja.</span></span></em></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 11.9pt; text-align: justify; text-indent: 24.1pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Contoh:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 11.9pt; text-align: justify; text-indent: 24.1pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Andaikan
kita dapat mengukur berapa jumlah jam kerja yang diperlukan untuk
produksi agung, beras dan pakaian (kain ). Angka—angka di hawah mi hanya
sebagai misal saja:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 11.9pt; text-align: justify; text-indent: 24.1pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Produk Jumlah jam kerja yg diperlukan</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 11.9pt; text-align: justify; text-indent: 24.1pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Jagung (kg) 20</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 11.9pt; text-align: justify; text-indent: 24.1pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Beras (kg) 10</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 11.9pt; text-align: justify; text-indent: 24.1pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Kain (meter) 80</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 11.9pt; text-align: justify; text-indent: 24.1pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Menurut
teori ini, jagung dan beras akan dipertukarkan dengan perbandingan 2 kg
jagung untuk 1 kg beras. Satu meter kain dapat dijual dengan “harga”
4kg jagung atau 2kg beras. Satu kg beras cukup untuk membayar ½meter
kain. Satu kg jagung dapat ditukar dengan ½ kg beras atau 74 meter kain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 11.9pt; text-align: justify; text-indent: 24.1pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Cara
berpikir seperti ini memang masuk di akal pada jaman itu. Karena pada
waktu itu tenaga kerja adalah faktor produksi yang utama, peralatan
produksi masih serba primitif. dan kehutuhan masyarakat rnasih terbatas
pada kebutuhan dasar sandang, pangan dan papan. Lagi pula penggunaan
baang masih sangat terhatas. Dalam keadaan seperti itu barang-barang
dipertukarkan dengan harga sesuai dengan biaya produksinya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 11.9pt; text-align: justify; text-indent: 24.1pt;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">KARL MARX (1818-1883) mengambil alih teori Ricardo tsh</span></strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">., <em><span style="color: purple;">tetapi
lebih diperseinpitlagi. Menurut Marx tenaga kerja merupakan
satu-satunya sumher nilai. Nilai dan harga setiap barang ditentukan oleh
jumlah kerja (rata-rata) yang telah dicurahkan dalam proses
produksinya. Dan itu Marx menarik kesimpulan, hahwa laba (selisih antara
harga jual suatu barang dan biaya produksinya, atau yang disebutnya
“nilai lebih”) </span></em></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 11.9pt; text-align: justify; text-indent: 24.1pt;">
<strong><span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">HENRY CAREY (1793-1879)</span></strong><em><span style="color: purple; font-family: Arial; font-size: 11pt;">
memperbaiki teori nilai biaya produksi dengan mtnunjukkan hahwa yang
penting sebenarnya bukan biaya-biaya yang telah dikeluarkati (= harga
histonis). melainkan biaya-biaya yang penlu untuk rnenghasilkan kembali
harang yang sama (= biaya reproduksi).</span></em></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 11.9pt; text-align: justify; text-indent: 24.1pt;">
<em><span style="color: purple; font-family: Arial; font-size: 11pt;">Teori-teori di atas dikenal dengan nama <span style="text-decoration: underline;">teori nilai obyektif</span>.</span></em></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 11.9pt; text-align: justify; text-indent: 24.1pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Kelemahan
teori tsb adalah bahwa hendak menjelaskan terjadinya nilai dan dari
satu segi saja, yaitu dan segi biaya produksi atau dan segi produsen
saja.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 11.9pt; text-align: justify; text-indent: 24.1pt;">
<span style="font-family: Arial; font-size: 11pt;">Memang,
biaya produksi itu penting dalam penentuan harga jual oleh produsen.
tetapi nilai dan harga tidak hanya tergantung dan produsen saja!
Sebenarnya mereka pun tahu bahwa kehutuhan dan selera konsumen
pentingjuga. Kalau begitu. mengapa mereka membatasi hanya pada segi
hiaya saja. Sementara itusegi kegunaan barang sama sekali diabaikan.</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02520791132089886231noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6422908989246857423.post-84996663042950597772013-02-25T06:03:00.002-08:002013-02-25T06:07:56.035-08:00Pengertian MAKRO dan MIKRO Ekonomi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /><span class="fullpost">Makro ekonomi dan Mikro ekonomi adalah dua cabang
utama ekonomi. Mikroekonomi adalah cabang yang berfokus pada bagaimana
individu, rumah tangga, dan organisasi membuat keputusan mereka untuk
mendistribusikan sumber daya yang terbatas, biasanya di pasar yang
melihat perdagangan barang atau jasa. Ekonomi mikro mempelajari
bagaimana keputusan-keputusan ini mempengaruhi umum pasokan dan
permintaan untuk komoditas dan jasa. Seperti kita ketahui, pasokan
adalah salah faktor yang menentukan harga, yang pada gilirannya,
menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa. Mikro ekonomi biasa
juga disebut sebagai pandangan "bottom-up economy" (bawah ke atas),
atau bagaimana orang berurusan dengan uang, waktu, dan sumber daya yang
tersedia.<br /><br />Mikro ekonomi berfokus pada pasokan dan permintaan dan
kekuatan lain yang menentukan tingkat harga yang terlihat dalam
perekonomian. Sebagai contoh, mikroekonomi akan melihat bagaimana sebuah
perusahaan tertentu bisa memaksimalkan produksi itu dan kapasitas
sehingga dapat menurunkan harga dan lebih mampu bersaing dalam
industrinya.<br /><br /><br />Sedangkan Makroekonomi adalah cabang yang
mempelajari "jumlah total kegiatan ekonomi, berhubungan dengan masalah
pertumbuhan, inflasi, pengangguran, kebijakan nasional ekonomi yang
berasal dari inisiatif pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak,
dll). Sebagai contoh, makroekonomi akan melihat bagaimana peningkatan /
penurunan ekspor bersih akan mempengaruhi jumlah devisa suatu bangsa
atau bagaimana GDP akan dipengaruhi oleh tingkat pengangguran.<br /><br />Hal
ini cukup jelas bahwa manajemen yang berskala organisasi global harus
selalu mengambil kedua aspek mikroekonomi dan makroekonomi menjadi
pertimbangan sebelum mereka memutuskan kebijakan manajemen mereka.
Makroekonomi cukup akan banyak tergantung pada pemerintah daerah yang
akan berbeda dari satu negara ke Negara lain dan dalam beberapa kasus
bahkan satu negara yang lain. Hal ini disebabkan berbagai bentuk
pemerintahan dan kebijakan di berbagai belahan dunia. Maka ini akan
menjadi area utama fokus untuk kelancaran sebuah organisasi global.
Ekonomi mikro di sisi lain, tergantung pada terutama perilaku
orang-orang di berbagai belahan dunia. Oleh karena itu untuk sebuah
organisasi global, sangat penting untuk melakukan kajian menyeluruh dari
kedua mempertimbangkan aspek daerah sebelum menerapkan suatu kebijakan
manajemen.<br /><br />Sementara kedua studi ekonomi tersebut terlihat
seperti tampil berbeda, mereka sebenarnya saling bergantung dan
melengkapi satu sama lain. Karena ada isu yang berkaitan antara kedua
bidang. Sebagai contoh, peningkatan inflasi (efek makro) akan
menyebabkan harga bahan baku untuk meningkatkan bagi perusahaan dan pada
gilirannya mempengaruhi harga produk akhir yang dibebankan kepada
publik.<br /><br />Intinya adalah bahwa ekonomi mikro mengambil pendekatan
bottom-up(bawah ke atas) untuk menganalisis ekonomi, sementara
makroekonomi mengambil pendekatan top-down (atas ke bawah). Apapun itu,
baik mikro dan makroekonomi keduanya adalah faktor fundamental untuk
mengelola setiap lembaga keuangan profesional dalam rangka memahami
bagaimana perusahaan-perusahaan beroperasi dan mendapatkan pendapatan.
Dengan demikian, ekonomi bisa dikelola secara baik dan berkelanjutan.</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/02520791132089886231noreply@blogger.com0